Dengan semboyan ”pantang bulik sebelum pajah” (pantang pulang sebelum padam), Barisan Pemadam Kebakaran swasta di Banjarmasin berjajar antre untuk menolong sesama.
Oleh
JUMARTO YULIANUS
·5 menit baca
Kota Banjarmasin tidak hanya dikenal sebagai Kota Seribu Sungai, tetapi juga tercatat sebagai Kota Seribu Pemadam Kebakaran. Jumlah kelompok pemadam swadaya yang dimiliki melebihi sungai yang mengalir di kota ini.
Suara mesin pompa air meraung di tepian Sungai Martapura, Minggu (2/5/2021) sore. Di atas dermaga terapung, beberapa orang berjajar memegang selang penyemprot yang sudah terhubung ke mesin pompa dan juga ke sungai. Air semprotannya membubung tinggi ke udara lalu jatuh di tengah Sungai Martapura.
Aksi anggota Barisan Pemadam Kebakaran (BPK) swasta di Kota Banjarmasin itu membuat Sungai Martapura seperti diguyur hujan. Beberapa warga datang untuk menonton pertunjukan itu. Namun, yang datang menonton tidaklah sebanyak personel BPK yang turun dalam kegiatan rutin tersebut.
Ketua BPK Putra Daha, Aprianoor, menuturkan, kegiatan yang dilakukan setiap Minggu sore itu adalah kegiatan rutin dalam perawatan alat-alat pemadam kebakaran. Saat ini hujan masih mengguyur Banjarmasin, tugas para pemadam sedikit ringan. Namun saat kemarau tiba, kebakaran hampir selalu melanda. Rapatnya permukiman warga dan banyaknya rumah berbahan kayu membuat permukiman mudah sekali tersulut api.
Lima bulan terakhir ini saja, sudah ada 45 peristiwa kebakaran yang merenggut korban jiwa. Tahun lalu, kebakaran terjadi 46 kali. Sementara tahun 2019 ada 76 kebakaran. Rata-rata kebakaran karena korsleting listrik dan kelalaian warga seperti lupa mematikan kompor.
Banyaknya tim pemadam membuat api cepat tertangani. Di Banjarmasin, jumlah pemadam swadaya yang tercatat di kota 277 kesatuan. Mereka bekerja secara sukarela berjajar memadamkan api.
Tumbuh dan berkembang
Munculnya ratusan pemadam kebakaran swadaya ini berawal dari peristiwa kebakaran besar pada 9 Oktober 1973 petang. Saat itu Kompas memberitakan kebakaran hebat melanda kampung di desa Kelayan Barat II dan Kelayan Barat I, Kecamatan Banjarmasin Selatan, Banjarmasin.
Api berkobar selama hampir 5 jam 30 menit, menghanguskan 2.295 rumah, pabrik, masjid, hingga sekolah-sekolah. Sebanyak 9.000-an warga kehilangan tempat tinggal. Kerugian material mencapai Rp 5 miliar. Jumlah yang tak kecil pada masa itu.
Saat itu, tim pemadam kebakaran sangat terbatas. Warga pun membantu sebisanya dengan peralatan apa adanya. Menurut Faisal, kebakaran tahun 1973 itu menjadi titik balik kesadaran warga akan pentingnya peran pemadam kebakaran.
Setelah kejadian itu, bermunculah barisan pemadan kebakaran. Salah satunya adalah Swasta Pribumi. BPK Swasta Pribumi dibangun dari prakarsa warga. Semua anggota BPK yang turun dalam operasi pemadaman tidak dibayar sepeser pun.
Mereka melakukan tugas itu dengan sukarela. Niatnya semata-mata untuk membantu sesama yang sedang ditimpa musibah kebakaran. Dari donasi warga, mereka bisa memiliki peralatan untuk inventarisasi pemadaman hingga kegiatan sosial lain.
BPK ini kemudian berkembang menjadi beberapa kesatuan unit dan tersebar di berbagai penjuru Kota Banjarmasin hingga Kabupaten Banjar dan Barito Kuala. Kini BPK Swasta Pribumi memiliki 10 unit kesatuan.
