Sumba dan Sabu Raijua akhirnya Memiliki Laboratorium PCR
Laboratorium ”polymerase chain reaction” untuk pemeriksaan spesimen Covid-19 bagi masyarakat empat kabupaten di Pulau Sumba dan Kabupaten Sabu Raijua diresmikan. Kapasitas laboratorium ini 1.800-2.000 sampel spesimen.
WAINGAPU, KOMPAS — Laboratorium untuk pemeriksaan spesimen Covid-19 bagi masyarakat empat kabupaten di Pulau Sumba dan Kabupaten Sabu Raijua, Nusa Tenggara Timur, diresmikan. Kapasitas laboratorium ini 1.800-2.000 sampel specimen (polymerase chain reaction/PCR).
Kehadiran laboratorium ini untuk mempercepat proses pemeriksaan spesimen Covid-19 di wilayah itu. Yayasan Satriabudi Dharma Setia di Jakarta dan rekanan membantu kehadiran laboratorium ini.
Bupati Sumba Timur Kristofel Praing pada peresmian laboratorium PCR secara virtual dan tatap muka di Waingapu, Senin (31/5/2021), mengatakan, kehadiran laboratorium itu sangat dinantikan pemda dan masyarakat di daratan Pulau Sumba dan Pulau Sabu Raijua. Meski Sabu Raijua terpisah oleh Laut Sawu, jarak dari Waingapu hanya ditempuh 10 menit dengan pesawat atau 2 jam dengan kapal, sedangkan ke Kupang dibutuhkan waktu 8 jam dengan kapal laut atau 1 jam dengan pesawat perintis.
”Sejak adanya kasus Covid-19 masuk NTT, 11 Maret 2020, pemeriksaan spesimen PCR dari Sumba Timur, Sumba Barat, Sumba Tengah, Sumba Barat Daya, dan Sabu Raijua dilakukan di Laboratorium PCR Rumah Sakit Umum Daerah WZ Yohannes Kupang. Pengiriman sampel sesuai jadwal penerbangan pesawat, dan hasilnya diketahui setelah dua sampai tiga pekan kemudian,” kata Praing.
Peresmian laboratorium dilakukan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, Bupati Sumba Timur, Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono, serta Wakil Gubernur NTT Joseph Nae Soi. Peresmian yang terpusat di RSUD Umbu Rara Meha dihadiri secara luar jaringan dan dalam jaringan oleh sejumlah pejabat dan peserta.
Baca juga: Laboratorium Biokesmas NTT Berjuang dalam Keterbatasan
Praing mengatakan, keterlambatan mendapatkan hasil spesimen Covid-19 dari Kota Kupang berpengaruh terhadap proses penanganan pasien Covid-19 dan penelusuran kasus di lapangan. Karena itu, tidak heran kalau Sumba Timur menempati posisi nomor urut dua setelah Kota Kupang dalam hal jumlah kasus.
Kapasitas pemeriksaan sampel usap PCR di Laboratorium RSUD Umbu Rara Meha ini 1.800-2.000 sampel per bulan atau 30-67 sampel per hari. Ini sebagai pemeriksaan awal, ke depan akan ditingkatkan menjadi 70-200 sampel per hari.
Kapasitas laboratorium ini sesuai dengan jumlah spesimen Covid-19 yang selama ini dikirim dari tiga kabupaten di Sumba ke Kota Kupang, yakni 30-180 sampel setiap pekan.
Sampai dengan Jumat (28/5/2021), jumlah kasus Covid-19 di Sumba Timur 1.431 kasus atau menyumbang 8,6 persen tingkat provinsi dan 0,8 persen nasional. Kasus sembuh sebanyak 1.301 pasien, meninggal 45 orang, dan sedang dirawat sebanyak 92 pasien, 72 di antaranya isolasi mandiri. Kasus ini sudah menyebar di seluruh desa dan kecamatan di Sumba Timur.
Baca juga: Setiap Hari Laboratorium Biomolekuler Kupang Periksa 181 Spesimen
Total kasus dari empat kabupaten di Pulau Sumba dan Kabupaten Sabu Raijua sebanyak 4.894, meninggal 123 pasien, sembuh 4.450 orang, dan sedang dirawat 321 orang. Sekitar 900.000 penduduk di lima kabupaten itu akan memanfaatkan laboratorium itu untuk pemeriksaan PCR.
