Ditemukan di Empat Daerah, Virus Varian Baru Terus Ditelusuri di Sumsel
Pemerintah terus menelusuri kemungkinan penyebaran virus varian baru B.1.617 yang ditemukan di Sumatera Selatan, yakni di Kota Palembang, Prabumulih, Kabupaten Muara Enim, dan Penukal Abab Lematang Ilir.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·4 menit baca
PALEMBANG, KOMPAS — Pemerintah terus menelusuri kemungkinan penyebaran virus varian baru B.1.617 yang ditemukan di Sumatera Selatan. Empat sampel yang terkonfirmasi terjangkit tersebar di empat daerah, yakni Kota Palembang, Prabumulih, Kabupaten Muara Enim, dan Penukal Abab Lematang Ilir. Namun, kini keempat pasien telah pulih dan dapat menjalankan aktivitasnya kembali.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Provinsi Sumsel Fery Yanuar, Senin (10/5/2021), menuturkan, keempat sampel itu merupakan sampel pasien yang terkofirmasi positif Covid-19 pada Januari yang lalu. Sampel diambil dari RSUP Mohammad Hoesin Palembang dan Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Palembang. ”Memang untuk memastikan jenis virusnya, sampel tersebut harus dikirim ke Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes),” ujar Fery.
Setelah mengetahui hasil pemeriksaan Balitbangkes, ujar Fery, pihaknya terus menelusuri dan menverifikasi data terkait orang yang pernah terjangkit, termasuk melacak dari mana mereka bisa tertular virus tersebut. Ketika menjalani pemeriksaan dan perawatan keempat orang tersebut dalam kondisi stabil dan tidak memiliki komorbid berarti. ”Bahkan, satu dari empat orang tersebut melakukan isolasi mandiri di rumah,” ucapnya.
Fery mengakui, proses pemeriksaan di Balitbangkes yang cukup panjang dan lama menjadi tantangan pihaknya dalam melacak asal dan kemungkinan penyebarannya. ”Waktunya cukup lama tentu akan sulit dilacak apakah virus ini sudah menyebar luas atau belum,” ujar Fery.
Seperti diketahui, B.1.617 merupakan virus varian baru dari India yang lebih cepat menular dibandingkan dengan virus yang ditemukan di Wuhan. Penemuan virus varian baru di Sumsel bukan sekali ini saja. Sebelumnya, virus varian B.1.1.7 juga ditemukan pada salah satu warga Palembang, Sumatera Selatan, tetapi kondisinya kini sudah membaik. Adapun 30 sampel kontak erat pasien masih diperiksa.
Mengingat dua virus varian baru sudah masuk ke Sumatera Selatan, lanjut Fery, penting bagi masyarakat untuk menerapkan protokol kesehatan secara ketat. Penerapan 3T (pelacakan, pemeriksaan, dan pemulihan) harus dilakukan dengan cermat agar virus varian baru tersebut tidak menyebar. ”Mungkin saja orang itu telah terjangkit, tetapi tidak mengalami gejala apa pun,” ucapnya.
Epidemiolog dari Universitas Sriwijaya, Iche Andriyani Liberty, menduga virus varian B.1.617 ini sudah ada di Sumatera Selatan sebelum Januari 2021. Bahkan, mungkin bersamaan dengan ditemukannya virus jenis yang sama di India pada Oktober 2020. ”Begitu juga dengan virus varian B.1.1.7 yang ditemukan pada waktu yang hampir bersamaan,” ucapnya.
Baru terdeteksinya virus varian baru ini dikarenakan pemerintah belum memiliki whole genome sequencing atau pengawasan perkembangan mutasi virus yang memadai sehingga pendeteksiannya cenderung lebih lama dibandingkan dengan negara lain. Kondisi ini diperparah dengan pelacakan yang tidak optimal di daerah karena proses pemeriksaan yang terbatas. ”Di Sumsel sendiri, ketika ada seseorang yang terkonfirmasi positif Covid-19, kontak erat yang diperiksa hanya sekitar 2-3 orang,” ucapnya.
Hal ini diakui Kepala Dinas Kesehatan Sumatera Selatan Lesty Nurainy yang mengatakan pelacakan kasus di Sumsel belum optimal. ”Seharusnya satu orang positif Covid-19, setidaknya ada 30 orang kontak erat yang diperiksa. Namun, nyatanya hanya 3-4 orang yang diperiksa,” ucap Lesty ketika memberikan pemaparan kepada Kepala Badan Nasional Penanggulangan Becana (BNPB) Doni Munardo, Rabu (5/5), di Palembang.
Muncul kekhawatiran virus ini sebenarnya sudah menyebar.
Iche mengatakan, muncul kekhawatiran virus ini sebenarnya sudah menyebar. Hal ini terlihat dari peningkatan kasus positif yang cukup signifikan di Sumsel dan angka kematian yang terus bertambah di beberapa daerah, seperti di Prabumulih, Muara Enim, Palembang, dan Ogan Komering Ulu Timur.
Apalagi, varian B.1.1.7 dan B.1.617 memiliki daya tular lebih tinggi, yakni sekitar 50-70 persen dibandingkan dengan virus yang berasal dari Wuhan, China.
Sebenarnya risiko penyebaran mutasi virus sudah Iche sampaikan ketika akhir tahun 2020. Ketika itu, Sumsel diminta waspada terhadap risiko penularan virus varian baru. Namun, tetap saja mobilitas masyarakat tidak terbendung karena terlena dengan libur panjang akhir tahun.
”Peningkatan kasus di Sumsel merupakan akumulasi dari kurang optimalnya pelacakan terhadap keberadaan virus varian baru, tingginya mobilitas masyarakat, dan belum sempurnanya vaksinasi,” ucap Iche.
Melihat situasi saat ini, Iche berharap masyarakat kian sadar terhadap bahaya Covid-19 dan menjadi lebih taat menjalani protokol kesehatan, utamanya menjelang Idul Fitri. ”Menerapkan protokol kesehatan dengan ketat merupakan cara jitu untuk menangkal penularan virus varian baru ini,” ucapnya.
Wakil Wali Kota Palembang Fitrianti Agustinda mengatakan, pihaknya terus memverifikasi temuan tersebut. Sembari menunggu proses itu, penyekatan secara ketat akan terus berlangung guna mengurangi mobilitas penduduk. Namun, dia berharap masyarakat dapat lebih sadar untuk menerapkan protokol kesehatan secara benar.