Hujan deras sejak Lebaran di hulu Sungai Kelay dan Sungai Segah di Berau, Kaltim, membuat daerah di hilir sungai terdampak banjir. Jebolnya tanggul perusahaan tambang batubara akibat aliran sungai memperparah banjir.
Oleh
SUCIPTO
·3 menit baca
BALIKPAPAN, KOMPAS — Sebanyak lima desa di tiga kecamatan di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur, masih terendam banjir pada Selasa (18/5/2021). Banjir diakibatkan hujan deras di bagian Hulu Sungai Kelay dan Sungai Segah yang memicu debit air meningkat.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Berau Thamrin menjelaskan, wilayah yang masih terendam banjir adalah Desa Tumbit Melayu, Desa Tumbit Dayak, Desa Innaran, Desa Long Lanuk, dan Desa Benabaru. Desa Benabaru tercatat yang paling parah dengan tinggi genangan air mencapai 2 meter. Kelima desa tersebut tersebar di Kecamatan Sambaliung, Kecamatan Teluk Bayur, dan Kecamatan Kelay.
”Hujan di bagian hulu sungai terjadi sejak Lebaran. Akibatnya, 15 desa di tengah dan hilir sungai terendam banjir karena air meluap. Hari ini, air sudah mulai surut, tetapi masih ada lima desa yang masih terendam banjir karena hujan masih turun,” ujar Thamrin, dihubungi dari Balikpapan, Selasa (18/5/2021).
Ia mengatakan, hujan di hulu dua sungai tersebut memicu air Sungai Kelay dan Sungai Segah meluap. Aliran air tersebut sangat deras. Akibatnya, salah satu tanggul milik salah satu perusahaan tambang batubara jebol. Hal itu memperparah banjir pada tahun ini.
Menurut data yang dihimpun BPBD Kabupaten Berau, sedikitnya 2.507 keluarga yang terdampak banjir sejak Lebaran. BPBD masih mendata jumlah warga yang saat ini masih terdampak. Thamrin mengatakan, tidak ada laporan korban jiwa atau bangunan yang rusak. Pihaknya saat ini masih menyalurkan bantuan makanan kepada warga.
Berdasarkan pantauan di lapangan, Thamrin menjelaskan, sejumlah sekolah dan jalan terendam banjir sehingga warga sulit beraktivitas. Terjadi juga longsor di beberapa titik jalan tanah akibat tergerus banjir. BPBD Berau sudah membuat posko pengungsian, tetapi kebanyakan warga memilih untuk mengungsi ke rumah kerabat yang tidak terdampak banjir.
Dalam siaran pers Pemerintah Kabupaten Berau, sembako milik warga banyak yang tidak bisa digunakan karena basah terendam air. Selain itu, sejumlah hewan ternak warga dilaporkan mati karena belum sempat dipindahkan ke tempat yang lebih tinggi.
Camat Segah Tri Anggoro Rahardjo mengatakan, air mulai naik sejak Kamis (13/5/2021) dini hari, tetapi kini mulai surut di wilayahnya. Warga masih membutuhkan air bersih untuk kebutuhan harian karena sumber air masih sulit didapat.
”Kebutuhan untuk anak balita sangat dibutuhkan. Pukesmas juga terendam secara keseluruhan sehingga peralatan kesehatan dan obat-obatan terendam air dan kemungkinan tidak dapat digunakan,” ujar Tri.
PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) Area Berau mencatat, sebanyak 22 gardu distribusi listrik terdampak banjir. Saat ini, ada tiga gardu yang masih padam. Adapun sisanya, 19 gardu listrik, sudah menyala seiring surutnya banjir.
Dalam siaran pers PLN Berau, sebanyak 1.725 pelanggan terdampak banjir di tujuh desa sejak Lebaran. Saat ini, 88 persen pelanggan di desa tersebut sudah teraliri listrik kembali. Adapun sebanyak 211 rumah pelanggan masih dipadamkan karena debit air yang masih tinggi.
Kebutuhan untuk anak balita sangat dibutuhkan.
Menurut catatan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), hujan ringan hingga lebat disertai petir masih berpotensi terjadi di Kabupaten Berau. BPBD Berau melakukan sosialisasi kepada warga untuk waspada dan mengungsi ke tempat yang aman.
”Sebagian besar warga terdampak bermukim di sekitar sungai. Hujan di bagian hulu juga masih berpotensi terjadi beberapa hari ke depan. Kami mengimbau warga untuk menyelamatkan barang berharga dan sebaiknya mengungsi ke tempat yang tidak terdampak banjir,” ujar Thamrin.