Karang Taruna Tunas Jaya, Desa Wates, Kecamatan Undaan, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, membuat sayembara berhadiah 10 sepeda motor. Isi pesannya menggugah warga agar tidak mengabaikan pandemi Covid-19.
Oleh
Aditya Putra Perdana/Ambrosius Harto/Agnes Swetta Pandia
·4 menit baca
KOMPAS/ADITYA PUTRA PERDANA
Kendaraan melintas di depan baliho sayembara obat Covid-19 di Desa Wates, Kecamatan Undaan, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, Senin (7/6/2021). Sayembara yang dibuat para pemuda Karang Taruna Tunas Jaya, Desa Wates, ini lebih ditekankan pada peningkatan kesadaran masyarakat akan penerapan protokol kesehatan.
Baliho sayembara menawarkan hadiah 10 sepeda motor bagi siapa saja yang bisa menyembuhkan dan menghilangkan Covid-19 berdiri kokoh di Jalan Raya Babalan-Prawoto, Desa Wates, Kecamatan Undaan, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, Senin (7/6/2021). Baliho dipasang Karang Taruna Tunas Jaya, Wates, untuk menggugah warga agar lebih disiplin menjalankan protokol kesehatan seiring dengan melonjaknya kasus positif Covid-19 di Kudus belakangan ini.
”Memang kami penasaran (obat Covid-19). Namun, hal utama dari sayembara ini ialah pesan kepada masyarakat bahwa Covid-19 itu ada. Kalau tiga bulan belum hilang, berarti memang masih ada. Kami hanya ingin menggugah kesadaran warga untuk sadar protokol kesehatan,” kata Suliyono (24), Ketua Karang Taruna Tunas Jaya.
Ia menuturkan, apa yang dilakukannya dan teman-temannya bukan untuk mencari sensasi atau viral. Mereka prihatin masih banyak warga yang tidak percaya Covid-19 meski kasusnya melonjak di Kudus. Sementara anak-anak muda menjadi saksi keganasan Covid-19 karena merupakan sukarelawan pemakaman Covid-19.
Kepala Desa Wates Abdulllah Asoffi mengatakan, sejak Lebaran ada sekitar 30 warga yang terpapar Covid-19 sehingga menjadi desa zona merah. Pendekatan secara persuasif menjadi yang paling baik agar warga paham.
Lonjakan kasus Covid-19 di Kudus memang membuat warga kian berhati-hati. Muhammad Latief (40), warga Desa Wates, mengaku semakin waspada dengan kenaikan kasus Covid-19 di Kudus. ”Ini lebih parah dari tahun lalu. Sekarang, kalau ada yang mampir atau lewat sini, setelahnya saya semprot-semprot disinfektan. Mau tidak mau harus lebih waspada,” ucapnya.
KOMPAS/ADITYA PUTRA PERDANA
Suasana di sekitar Gerbang Kudus Kota Kretek atau perbatasan dengan Kabupaten Demak, di Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus, Kamis (3/6/2021) petang. Di penyekatan itu, kendaraan roda empat atau lebih dilarang masuk dan harus melalui Jalan Lingkar Timur Kudus. Dari pantauan, tidak ada petugas yang berjaga di lokasi itu.
Namun, tak semua warga menjadikan lonjakan Covid-19 di Kudus sebagai tanda bahaya. Sebagian warga masih belum percaya sepenuhnya akan Covid-19.
Warga Desa Jatiwetan, Kecamatan Jati, Kudus, Slamet (39), berharap Covid-19 segera berakhir, tetapi di sisi lain ia merasa hal tersebut terlalu dibesar-besarkan. ”Sudah bosan juga. Banyak cerita kalau meninggal di rumah sakit jadinya Covid-19. Memang belakangan ini heboh, tetapi saya biasa saja. Masker kalau pergi-pergi saja,” ujarnya.
Kasus Covid-19 di Kudus memang melonjak dua pekan terakhir. Dari 488 kasus aktif Covid-19 pada 23 Mei lalu menjadi 1.637 kasus aktif pada 7 Juni. Ratusan tenaga kesehatan terpapar, begitu juga sejumlah pejabat Dinas Kesehatan Kudus. Fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan pun kewalahan menangani pasien Covid-19. Akhirnya ada pasien yang dirujuk ke fasilitas kesehatan di daerah tetangga Kudus agar segera tertangani.
