Sejumlah Daerah di Jatim Alami Kenaikan Jumlah Pasien Dirawat
Lonjakan pasien Covid-19 di sejumlah daerah di Jatim mulai terjadi. Indikasinya, tingkat keterisian tempat tidur ruang isolasi khusus dan isolasi biasa meningkat, bahkan melebihi ketentuan maksimum yang disyaratkan WHO.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·4 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Lonjakan pasien Covid-19 di sejumlah daerah di Jawa Timur mulai terjadi. Tingkat keterisian tempat tidur di ruang isolasi khusus dan isolasi biasa bagi pasien Covid-19 meningkat, bahkan melebihi ketentuan maksimum yang disyaratkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO, yakni 60 persen. Kewaspadaan pun ditingkatkan.
Daerah yang mengalami lonjakan pasien Covid-19 di Jatim, antara lain, Bojonegoro, Kota Madiun, Kabupaten Madiun, Kota Blitar, Kabupaten Ponorogo, Tuban, Ngawi, Bangkalan, dan Tulungagung. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Jatim, tingkat keterisian tempat tidur (bed occupancy rate/BOR) di unit perawatan intensif (ICU) Kabupaten Bojonegoro bahkan di atas 80 persen. Adapun daerah lain, seperti Kota Madiun, Blitar, Kabupaten Ponorogo, dan Tuban, tercatat memiliki BOR ICU Covid-19 pada kisaran 60-79 persen.
Sementara itu, BOR isolasi Covid-19 tertinggi, yakni di atas 80 persen, terjadi di Kabupaten Madiun. Adapun daerah dengan BOR isolasi Covid-19 berada kisaran 60-79 persen meliputi Bangkalan, Kota Madiun, Kabupaten Ngawi, Ponorogo, dan Tulungagung.
Juru bicara Satgas Covid-19 Provinsi Jatim, Makhyan Jibril, mengatakan, peningkatan BOR bersifat sporadis, tidak merata di 38 kabupaten/kota. Meski demikian, hal itu harus diwaspadai dan diantisipasi agar angkanya tidak semakin tinggi dan menyebar ke daerah lain di sekitarnya.
”Secara keseluruhan, BOR ICU di Jatim saat ini 34 persen. Tingkat okupansi ICU Covid-19 ini naik dibandingkan dengan saat Lebaran yang masih berada di level 31 persen. Sementara BOR ruang isolasi Covid-19 naik dari 21 persen menjadi 24 persen,” ujar Makhyan Jibril, Kamis (3/6/2021).
Kenaikan BOR ICU dan isolasi biasa di sejumlah daerah itu disebabkan oleh berbagai faktor. Selain jumlah pasien yang dirawat meningkat, ketersediaan ruang perawatan Covid-19 di daerah tersebut bisa jadi memang tidak banyak. Bisa juga daerah tersebut tidak merujuk pasiennya ke RS rujukan di luar kota.
Secara keseluruhan, BOR ICU di Jatim saat ini 34 persen. Tingkat okupansi ICU Covid-19 ini naik dibandingkan dengan saat Lebaran yang masih berada di level 31 persen. Adapun BOR ruang isolasi Covid-19 naik dari 21 persen menjadi 24 persen. (Makhyan Jibril)
Daerah yang tingkat keterisian tempat tidur perawatan Covid-19 tinggi tersebut merupakan tujuan mudik Lebaran dan tujuan kedatangan pekerja migran Indonesia (PMI). Namun, kuat dugaan peningkatan jumlah pasien dipengaruhi oleh mobilitas warga dari aktivitas mudik lokal.
”Untuk PMI, pengawasannya sangat ketat sejak mereka tiba di Bandara Juanda. PMI yang terkonfirmasi positif tidak diperbolehkan pulang ke kampung halaman dan harus menjalani perawatan hingga sembuh,” kata Makhyan.
Pemerintah Provinsi Jatim telah menggelar rapat koordinasi dengan Forum Komunikasi Pimpinan Daerah Jatim serta semua bupati dan wali kota. Rapat itu untuk memantau potensi lonjakan kasus Covid-19 seusai libur Lebaran 1442 Hijriah lalu dan mengantisipasinya sejak dini agar sebarannya bisa dikendalikan.
Dalam kesempatan itu, Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa meminta kepala daerah memonitor perkembangan kasus harian di daerah masing-masing. Alasannya, hingga saat ini masih banyak masyarakat yang bersilaturahmi dengan berkunjung atau berkeliling dari satu rumah ke rumah yang lain.
”Harus ada pengendalian yang lebih intensif menyikapi kondisi tersebut. Mohon diidentifikasi apa yang kemungkinan menimbulkan dan memicu sebaran,” ujar Khofifah seusai rakor di Markas Kodam Brawijaya, Rabu (2/6/2021).
Mantan Mensos ini juga meminta pelaksanaan PPKM (pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat) skala mikro yang kembali diperpanjang hingga 14 Juni dijaga pelaksanaannya, diawasi, dan dipantau hingga lini terbawah setiap hari. Hal itu agar capaiannya bisa terukur.
Kedatangan PMI
Sementara itu, gelombang PMI dari sejumlah negara masih terus berdatangan di Bandara Juanda Surabaya. Mereka akan menyebar ke sejumlah daerah di Jatim. Kedatangan PMI ini harus diwaspadai karena berpotensi menularkan virus Covid-19 varian baru yang tengah berkembang di banyak negara.
Kewaspadaan dilakukan dengan memeriksa PMI sejak awal kedatangannya, mengisolasi PMI hingga dipastikan kondisinya sehat, baru diperbolehkan berkumpul dengan keluarga di kampung halaman masing-masing. Selain itu, pemda yang merupakan kampung halaman PMI diminta mengawasi mobilitas untuk meminimalkan potensi sebaran Covid-19.
Sekretaris Daerah Pemprov Jatim Heru Tjahjono mengatakan, total PMI yang tiba di Indonesia dalam rentang Januari-Juni sekitar 48.000 orang. Mendekati Lebaran lalu, setiap hari 700-800 orang tiba di Jatim. Mereka telah menjalani uji usap Covid-19 dan karantina selama tiga hari di Asrama Haji Sukolilo.
”Rencana akan masuk lagi ke Indonesia 50.000 PMI. Inilah yang harus disiapkan langkah antisipasi pemulangan PMI, terutama yang berasal dari Jatim,” ucap Heru Tjahjono.