Pulau Sumba Diusung Jadi Pusat Listrik Tenaga Surya Nasional
Pemprov Nusa Tenggara Timur mencanangkan Pulau Sumba sebagai pusat energi listrik tenaga surya berkapasitas 20.000 megawatt. Jika terealisasi, proyek ini akan menyuplai kebutuhan listrik hingga Pulau Jawa.
Oleh
Kornelis Kewa Ama
·3 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur berambisi mewujudkan Pulau Sumba sebagai pusat energi listrik tenaga surya berkapasitas 20.000 megawatt. Jika terealisasi, proyek ini ini akan menyuplai kebutuhan listrik di Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Bali, hingga Jawa.
Sumba adalah salah satu pulau di Nusa Tenggara Timur. Pulau itu menjadi rumah bagi empat kabupaten. Daerah itu adalah Sumba Barat, Sumba Barat Daya, Sumba Tengah, dan Sumba Timur. Belum semua jengkal di pulau, yang dikenal dunia dengan keindahan alamnya, ini menikmati aliran listrik.
Kepala Biro Humas dan Protokol Sekretaris Daerah Nusa Tenggara Timur Marius Ardu Jelamu, di Kupang, Selasa (6/10/2020), mengatakan, sesuai hasil penelitian para ahli, Sumba memiliki energi sinar matahari terbaik di Indonesia. Salah satu penelitian dilakukan Prakarsa Jaringan Cerdas Indonesia (PJCI), lembaga yang beranggotakan para praktisi dan akademisi di bidang kelistrikan.
”PJCI ini dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VII DPR, 1 Oktober 2020, di Jakarta tentang rancangan UU Energi Baru dan Terbarukan. PCJI menyampaikan hasil kajian mereka tentang peluang pengembangan energi khusus sinar matahari berkekuatan 20.000 megawatt di Pulau Sumba. PJCI mendukung pembangunan ini,” kata Jelamu.
Ia mengatakan, Gubernur NTT Viktor Laiskodat telah menyampaikan rencana ini kepada Presiden Joko Widodo di Labuan Bajo, 1 Oktober 2020. Pemprov NTT, katanya, bakal terus mendorong usaha ini.
Sebelumnya, PLN wilayah NTT bersama Hivos, lembaga swadaya masyarakat dari Belanda, menetapkan Sumba sebagai pulau ikon energi baru dan terbarukan (EBT). Namun, program ini tidak berjalan ideal. Hingga kini, masih ada beberapa desa di Sumba yang belum memiliki listrik.
Pada HUT Kemerdekaan Ke-75 RI tahun ini, pemerintah membantu penerangan listrik di empat desa di Sumba. Sampai hari ini, elektrifikasi listrik di Pulau Sumba baru mencapai 75,12 persen.
Ketua Yayasan Tukelakang NTT, yang bergerak di bidang pemberdayaan masyarakat, Marianus Minggo, mengatakan, rencana pemprov patut diapresiasi. Namun, tantangan untuk mewujudkannya sangat besar di era pandemi ini.
Proyek ini, kata Minggo, jelas mengharapkan bantuan dana dari pemerintah pusat. Dana yang dibutuhkan diperkirakan mencapai triliunan rupiah. Selain itu, dukungan dari pusat saja tidak akan cukup. Pemprov harus menyediakan sumber daya manusia Sumba berkualitas.
”Dukungan masyarakat juga sangat dibutuhkan. Dengan kapasitas PLTS sekitar 20.000 MW, dibutuhkan lahan sekitar 20 hektar. Ini perlu dukungan dari masyarakat. Jangan sampai masyarakat menolak memberikan lahan,” kata Minggo.
Lidya dari Humas PT PLN (Persero) Wilayah NTT mengatakan, proyek 20.000 MW listrik EBT itu bukan dari PLN, melainkan rencana dari pemprov. Soal EBT di Sumba, sejak 2015, PLN bekerja sama dengan Hivos membangun EBT di Pulau Sumba. Sekitar 65 persen dari listrik yang ada di Pulau Sumba dari program EBT tersebut.