Gempa Blitar Terasa hingga Yogyakarta, Warga Sempat Keluar Rumah
Gempa bumi yang berpusat di Blitar, Jawa Timur, pada Jumat (21/5/2021) malam, turut dirasakan di Daerah Istimewa Yogyakarta. Bahkan, sebagian warga di DIY sempat keluar rumah saat merasakan gempa bumi itu.
Oleh
HARIS FIRDAUS
·3 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS — Gempa bumi dengan Magnitudo 6,2 terjadi di Kabupaten Blitar, Jawa Timur, Jumat (21/5/2021) malam pukul 19.09 WIB. Gempa bumi tersebut turut dirasakan di sejumlah wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Bahkan, sebagian warga di DIY sempat keluar rumah saat merasakan gempa bumi itu.
Berdasarkan informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), pusat gempa bumi M 6,2 itu berlokasi 57 kilometer (km) di sebelah tenggara Kabupaten Blitar dengan kedalaman 110 km. Berdasarkan BMKG, gempa bumi itu dirasakan dengan skala V MMI di Blitar dan skala IV MMI di sejumlah wilayah, misalnya Nganjuk, Lumajang, Tulungagung, dan Malang.
Sementara itu, beberapa wilayah lain, seperti Ponorogo, Trenggalek, Pacitan, Ngawi, Mataram, dan Denpasar, merasakan gempa tersebut dengan skala III MMI. Data BMKG menyebutkan, gempa bumi tersebut juga dirasakan di sejumlah wilayah DIY, misalnya Kabupaten Bantul, Sleman, dan Kulon Progo, dengan skala III MMI.
Salah seorang warga DIY yang merasakan gempa bumi itu adalah Kurniatul Hidayah (29). Saat gempa terjadi, warga Desa Panggungharjo, Kecamatan Sewon, Bantul, itu langsung bergegas keluar rumah.
”Saya sedang bikin kue di rumah, tiba-tiba kulkas goyang ke kanan dan kiri. Lalu suami saya teriak ada gempa. Refleks saya keluar rumah,” ujar Kurniatul saat dihubungi, Jumat malam.
Kurniatul menyebut, sejumlah tetangga di dekat rumahnya juga ikut keluar rumah saat gempa bumi itu terjadi. Bahkan, beberapa tetangga Kurniatul tetap bertahan di luar rumah hingga beberapa saat setelah gempa terjadi.
Tadi tetangga pada keluar semua karena mereka, kan, pernah merasakan gempa tahun 2006. Setiap ada gempa, tetangga-tetangga biasanya keluar rumah dan diam beberapa saat di luar rumah dulu.
Menurut Kurniatul, beberapa tetangganya masih trauma dengan kejadian gempa bumi di Bantul pada tahun 2006. Terlebih, gempa bumi tahun 2006 itu menimbulkan banyak korban dan membuat banyak bangunan rusak parah.
”Tadi tetangga pada keluar semua karena mereka, kan, pernah merasakan gempa tahun 2006. Setiap ada gempa, tetangga-tetangga biasanya keluar rumah dan diam beberapa saat di luar rumah dulu,” ungkap Kurniatul yang sehari-hari bekerja sebagai karyawan swasta.
Baharuddin (42), warga Desa Sariharjo, Kecamatan Ngaglik, Sleman, juga ikut merasakan gempa bumi pada Jumat malam. Menurut dia, gempa bumi tersebut sempat membuat lemari kaca di rumahnya bergoyang. ”Sempat goyang-goyang, tapi tidak lama,” tuturnya.
Saat gempa bumi itu terjadi, Baharuddin langsung keluar rumah untuk mengantisipasi hal-hal yang tak diinginkan. Dia pun mengajak anak-anaknya agar mereka aman. ”Saya langsung keluar rumah, anak-anak juga ikut keluar. Sebagian tetangga juga saya lihat ada yang keluar rumah,” katanya.
Wulan (32), warga Kelurahan Baciro, Kecamatan Gondokusuman, Kota Yogyakarta, juga ikut merasakan gempa bumi yang berpusat di Blitar itu. Namun, guncangan gempa yang dirasakannya tidak terlalu kencang. Oleh karena itu, Wulan tak keluar rumah saat gempa terjadi.
”Memang kerasa ada gempa, tapi enggak ada barang-barang yang bergetar. Saya juga enggak lari keluar rumah,” tutur Wulan.