Antisipasi Gelombang Kedua Mudik, Penyekatan di Sumsel Diperpanjang
Penyekatan kendaraan di Sumsel diperpanjang hingga 31 Mei 2021 guna mengantipasi lonjakan kasus positif Covid-19 akibat gelombang mudik kedua dan arus balik. Setidaknya sudah 10.000 kendaraan sudah diminta putar balik.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·3 menit baca
PALEMBANG, KOMPAS —Penyekatan kendaraan di Sumatera Selatan diperpanjang hingga 31 Mei 2021 guna mengantipasi lonjakan kasus positif Covid-19 akibat gelombang mudik kedua dan arus balik. Hingga Minggu (16/5/2021), setidaknya 10.000 kendaraan sudah diputar balik karena terjaring penyekatan.
”Konsepnya sama seperti penyekatan yang sudah dilakukan sebelumnya,” kata Kepala Biro Operasi Kepolisian Daerah Sumsel Komisaris Besar Kamaruddin, Senin (17/5/2021) di Palembang. Ada 47 pos penyekatan yang terdiri dari 38 pos sekat antardaerah dalam Sumsel dan 9 pos sekat di antarprovinsi.
”Bagi mereka yang tidak membawa dokumen kesehatan dan keterangan tugas akan diminta putar balik,” ujar Kamaruddin. Kebanyakan kendaraan yang telah diminta putar balik adalah kendaraan dari Pulau Jawa.
Gubenur Sumatera Selatan Herman Deru bahkan menginstruksikan agar Bupati/Wali Kota turut mendanai operasional penyekatan. ”Karena di Komando Distrik Militer (Kodim) dan Kepolisian Resor (Polres) tidak ada dana untuk keberlangsungan pos penyekatan,” ucap Herman.
Selain penyekatan kendaraan, penindakan juga diterapkan di sejumlah fasilitas publik yang menimbulkan keramaian seperti pusat perbelanjaan dan juga obyek wisata.
Oleh karena itu, kepala daerah diminta memberikan peringatan kepada warganya yang tidak bisa menerapkan protokol kesehatan terutama di tempat wisata. ”Jika ada obyek wisata yang tidak bisa mengendalikan kerumunan pengunjung, saya instruksikan untuk ditutup sementara. Ini semua demi melindungi masyarakat,” ujar Herman.
Kebanyakan kendaraan yang telah diminta putar balik adalah kendaraan dari Pulau Jawa. —Komisaris Besar Kamaruddin
Herman mengklaim Sumsel merupakan satu dari 19 provinsi di Indonesia yang mampu menekan kasus Covid-19. Dengan kata lain, ujar Herman, untuk saat ini jumlah kasus Covid-19 di Sumsel cukup terkendali. Dia tidak memungkiri adanya virus varian baru, yakni B.1.1.7 dan B.1.617. ”Namun, saat ini semua kasus ini sudah selesai dan tidak lagi berkembang,” ujar Herman.
Saat ini tingkat keterisian tempat tidur (bed occupancy rate/BOR) mencapai 48 persen atau menurun dibandingkan sebelum lebaran, yakni 53 persen. Situs Sumsel Tanggap Covide-19 mencatat, jumlah tempat tidur untuk Covid-19 di Sumsel mencapai 1.686 tempat tidur dengan jumlah tempat tidur yang terisi sebanyak 804 tempat tidur. ”Ke depan, jumlah tempat tidur akan terus ditambah sehingga BOR bisa menyentuh angka 30 persen,” ujarnya.
Penurunan angka BOR ini disebabkan oleh adanya tambahan tempat tidur terutama setelah wisma atlet Jakabaring, Palembang, dibuka sebagai ruang isolasi bagi warga yang terkonfimasi positif Covid-19. Selain itu beberapa daerah juga telah membuka ruang isolasi untuk memenuhi kebutuhan tempat tidur di daerahnya.
Kepala Dinas Kesehatan Sumatera Selatan Lesty Nurainy menuturkan, untuk saat ini lonjakan kasus akibat Lebaran belum terlihat. ”Biasanya lonjakan kasus akan terasa dua minggu setelah hari raya,” ungkap Lesty.
Namun, hal itu sudah diantisipasi dengan meningkatkan kapasitas tempat tidur untuk pasien Covid-19. Penambahan di antaranya dilakukan di RSUP Dr Mohammad Hoesin Palembang yang menambah 68 tempat tidur dan RS Bhayangkara Palembang sebanyak 34 tempat tidur. Adapun di Wisma Atlet jumlah tempat tidur sebanyak 192 unit.
”Kami juga tidak bisa memaksa semua rumah sakit mengubah fungsi tempat tidurnya karena bisa saja akan banyak penyakit di luar Covid-19 yang terjadi setelah Lebaran,” kata Lesty.