Bupati Kudus HM Hartopo mengatakan, melandainya kasus Covid-19 setelah vaksinasi sebelum Lebaran membuat warga terlena. ”Itu yang kadang-kadang membuat masyarakat merasa tidak ada Covid-19. Banyak yang mengabaikan protokol kesehatan dan Jogo Tonggo juga banyak yang kendur. Kini, kami perkuat lagi,” ujar Hartopo.
KOMPAS/ADITYA PUTRA PERDANA
Bupati Kudus HM Hartopo di Pendopo Kabupaten Kudus, Senin (7/6/2021).
Sosialisasi persuasif untuk mengajak warga lebih disiplin menjalankan protokol kesehatan. Sikap abai hanya akan membuat Covid-19 menyebar lebih cepat di permukiman.
Di Jawa Timur, pemerintah daerah seperti ”kebakaran jenggot” ketika mengetahui lonjakan kasus Covid-19 di Kabupaten Bangkalan. Dua hari terakhir di Bangkalan, kasus Covid-19 bertambah 65 orang dengan 6 orang di antaranya meninggal.
Pekan lalu, 29 tenaga kesehatan di Bangkalan positif Covid-19 dan sehari kemudian 2 orang di antaranya meninggal. Satuan Tugas Covid-19 Bangkalan menerapkan karantina lokal Puskesmas Arosbaya dan Tongguh serta Rumah Sakit Umum Daerah Syarifah Ambami Rato Ebu karena kasus Covid-19 melonjak.
Wajib tes gratis
Pemerintah Kota Surabaya pun memutuskan menyekat pintu masuk dari Pulau Madura di Jembatan Suramadu. Siapa pun yang melintas wajib dites usap antigen sejak Minggu, 6 Juni, hingga 14 hari mendatang. Pemkot Surabaya menginginkan mereka yang berkepentingan beraktivitas di ibu kota Jawa Timur tidak terpapar Covid-19 untuk mencegah penyebaran.
Kompas/Bahana Patria Gupta
Petugas medis melakukan tes antigen bagi pengendara dari Pulau Madura di pintu keluar Jembatan Suramadu, Surabaya, Jawa Timur, Senin (7/6/2021). Penyekatan dan pemeriksaan intensif bagi pengendara dari Pulau Madura yang menuju Surabaya kembali digencarkan terkait meningkatnya kasus positif Covid-19 di Kabupaten Bangkalan. Data dari pemeriksaan sejak Minggu (6/6/2021) hingga Senin (7/6/2021) dini hari, dari total 2.600 pengendara yang diperiksa, ditemukan 83 orang dinyatakan positif seusai menjalani tes antigen. Setelah menjalani tes usap PCR, 24 orang dinyatakan positif, kemudian dirujuk ke rumah sakit lapangan Indrapura untuk mendapat penanganan lebih lanjut.
Kepala Dinas Kesehatan Surabaya Febria Rachmanita mengungkapkan, tes usap antigen sejak Minggu (6/6/2021) sampai Senin (7/6/2021) petang terhadap 5.500 pengendara menemukan 100 orang positif Covid-19. Mereka kemudian dites PCR dan hasilnya 31 orang positif Covid-19.
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengatakan, penyekatan dan kewajiban tes antigen juga diterapkan di penyeberangan Ujung-Kamal, Pelabuhan Tanjung Perak. Operator penyeberangan PT Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan (Persero) juga hanya melayani penumpang yang membawa hasil tes usap antigen dan PCR negatif Covid-19.
Langkah penyekatan dilakukan untuk mencegah penyebaran Covid-19 oleh orang-orang yang tidak disiplin menjalankan protokol kesehatan. ”Apalagi sekarang mobilitas warga sudah tidak dibatasi lagi sehingga daya tangkal ancaman perluasan penularan berada di gugus tugas kampung tangguh,” ujar Windhu.
Vaksinasi dan melandainya kasus bukan berarti kita boleh kendur menjalankan protokol kesehatan. Ketegasan pemerintah daerah kunci mencegah penyebaran Covid-19.