Waspadai Banjir dan Longsor di Kaltim dalam Sepekan ke Depan
Dalam seminggu ke depan, BMKG memperkirakan terjadi peningkatan curah hujan dengan intensitas lebat disertai kilat dan angin kencang di Kaltim. Bencana banjir, longsor, dan pohon tumbang perlu diantisipasi.
Oleh
SUCIPTO
·4 menit baca
BALIKPAPAN, KOMPAS — Dalam seminggu ke depan, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika memperkirakan terjadi peningkatan curah hujan dengan intensitas lebat disertai kilat dan angin kencang di Kalimantan Timur. Bencana banjir, longsor, dan pohon tumbang perlu diantisipasi.
Kepala Seksi Data dan Informasi Stasiun Meteorologi Kelas I Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan Balikpapan Mulyono Leo Nardo mengatakan, hujan intensitas lebat diperkirakan terjadi hingga 24 Oktober di sejumlah wilayah di Kalimantan Timur. Hal itu disebabkan oleh La Nina yang terjadi pada periode awal musim hujan.
La Nina adalah peristiwa turunnya suhu air laut di Samudra Pasifik di bawah suhu rata rata sekitarnya. Berdasarkan pemantauan Badan Meteorologi, Klimatologo, dan Geofisika (BMKG), suhu permukaan laut mendingin -0,5 derajat celsius hingga -1,5 derajat celsius selama 70 hari terakhir. Fenomena ini berpotensi meningkatkan jumlah curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia, termasuk Kalimantan Timur.
Penguatan curah hujan turut dipengaruhi oleh penjalaran gelombang atmosfer ekuator dari barat ke timur berupa gelombang Madden Julian Oscillation (MJO) dan Kelvin. ”Hasil analisis kondisi dinamika atmosfer terkini menunjukkan adanya aktivitas MJO di atas wilayah Indonesia, yang merupakan kumpulan awan berpotensi hujan,” kata Mulyono ketika dihubungi, Minggu (18/10/2020).
Leo mengatakan, potensi banjir, pohon tumbang, dan longsor perlu diantisipasi di beberapa wilayah, seperti Samarinda, Balikpapan, Mahakam Ulu, Kutai Kartanegara, Penajam Paser Utara, dan Berau. Dalam beberapa hari terakhir memang terjadi banjir, longsor, dan pohon tumbang di sejumlah wilayah. Dalam seminggu ke depan, antisipasi perlu ditingkatkan.
Di Samarinda, misalnya, banjir menggenangi setidaknya sembilan titik pada Sabtu (17/10/2020). Selain itu, hujan intensitas sedang yang turun dalam seminggu terakhir membuat kondisi tanah di beberapa tempat menjadi mudah longsor. Pada Minggu (18/17/2020) terjadi pohon tumbang akibat tanah labil. Sebanyak dua rumah warga di Kecamatan Samarinda Ilir rusak akibat tertimpa pohon.
Kepala Seksi Pencegahan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kaltim Dodi Farid mengatakan, pengawasan dan pendekatan kepada masyarakat dilakukan di 10 kabupaten dan kota di Kalimantan Timur. BPBD Kaltim sudah memetakan wilayah yang rawan longsor dan banjir. Melalui pemerintah kecamatan, BPBD Kaltim melakukan sosialisasi dan meninjau wilayah-wilayah yang berpotensi terdampak bencana.
BPBD Kaltim sudah memetakan wilayah yang rawan longsor dan banjir.
”Di lereng yang rawan longsor di sekitar permukiman warga dilakukan kerja bakti dengan membuat drainase agar air hujan mengalir dengan baik. Selain itu, di beberapa wilayah juga dikuatkan lerengnya dengan baut batu,” ujar Dodi.
Selain itu, warga diimbau untuk mengamankan barang berharga, terutama warga yang rumahnya dekat dengan pohon atau lereng. Khusus untuk potensi banjir, warga diajak membersihkan saluran air di lingkungannya. Warga juga diminta meletakkan barang-barang di tempat tinggi sehingga ketika banjir datang, kerugian tidak banyak.
Banjir merupakan masalah menahun di Samarinda, Bontang, Kutai Kartanegara, Balikpapan, dan Paser. Pemerintah Kalimantan Timur diminta mengembangkan sistem peringatan dini. Itu karena dalam sepuluh tahun terakhir banjir cenderung meluas.
Di Samarinda, misalnya, sebagai ibu kota Provinsi Kaltim, banjir menjadi bencana rutin setiap tahun. BPBD Kota Samarinda mencatat, luasan daerah yang terdampak banjir pada 2014 seluas 1.322 hektar menjadi 2.117 hektar pada 2019. Jumlah warga yang terdampak juga meluas. Pada banjir 2019, setidaknya 56.000 jiwa terdampak banjir, lebih tinggi dari tahun 2018 yang berjumlah 27.691 jiwa.
Setidaknya ada 31 titik di delapan kelurahan di Samarinda yang menjadi langganan banjir. Saat hujan deras turun, air setinggi 10 cm-200 cm menggenangi Kelurahan Pampang, Kelurahan Lempake, Sempaja Timur, Tanah Merah, Sungai Siring, Sempaja Utara, Sempaja Selatan, dan Sempaja Barat.
Pengajar di Program Studi Teknik Sipil Institut Teknologi Kalimantan (ITK), Riyan B Sukmara, mengatakan, banjir dan bencana longsor di Samarinda disebabkan banyak hal. Beberapa di antaranya adalah berkurangnya daerah resapan air karena aktivitas tambang dan permukiman. Selain itu, beberapa permukiman terletak di wilayah yang lebih rendah dari daratan lain.
Kondisi demikian membuat banjir dan longsor tak terhindarkan meski hujan tidak deras. Khusus untuk banjir, ia menilai, Pemprov Kaltim perlu membuat sistem peringatan dini agar warga bisa bersiap beberapa saat sebelum banjir datang.
”Mitigasi bencana berbasis edukasi masyarakat belum banyak dikerjakan. Ketika hujan turun, sebelum tinggi hujan berada di angka banjir, masyarakat seharusnya sudah mendapatkan informasi melalui SMS atau pemberitahuan lain. Dengan demikian, masyarakat bisa bersiap dan menyelamatkan barang berharga sehingga kerugian yang diderita tidak besar ketika banjir,” ujar Riyan.