Jarak Pandang Penyelam Minim, Pencarian Dua Korban di Kedung Ombo Ditunda
Hingga Minggu (16/5) pukul 16.30, tujuh dari sembilan korban telah ditemukan dalam keadaan meninggal. Dua orang yang masih dicari ialah Niken Safitri (8) warga Grobogan dan Jalal (1,5) asal Boyolali.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA/NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
BOYOLALI, KOMPAS — Pencarian dua korban kecelakaan air, di Waduk Kedung Ombo, Desa Wonoharjo, Kecamatan Kemusu, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, hingga Minggu (16/5/2021) sore belum membuahkan hasil karena jarak pandang penyelam minim. Pencarian akan berlanjut pada Senin (17/5/2021) pagi.
Sebelumnya, Sabtu (15/5) perahu yang mengantar pengunjung ke warung apung dari tepi waduk terbalik. Dari 20 penumpang, 11 orang langsung diselamatkan warga, sedangkan sembilan orang dicari. Hingga Minggu (16/5) pukul 16.30, tujuh dari sembilan korban telah ditemukan dalam keadaan meninggal.
Ketujuh korban yang telah ditemukan ialah Tituk Mulyani (35), Siti Mukaromah (24), Najwa Kaira Wilda (6), ketiganya warga Karangrayung Grobogan, serta Tri Iriana (27), Zamzam (8), Ace Jalil Rosyid (4), dan Destri, warga Juwangi Boyolali. Pencarian menyisakan dua orang, yakni Niken Safitri (8), warga Grobogan dan Jalal (1,5) asal Boyolali.
”Pada Minggu, kami telah mengupayakan pencarian. Tim selam sudah sampai bawah dengan kedalaman hingga 30 meter. Namun, jarak pandang terbatas. Sore ini, tim selam istirahat dan besok pagi akan menyisir kembali. Mudah-mudahan jarak pandang di bawah akan lebih baik,” ujar Kepala Basarnas Kantor SAR Semarang Nur Yahya, Minggu sore.
Yahya menambahkan, di dasar waduk, di sekitar titik kejadian kapal terbalik, terdapat lumpur tebal. Dengan adanya pergerakan, lumpur naik dan mengakibatkan air menjadi keruh. Hal tersebut menjadi penghambat para tim penyelam karena jarak pandang menjadi sangat minim.
Pada Senin, tim rencananya bersiap sejak pukul 06.30. Selain penyisiran oleh penyelam, digunakan juga satu unit robot penyelam (ROV) untuk mendeteksi bawah waduk. ”Nanti, apabila ada tanda-tanda korban, tim penyelam yang akan mengevakuasi,” kata Yahya.
Menurut dia, keberadaan ROV cukup membantu proses pencarian, tetapi tetap ada sejumlah hambatan dan keterbatasan. Di antaranya, baterai ROV yang hanya bisa bertahan 1-2 jam dan setelah itu harus diisi ulang. Selain itu, di dasar waduk juga terdapat banyak akar dan rumput yang membuat ROV beberapa kali tersangkut.
SAR Mission Coordinator sekaligus Kepala Bidang Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Boyolali, Kurniawan Fajar menuturkan, ada 50 penyelam yang dikerahkan, tetapi baru dioptimalkan 24 orang. Adapun satu kloter terdiri dari delapan penyelam dan menyisir sekitar dua jam.
”(Minggu) sore ini, para penyelam istirahat dulu agar bisa menghemat tenaga dan untuk keselamatan mereka juga. Karena ini sudah tidak kondisi darurat, (korban) hampir dipastikan meninggal, efisiensi waktu kami utamakan, juga keselamatan,” kata Kurniawan.
Momentum
Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Pemali Juana, M Adek Rizaldi, mengemukakan, Waduk Kedung Ombo dengan luas genangan 4.415 hektar berada di bawah pengelolaan pihaknya. Namun, petugas operasional bendungan hanya memelihara dan memantau di tubuh bendungan, yakni sepanjang 1,6 kilometer.
Sejak 2017 kami sudah mencoba menertibkan terkait obyek wisata maupun keramba jaring apung. Namun, belakangan tumbuh kembali, tetapi dikelola masyarakat sendiri.
Di luar tubuh bendungan, sejumlah titik di waduk yang mencakup Kabupaten Grobogan, Boyolali, dan Sragen itu dimanfaatkan warga untuk keramba jaring apung dan wisata. ”Sejak 2017 kami sudah mencoba menertibkan terkait obyek wisata maupun keramba jaring apung. Namun, belakangan tumbuh kembali, tetapi dikelola masyarakat sendiri. Tidak di bawah pemda,” ujar Adek.
Adek menambahkan, kejadian di Desa Wonoharjo menjadi momentum penertiban. ”Kami tadi berkoordinasi dengan Kapolres dan Dandim (Boyolali) kalau ini jadi momentum. Bukan untuk melarang usaha masyarakat, tetapi agar sesuai dengan ketentuan, termasuk laik tidaknya operasi perahu,” ujarnya.