Masyarakat Mulai Terkena Sindrom Kelelahan akibat Pandemi Covid-19
Ada fenomena pandemic fatigue syndrome atau sindrom kelelahan akibat pandemi Covid-19 di tengah masyarakat saat ini. Jika itu terus berlanjut, upaya mengendalikan penyebaran Covid-19 kian sulit.
Oleh
JUMARTO YULIANUS
·4 menit baca
BANJARMASIN, KOMPAS — Sebagian warga masyarakat sudah tidak lagi menghiraukan larangan pemerintah dalam upaya mengendalikan penyebaran Covid-19. Kondisi demikian terjadi hampir di semua daerah di Indonesia. Jika itu terus berlanjut, upaya mengendalikan penyebaran Covid-19 kian sulit.
Ahli Epidemiologi Universitas Lambung Mangkurat (ULM), Husaini, menyebutkan ada fenomena pandemic fatigue syndrome atau sindrom kelelahan akibat pandemi Covid-19 di tengah masyarakat Indonesia saat ini. Sebagian masyarakat mulai terkena sindrom tersebut karena tidak ada kepastian kapan pandemi ini akan berakhir.
”Sindrom itu menyebabkan orang ataupun masyarakat menjadi stres atau lelah secara psikologis serta lelah secara fisik. Orang akhirnya menjadi pemberontak dan melakukan pembangkangan sosial,” kata Husaini di Banjarmasin, Selasa (18/5/2021).
Sebagian masyarakat mulai terkena sindrom tersebut karena tidak ada kepastian kapan pandemi ini akan berakhir.
Menurut Guru Besar Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran ULM itu, orang yang terkena pandemic fatigue syndrome menjadi tidak peduli lagi dengan pandemi Covid-19. Mereka pun abai terhadap protokol kesehatan pencegahan Covid-19 karena sudah pasrah dengan keadaan yang terjadi saat ini.
”Bila fenomena itu terus berlanjut, bisa membuat orang menjadi depresi. Itu sungguh tidak menguntungkan dalam upaya pencegahan Covid-19, dan hanya akan memperpanjang durasi waktu pandemi ini,” katanya.
Husaini melihat fenomena pandemic fatigue syndrome sungguh nyata dari sejumlah kejadian di sejumlah daerah akhir-akhir ini. Bahkan, beberapa kejadian di antaranya sampai viral di media massa dan media sosial. Ada orang yang memaki petugas, misalnya, saat diminta putar balik terkait larangan mudik serta membeludaknya pengunjung di tempat-tempat wisata dan pusat perbelanjaan.
Sebagian warga tetap nekat melanggar kebijakan tidak boleh mudik dan penutupan tempat wisata yang sudah dikeluarkan pemerintah. Mereka juga tidak lagi menghiraukan imbauan untuk memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, dan membatasi mobilitas atau 5M dalam upaya pencegahan penularan Covid-19.
”Untuk itu, sinergisitas antara Satuan Tugas Covid-19 dan berbagai pemangku kepentingan dan elemen masyarakat di sejumlah daerah harus lebih ditingkatkan dan dimasifkan lagi. Lakukan terus penertiban dan pendisiplinan agar masyarakat patuh terhadap protokol kesehatan,” tuturnya.
Tawaran solusi
Untuk masyarakat yang mulai terkena sindrom kelelahan akibat pandemi Covid-19, Husaini menawarkan beberapa solusi. Pertama, sadari sepenuhnya bahwa kondisi sekarang masih dalam kondisi kegawatdaruratan pandemi Covid-19 sehingga kita semua selalu waspada.
Kedua, berdamailah dengan keadaan, misalnya berusaha untuk bersabar, selalu bersyukur kepada Tuhan Sang Pencipta Alam Semesta, tenang dan bahagia dalam beraktivitas, termasuk dalam mematuhi protokol kesehatan pencegahan Covid-19. Ketiga, lakukan olahraga ringan setiap hari dan istirahat yang cukup.
Keempat, yakin dan sadarilah bahwa pandemi Covid-19 pasti akan berakhir. Hal ini akan membuat diri kita jadi tenang. Namun, keyakinan itu tetap dengan mematuhi protokol kesehatan, terutama bila beraktivitas di luar rumah.
Kelima, meningkatkan kuantitas dan kualitas spiritual keagamaan untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan. Keenam, memodifikasi pekerjaan atau menyesuaikan pekerjaan untuk membuat lebih santai, terutama jika bekerja di rumah. Ketujuh, membuat liburan atau rekreasi keluarga di rumah saja.
”Di samping itu, upaya 3T (testing, tracing, treatment) sesuai indikator yang ditetapkan WHO dan percepatan vaksinasi perlu terus ditingkatkan. Semua harus bersinergi untuk mengakhiri pandemi,” kata Husaini.
Terkontraksi
Penjabat Gubernur Kalimantan Selatan Safrizal ZA mengatakan, strategi gas dan rem masih akan tetap dijalankan dalam upaya menekan penyebaran Covid-19 dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Kalsel. ”Pertumbuhan ekonomi Kalsel sudah mulai naik, tetapi masih belum mencapai angka positif,” katanya.
Pada triwulan I-2021 ekonomi Kalsel terkontraksi sebesar 1,25 persen jika dibandingkan triwulan I-2020. Pertumbuhan negatif terjadi pada semua komponen pengeluaran, kecuali komponen pengeluaran konsumsi Lembaga Non-Profit yang melayani Rumah Tangga (LNPRT). Penyebaran Covid-19 yang masih masif menyebabkan sejumlah aktivitas perekonomian masyarakat menurun.
Menurut Safrizal, Pemprov Kalsel menargetkan pertumbuhan ekonomi yang positif pada triwulan II-2021 nanti dengan tetap berusaha menekan penyebaran Covid-19. ”Kalau Covid-19 tidak terkendali, kami akan injak pedal rem. Namun, apabila Covid-19 sudah terkendali, kami akan tekan pedal gas untuk membantu pertumbuhan ekonomi,” kata Safrizal.
Sampai dengan Senin (17/5/2021), di Kalsel masih terjadi penambahan kasus positif Covid-19 sebanyak 25 kasus sehingga kasusnya kini menjadi 33.898 kasus. Dari jumlah tersebut, sebanyak 32.009 orang (94,43 persen) dinyatakan sembuh, 905 orang (2,67 persen) dalam perawatan, dan 984 orang (2,9 persen) meninggal. Kasus suspek atau diduga Covid-19 sebanyak 263 orang.