Situasi pandemi Covid-19 di Jawa Timur berpotensi memburuk dilihat dari peningkatan jumlah pasien dirawat kurun dua pekan terakhir yang diduga dipicu pelanggaran protokol kesehatan dalam masa Lebaran lalu.
Oleh
AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Jumlah pasien Covid-19 di Jawa Timur meningkat sejak Lebaran. Situasi pandemi Covid-19 berpotensi memburuk. Satuan Tugas Covid-19 perlu mewaspadai dan mengantisipasi peningkatan bahkan potensi lonjakan jumlah pasien dirawat.
Peningkatan jumlah pasien Covid-19 atau kasus aktif dapat diikuti melalui laman resmi http://infocovid19.jatimprov.go.id/ dan akun Pemerintah Provinsi Jatim di media sosial Twitter dan Instagram. Pada hari pertama Lebaran atau Kamis (13/5/2021), ada 1.789 pasien dirawat. Jumlah itu terus turun sampai lima hari kemudian atau Selasa (18/5/2021), yaitu menjadi 1.514 orang yang dirawat.
Namun, dua pekan terakhir jumlah pasien dirawat kembali naik. Sampai dengan Selasa (1/6/2021), ada 1.743 pasien dirawat. Dalam dua pekan ada peningkatan 229 pasien yang dirawat di Jatim dan tersebar di 38 kabupaten/kota.
Rerata harian ada peningkatan jumlah pasien 16-17 orang. Berdasarkan data, jumlah pasien terbanyak sementara ini berasal dari Kabupaten Madiun (164 orang), Surabaya (129 orang), Kota Madiun (120 orang), dan Kabupaten Blitar (112 orang). Kabupaten/kota lainnya berada di bawah seratus, bahkan Sumenep di Pulau Madura dinyatakan nol kasus aktif atau belum ada pasien dirawat.
Dilihat dari asal pasien, kecuali Surabaya, adalah kantong komunitas buruh migran yang bekerja di mancanegara. Mereka berdatangan sejak akhir April dengan mendarat di Bandar Udara Internasional Juanda Surabaya di Sidoarjo. Selanjutnya menjalani masa karantina dan tes usap reaksi rantai polimerase (PCR) di Asrama Haji Sukolilo (Surabaya). Pendatang yang positif Covid-19 dirawat di Rumah Sakit Lapangan Komando Gabungan Wilayah Pertahanan 2 Surabaya minimal selama dua pekan.
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa meminta bupati/wali kota mewaspadai potensi kenaikan kasus. Saat ini sudah lewat dua pekan dari masa Lebaran. Ada prediksi kasus akan naik setelah lewat masa inkubasi penularan virus korona jenis baru (SARS-CoV-2) atau mutasinya yang minimal dua pekan. Jika prediksi ini terbukti, pada bulan ini kenaikan kasus akan terasa.
Meski demikian, sementara ini penambahan kasus harian di Jatim belum mencemaskan. Dibandingkan dengan kemarin, kasus baru bertambah 225 orang. Penambahan di bawah 300 kasus menjadi salah satu indikator bahwa situasi masih landai. Kurun Januari-Maret, penambahan kasus harian sempat menembus 1.000 orang.
”Kasus naik, tetapi belum signifikan. Namun, kewaspadaan perlu kembali ditingkatkan,” kata Juru Bicara Satuan Tugas Covid-19 Jatim Makhyan Jibril.
Di Surabaya, situasi pandemi Covid-19 juga diklaim masih landai. Salah satu indikator, positivity rate atau daya infeksi dalam suatu populasi di bawah 5 persen. Namun, memang ada kenaikan jumlah pasien dirawat dalam dua pekan terakhir.
Kepala Dinas Kesehatan Surabaya Febria Rachmanita mengatakan, setelah Lebaran, penambahan kasus harian menembus 20 orang. Sebelum hari raya, penambahan harian di bawah 20 orang. Kenaikan kasus amat mungkin linier dengan gencarnya satgas menerapkan tes usap PCR.
Kasus naik, tetapi belum signifikan. Namun, kewaspadaan perlu kembali ditingkatkan.
Situasi masih landai, lanjut Febria, juga bisa dilihat dari tingkat keterisian tempat tidur isolasi pasien Covid-19 atau BOR. Sebelum Lebaran, BOR di kisaran 13 persen, sedangkan saat ini 14 persen. Situasi ini masih jauh di bawah kondisi yang harus diwaspadai, yakni 50 persen.
Sepekan terakhir, satgas menggencarkan tes usap PCR terutama setelah kemunculan kluster Covid-19 di Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) Penjaringan Sari. Di sana ditemukan 12 warga positif Covid-19 sehingga harus menjalani isolasi di asrama haji.
Situasi itu memaksa satgas mengadakan tes usap PCR di 18 rusunawa yang dikelola oleh pemerintah. Telah ada 10.240 penghuni rusunawa yang mengikuti tes usap PCR. Dari sana diketahui ada 50 orang positif Covid-19. Warga yang positif kebanyakan diketahui bepergian ke luar Surabaya dalam masa larangan mudik Lebaran.
Adapun 10.190 penghuni rusunawa yang negatif akan diikutkan sebagai peserta vaksinasi tahap ketiga. Warga yang menolak vaksinasi tidak diperkenankan tinggal di rusunawa. Mereka akan mengikuti vaksinasi yang menurut rencana dimulai pada Sabtu (5/6/2021). Mereka tergabung dalam kelompok sasaran penyandang disabilitas, masyarakat berpenghasilan rendah, orang dengan gangguan jiwa, dan kelompok masyarakat yang belum terselesaikan vaksinasinya di tahap kedua.