Kasus Covid-19 terbanyak di Sumba Timur sehingga laboratorium PCR ini layak ditempatkan di Waingapu, Sumba Timur. Kenaikan kasus Covid-19 di Pulau Sumba dan Sabu Raijua, antara lain, karena keterlambatan hasil PCR dari Kupang.
Ia berjanji akan menempatkan sumber daya manusia yang andal untuk menangani laboratorium itu. Sejak pandemi Covid-19, Pemda Sumba Timur telah mengalokasikan anggaran senilai Rp 65 miliar untuk penanganan Covid-19 dan beberapa kegiatan lain yang dikelola beberapa organisasi perangkat daerah terkait.
”Selain Covid-19, Sumba Timur khususnya dan NTT umumnya juga dilanda badai Seroja. Di Sumba Timur terjadi banjir bandang yang merusak ratusan hektar lahan pertanian warga, menghanyutkan ratusan rumah penduduk, dan merusak jemabatan dan infrastruktur jalan,” kata Praing.
Luhut mengajak masyarakat terus menerapkan disiplin protokol kesehatan selama di luar rumah. Kehadiran laboratorium itu sangat membantu pemerintah dan masyarakat dalam upaya menekan pandemi Covid-19.
Baca juga: Kementerian Kesehatan diminta Terlibat Langsung Tangani Pandemi Covid-19 di NTT
Jangan menutupi
Ia mengajak kepala daerah untuk jangan menutup-nutupi kasus pandemi Covid-19. Pejabat daerah jangan merasa diri lebih tahu soal pandemi dibanding masyarakat dan tenaga kesehatan.
”Kita adalah pelayan masyarakat, harus jemput bola, menangani berbagai kasus di masyarakat termasuk pandemi Covid-19 ini,” ujar Luhut.
Ketua Pelaksana Bantuan Medis Yayasan Satriabudi Dharma Setia (YSDS) Vinsentius Simeon Weo Budhyanto mengatakan, sampai hari ini YSDS bersama sejumlah donatur telah membantu 13 rumah sakit dan 5 perguruan tinggi dalam peningkatan kapasitas pemeriksaan PCR SARS CoV-2. Kerja sama YSDS dan rekanan ini telah melakukan 5.000-8.000 tes usap PCR per hari.
Laboratorium di Sumba itu tidak hanya untuk pemeriksaan PCR, tetapi bisa dimanfaatkan untuk penyakit lain yang memerlukan pemeriksaan PCR, seperti hepatitis B, HIV, tuberkulosis, malaria, atau untuk menangani penyakit tidak menular. Selain itu, peralatan yang ada juga dapat digunakan untuk pengembangan diagnostik atau vaksinasi.
”Kami menilai perlu tambahan tiga laboratorium PCR di NTT, yakni dua di Flores, dan satu di Timor. Dengan ini akan ada empat laboratorium di NTT dengan kapasitas pemeriksaan sekitar 20.000 tes per bulan. Ini sesuai standar WHO, untuk diagnostik Covid-19, yakni 5.400 tes per pekan untuk 5,4 juta penduduk di NTT,” katanya.
Sejumlah lembaga turut terlibat dalam pembangunan laboratorium itu, yakni Asosiasi Pengusaha Listrik Seluruh Indonesia, PT Adaro, Daan Gene of Sun Yatsen University sebagai penyumbang reagen, dan Nalagenetik yang menjadi konsultan pembangunan laboratorium.
Baca juga: Kasus Covid-19 Meningkat, Pemprov NTT Bantu ”Tracing” 10.000 Warga Kota Kupang
Wakil Gubernur NTT Joseph Nae Soi mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu Pemprov NTT menghadirkan sebuah laboratorium PCR di Sumba Timur. Kehadiran laboratorium ini untuk mengurangi beban pemeriksaan sampel usap yang ada di Laboratorium Biomolekuler RSUD Yohannes Kupang.
”Ke depan laboratorium ini tidak hanya untuk pemeriksaan Covid-19, tetapi juga untuk penyakit-penyakit lainya di daerah itu. Untuk itu dibutuhkan tenaga-tenaga terampil dan terus berinovasi dan berkreasi di bidang itu,” kata Nae Soi.