Delapan unit kesatuan di antaranya ada di Banjarmasin. Setiap unit kesatuan punya minimal dua armada pemadam kebakaran yang dilengkapi dengan beberapa mesin pompa portabel. Jumlah anggota keseluruhan lebih dari 200 orang.
”Kami menjadi besar karena semangat kebersamaan, persatuan, dan kesetiakawanan,” kata Ketua Umum BPK Swasta Pribumi (SP) Said Abdullah Faisal Fachir, Rabu (5/5/2021).
Di samping punya armada pemadam kebakaran, mereka juga memiliki ambulans, speedboat (kapal cepat), dan perahu karet. Semua itu digunakan untuk tugas kemanusiaan.
Selain Pribumi, BPK Putra Daha adalah satu dari barisan pemadan kebakaran swadaya yang eksis di Banjarmasin. Mereka ada sejak 1987. Anggotanya kini berjumlah 68 orang. Pembentukan BPK juga murni atas swakarsa dan swadaya masyarakat. Armada dan peralatan diusahakan sendiri. Begitu juga untuk operasionalnya.
Kami menjadi besar karena semangat kebersamaan, persatuan, dan kesetiakawanan.
Kini BPK itu memiliki lima armada untuk operasional pemadaman dan tugas kemanusiaan, termasuk satu truk tangki dan satu ambulans. Mereka juga memiliki beberapa mesin pompa portabel. Operasional BPK ini mencapai 500.000-1 juta sekali jalan. Namun selalu tertutupi dari donatur.
”Anggota yang ingin bergabung di BPK juga harus berjiwa sosial dan merasa terpanggil untuk membantu sesama,” kata Aprianoor, Ketua BPK Putra Daha.
Tak menduga
Ahmad Berkati (64), salah satu perintis pemadam swadaya, tidak menduga gerakan sosial pemadaman di Banjarmasin berkembang seperti sekarang.
Saat ia ikut mendirikan Swasta Pribumi, hanya ada tiga pemadam swakarsa di Banjarmasin. Tiga pemadam itu adalah pemadam milik Pemerintah Kota Banjarmasin, satu milik Himpunan Pemuda Pemudi Indonesia (Hippindo), serta satu lagi milik perusahaan karet.
”Kami bersyukur karena organisasi ini terus tumbuh. Inilah harapan para perintis dulu. Semakin banyak, semakin cepat juga mengatasi musibah kebakaran agar tidak meluas seperti kejadian tahun 1973,” kata Dewan Penasihat BPK Swasta Pribumi yang akrab dipanggil Kai Alus itu.
Komandan Peleton 2 BPK Hippindo Yanto Susatyo yang kini berusia 65 tahun juga tak menyangka BPK terus bermunculan di Banjarmasin hingga jadi banyak seperti sekarang ini. Dalam satu kelurahan, bisa terdapat lima organisasi BPK. Anggotanya berasal dari beragam latar belakang dan usia, mulai dari remaja usia belasan tahun sampai dengan lansia.
”Tugas memadamkan sekarang jadi lebih ringan karena banyak yang terlibat. Kami pun jarang turun kalau skala kebakarannya masih kecil dan lokasinya jauh dari posko kami,” kata pria yang akrab dipanggil Om Iyan itu.
Kehadiran pemadam kebakaran swadaya ini sangat meringankan tugas pemadam kebakaran kota. Kepala Seksi Pembinaan Pemadam Kebakaran (Damkar) Swakarsa Satuan Polisi Pamong Praja dan Damkar Kota Banjarmasin Misranudin mengatakan salut dengan masyarakat yang punya jiwa sosial tinggi. Agar lebih efektif, keberadaan pemadam swadaya ini tetap perlu diatur. ”Ke depan, akan dilakukan pembinaan secara berjenjang, mulai dari tingkat kelurahan,” katanya.
Dengan semboyan pantang bulik sebelum pajah (pantang pulang sebelum padam), BPK dan PMK swasta di Banjarmasin berjajar antre untuk menolong sesama. Semangat pengabdian mereka di jalan kemanusiaan juga pantang padam.