Satgas Operasi Madago Raya Terus Kejar Anggota MIT di Poso
Satuan Tugas Operasi Madago Raya terus memburu 9 anggota kelompok teroris MIT. Masalah MIT harus segera diselesaikan agar tak jadi batu sandungan bagi warga.
Oleh
VIDELIS JEMALI
·3 menit baca
PALU, KOMPAS — Satuan Tugas Operasi Madago Raya masih terus mengejar sembilan anggota kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur di Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah. Kelompok tersebut terpencar dua, salah satunya yang membunuh empat warga di Lembah Napu, Poso, pekan lalu, sehingga pasukan lebih fokus untuk mengejarnya.
”Target pengejaran pasukan dua kelompok yang masing-masing dipimpin Ali Kalora dan Qatar. Ke mana mereka bergerak, hanya tim operasi yang tahu. Yang jelas, tim optimalkan pengejaran,” kata Kepala Bidang Humas Polda Sulteng Komisaris Besar Didik Supranoto, di Palu, Kamis (20/5/2021).
Mujahidin Indonesia Timur (MIT) diketahui berpencar menjadi dua kelompok. Satu kelompok dipimpin oleh Qatar yang teridentifikasi oleh saksi saat mereka membunuh empat warga Desa Kalimago, Kecamatan Lore Tumur, Lembah Napu, Poso, Selasa (11/5).
Kelompok yang dipimpin Qatar berjumlah lima orang. Satu kelompok lainnya yang terdiri dari empat orang dipimpin oleh Ali Kalora, yang juga pemimpin umum MIT.
Saat ditanya terkait penambahan pasukan operasi, Didik menyebutkan, sejauh ini belum ada pembicaraan terkait hal tersebut. Jumlah pasukan masih sama, yakni 800 orang yang terdiri dari pasukan pengejaran, penyekatan di kebun atau sekitar permukiman, dan pasukan yang berada besama warga. Mereka juga didukung oleh anggota kepolisian resor dan sektor setempat.
Kelompok MIT adalah kelompok teroris yang dibentuk Santoso pada 2012. Santoso tewas ditembak aparat pada 2016. Kelompok itu saat ini dikomandoi Ali Kalora. Mereka bergerilya di hutan pegunungan Kabupaten Poso, Sigi, dan Parigi Moutong. Tak hanya terlibat kontak senjata dengan aparat, mereka juga menebar teror dengan membunuh warga sipil.
Operasi Madago Raya digelar untuk memburu kelompok MIT. Pasukan atau satuan tugas operasi merupakan gabungan personel Polri dan TNI.
Pembunuhan empat warga di Kalimago adalah kejadian teror kedua terhadap warga sipil dalam enam bulan terakhir. Pada akhir November 2020, kelompok MIT juga membunuh empat warga Desa Lembantongoa, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi. Mereka dibunuh di rumahnya di wilayah transmigrasi yang berada di sekitar hutan.
Terkait terus lantangnya desakan warga Poso untuk menuntaskan masalah MIT, Didik menyatakan, Polri-TNI selalu berupaya maksimal untuk melumpuhkan kelompok tersebut. Selain terus mengejar anggota MIT, pihaknya juga meminta dukungan warga, antara lain dengan melaporkan sesegera mungkin jika melihat orang-orang yang mencurigakan.
Awal pekan ini, sejumlah tokoh masyarakat di Poso membacakan surat terbuka kepada Presiden Joko Widodo di DPRD Kabupaten Poso. Mereka meminta agar Presiden segera menyelasaikan masalah MIT di Poso demi keamanan dan kenyamanan warga dalam memenuhi hak ekonominya (berkebun).
Tokoh masyarakat Poso Ibrahim menyatakan, warga tak bisa selalu hidup dalam kekhawatiran, kecurigaan, dan ketidakpastian akan keselamatannya, baik saat berada di rumah maupun saat berkebun. Ini hak hidup yang harusnya dijamin oleh negara. ”Saya kira pemerintah segera harus selesaikan masalah ini. Negara punya banyak kapasitas untuk menuntas masalah MIT,” katanya.
Ibrahim juga menyoroti perlunya pemerintah memberikan ruang dukungan kepada tokoh masyarakat dan tokoh agama dalam menyebarkan benih-benih perdamaian, toleransi, dan pemberdayaan ekonomi guna memerangi paham-paham ekstrem. Secara kultural, masyarakat kita dekat dengan orang yang dianggap tokoh dan dengan sukarela mengikuti ajakan dan ajaran mereka.
Ia mencontohkan, selama ini dukungan terhadap kegiatan sosial kemasyarakatan yang dijalankan tokoh agama dan tokoh masyarakat, seperti Forum Kerukunan Umat Beragama, sangat minim. Padahal, kegiatan-kegiatan tersebut menyumbang terbangunnya pemahaman yang moderat dan toleran dalam kehidupan beragama dan berbangsa.