Dampak Gempa Blitar, Ratusan Bangunan di Kabupaten Malang Rusak
Dampak gempa Blitar M 5,9 pada Jumat (21/5/2021) malam menyebabkan 102 bangunan di Kabupaten Malang rusak ringan hingga berat. Seorang luka lecet akibat terkena reruntuhan bangunan.
Oleh
DAHLIA IRAWATI/AGNES SWETTA PANDIA
·4 menit baca
MALANG, KOMPAS — Gempa Blitar bermagnitudo 5,9 pada Jumat (21/05/2021) malam menyebabkan 102 bangunan di Kabupaten Malang rusak ringan hingga berat. Seorang luka lecet akibat terkena reruntuhan bangunan.
”Seorang luka lecet di tubuhnya terkena reruntuhan bangunan di Desa Banjarejo, Kecamatan Donomulyo. Adapun kerusakan bangunan mencapai 100-an bangunan baik rumah tinggal maupun fasilitas umum seperti fasilits kesehatan dan rumah ibadah,” kata Kepala Bidang Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Malang Sadono Irawan, Sabtu (22/5/2021).
Kecamatan Donomulyo adalah kecamatan di barat daya Kabupaten Malang dan berbatasan dengan Kabupaten Blitar. Daerah merupakan perbukitan, kering, dengan banyak bebatuan padas. Meski begitu, Kecamatan Donomulyo merupakan salah satu wilayah dengan pesona keelokan wisata pantai.
Wilayah Donomulyo merupakan salah satu lokasi dengan jumlah kerusakan cukup banyak. Data BPBD Kabupaten Malang mencatat, dampak gempa Blitar menyebabkan sejumlah kerusakan di Kabupaten Malang. Sebanyak 85 rumah rusak, 13 fasilitas kesehatan rusak, serta 3 rumah ibadah dan 2 fasilitas umum lainnya juga mengalami kerusakan, mulai ringan hingga berat.
”Wilayah terdampak menyebar di 14 kecamatan di Kabupaten Malang, termasuk di Donomulyo dan Bantur. Hingga kini, pendataan terus dilakukan,” kata Sadono.
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa melakukan peninjauan secara langsung sekaligus memberi dukungan kepada warga pada beberapa lokasi terdampak gempa di Kabupaten Blitar, Sabtu (22/5/2021).
Lokasi pertama yang ditinjau Gubernur Khofifah adalah Dusun Buneng, RT 004 RW 003, Desa Boro, Kecamatan Selorejo. Di lokasi pertama tersebut, rumah yang terdampak parah milik Tukinem. Kondisi rumah tersebut sebagian temboknya runtuh dan gentengnya rawan jatuh. Peninjauan selanjutnya dilakukan ke Dusun Jabung, Desa Jabung, Kecamatan Talun.
Secepatnya
Seusai melakukan peninjauan, Khofifah mengharapkan, perbaikan rumah dan fasilitas umum yang terdampak gempa dapat dilakukan sesegera mungkin. Selama rumah diperbaiki, warga yang rumahnya rusak parah harus dievakuasi hingga rumah siap dihuni kembali.
”Perbaikan dengan penyegeraan sesuai tingkat urgensi terutama untuk warga yang kondisi rumahnya mengkhawatirkan, jika ada gempa susulan,” ujarnya.
Terkait mitigasi bencana di Jatim, Khofifah menegaskan, Pemprov Jatim melalui BPBD Jatim terus melakukan mitigasi bencana secara kontinu dan berkoordinasi dengan Kepala BMKG. Namun, kondisi yang mitigasi bencana yang dilakukan dengan yang terjadi di lapangan tidak selalu linier.
Perbaikan dengan penyegeraan sesuai tingkat urgensi terutama untuk warga yang kondisi rumahnya mengkhawatirkan, jika ada gempa susulan. (Khofifah)
Untuk itu, mitigasi bencana harus dilakukan lebih komprehensif ke depan. Kewaspadaan semua pihak termasuk pembuatan konstruksi bangunan tahan gempa harus dioptimalkan utamanya di bagian selatan Pulau Jawa, termasuk wilayah selatan Jatim.
”Ini penting, sebab selatan Pulau Jawa ini dilalui wilayah ring of fire, di mana gempa di satu titik resonansi bisa antarpulau atau antarprovinsi,” katanya.
Lebih lanjut disampaikan Khofifah, salah satu bentuk mitigasi bencana komprehensif adalah lewat kehadiran kampung tangguh atau kampung siaga bencana sangat dibutuhkan. Di mana, dalam koordinasi Kemensos adalah kampung siaga bencana, sedangkan dalam koordinasi BNPB adalah kampung atau desa tangguh. Supaya ada kewaspadaan dan kemandirian untuk melakukan antisipasi bencana tertentu, seperti banjir, gempa, atau angin puting beliung.
”Nanti akan dilakukan pemetaan kembali kampung siaga bencana atau kampung tangguh sesuai dengan potensi kemungkinan risiko bencananya,” imbuhnya.
Sementara itu, Bupati Blitar Rini Syarifah mengatakan, Pemkab Blitar sedang mendata dan menginventarisasi kerusakan terdampak gempa di Blitar. Sementara ini, terdata kerusakan ringan 113 rumah dan kerusakaan berat masih diinventaris. Untuk fasilitas umum, terjadi kerusakan yang cukup parah pada Puskesmas Wates.
Salah satu korban rumah rusak adalah Ibnu Hanafi (34), warga RT 010 RW 002, Desa Majang Tengah, Kecamatan Dampit. Rumah Ibnu sebelumnya sudah rusak terdampak gempa pada 10 April 2021. Akibat gempa Jumat malam (21/5/2021), bagian belakang rumahnya semakin tak bisa diselamatkan.
”Rumah saya ini sudah rusak terkena gempa April lalu. Ini belum sempat diperbaiki, sudah terkena gempa lagi. Itu, bagian belakang retaknya semakin lebar dan tak bisa lagi diselamatkan,” ujarnya.
Pada Sabtu (22/5/2021) siang, Ibnu dan kerabatnya sedang berusaha memilah bagian rumah yang bisa diselamatkan agar bisa digunakan lagi saat membangun rumah. Ibnu memutuskan berutang pada saudara guna membiayai pembangun rumah ini lagi. Semakin lama tidak diurus, kerusakan kian parah dan biaya justru bertambah.
”Itu sebabnya, keluarga saya memutuskan untuk memperbaiki sendiri karena jika menunggu bantuan dari pemerintah kemungkinan masih lama,” katanya.
Hingga saat ini, Ibnu bersama anak dan adiknya mengungsi ke rumah ibunya, tidak jauh dari lokasi tersebut. Namun, setiap malam, Ibnu akan selalu datang dan tidur di bagian depan rumahnya sambil menjaga rumahnya.