RS Lapangan Kogabwilhan II Surabaya, Jawa Timur, merawat 34 pasien Covid-19 buruh migran dari mancanegara. Ancaman lonjakan kasus Covid-19 terkait varian baru SARS-CoV-2 sedang mengintai dan berpotensi terjadi.
Oleh
AMBROSIUS HARTO
·4 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Peningkatan jumlah pasien Covid-19 terkait kedatangan buruh migran dari mancanegara di Jawa Timur akhirnya terjadi. Rumah Sakit Lapangan Komando Gabungan Wilayah Pertahanan II Surabaya merawat 65 pasien, 34 orang di antaranya adalah buruh migran.
Dari 34 buruh migran yang dirawat itu, 26 orang di antaranya masuk pada Selasa (4/5/2021) pukul 16.00. Sebanyak 8 buruh migran masuk ke RS di Jalan Indrapura itu sejak Sabtu (1/5/2021). Buruh migran yang positif dan harus dirawat itu sebelumnya menjalani karantina dan tes usap PCR di Asrama Haji Sukolilo, Surabaya.
Sebelum kedatangan buruh migran atau sampai akhir bulan lalu, RS Lapangan merawat 31 pasien lokal. Jumlah ini masih jauh dari kapasitas 400 tempat tidur. Pasien lokal dan buruh migran dirawat secara terpisah dan mereka tidak diperkenankan saling kontak. Di dalam RS Lapangan, buruh migran dilokalisasi dan mendapat penanganan saksama.
”RS lapangan telah ditunjuk untuk menangani seluruh pasien buruh migran dari mancanegara lewat Bandara Juanda setelah menjalani karantina dan tes usap PCR di Asrama Haji Sukolilo,” ujar Penanggung Jawab RS Lapangan Laksamana Pertama IDG Nalendra Djaya Iswara, Selasa petang.
Menurut Nalendra, pasien buruh migran akan ditangani dengan lebih saksama karena berpotensi membawa varian baru SARS-CoV-2 penyebab Covid-19. Berapa lama waktu yang dibutuhkan oleh pasien sampai dinyatakan boleh keluar bergantung pada kondisi kesehatan pasien.
Pasien akan secara rutin menjalani tes usap PCR yang sampelnya dikirim ke Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan untuk diteliti lagi keterkaitannya dengan potensi varian baru SARS-CoV-2.
Jumlah pasien dari buruh migran di RS lapangan, lanjut Nalendra, sangat mungkin bertambah. Salah satu alasannya, Jatim akan kedatangan 14.000 buruh migran dan penumpang dari mancanegara. Menurut prediksi epidemiolog, dari angka 14.000 orang itu, yang berpotensi terjangkit Covid-19 berkisar 5-7 persen atau 700-980 orang.
”Jika perkiraan itu terjadi, RS lapangan berpotensi penuh kapasitasnya. Semoga bisa ditangani di Surabaya, tidak sampai ke RS lapangan lain untuk melokalisasi potensi penularan Covid-19 jika ada kemungkinan akibat varian baru,” kata Nalendra.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana dan Perlindungan Masyarakat Kota Surabaya Irvan Widyanto mengatakan, di Asrama Haji Sukolilo, data sampai Selasa pukul 16.00, masih ada 28 buruh migran yang dikarantina. Sebanyak 19 orang dikarantina di Gedung Shofa, sedangkan 9 orang di Gedung Zam-Zam. Adapun kapasitas asrama ini 125 orang (Zam-Zam) dan 234 orang (Shofa) atau total 359 orang.
”Yang dikarantina seluruhnya adalah buruh migran,” kata Irvan, Wakil Sekretaris Satgas Covid-19 Surabaya.
Secara terpisah, Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa mengatakan, seluruh penumpang internasional yang turun di Bandar Udara Internasional Juanda Surabaya di Sidoarjo akan diperiksa dan dikarantina di Asrama Haji Sukolilo. Di asrama, mereka harus menjalani tes usap PCR dan menunggu hasilnya dalam karantina.
Bagi mereka yang dinyatakan positif Covid-19, dikirim ke RS lapangan, seperti 34 buruh migran itu. Adapun yang negatif, diperkenankan kembali ke kabupaten/kota tujuan, tetapi harus terlebih dahulu menjalani masa karantina tambahan sesuai ketentuan Satuan Tugas Penanganan Covid-19 setempat. ”Alur penanganannya satu pintu untuk melokalisasi potensi penularan akibat varian baru,” ujar Khofifah.
Mengutip laman resmi http://infocovid19.jatimprov.go.id/, situasi pandemi Covid-19 di Jatim masih melandai. Disebut melandai karena penambahan kasus harian masih di bawah 300 orang. Jumlah ini di bawah ledakan pada Januari, Februari, dan Maret 2021 yang pernah mencatatkan penambahan 1.000 kasus dalam sehari.
Selama empat hari ini, penambahan kasus harian adalah 231 orang, 206 orang, 215 orang, dan 290 orang. Sementara kesembuhan harian 207 orang, 210 orang, 260 orang, dan 242 orang. Adapun kematian pasien Covid-19 sebanyak 19 orang, 27 orang, 23 orang, dan 31 orang. Data itu menunjukkan, ada potensi tren kenaikan kasus baru dan kematian sehingga patut diwaspadai.
Peningkatan tertinggi berasal dari Kabupaten Madiun yang empat hari ini menyumbang 97 kasus dari total 942 kasus se-Jatim atau 10,3 persen. Selanjutnya, yakni Nganjuk 41 kasus, Kota Madiun menyumbang 50 kasus, Magetan 52 kasus, Ponorogo 68 kasus, dan Ngawi 82 kasus. Semua daerah itu merupakan bagian dari kawasan Madiun Raya, yang juga menjadi ”kantong” atau asal buruh migran di Jatim.
Peningkatan yang juga patut diwaspadai adalah kawasan Malang Raya, di mana empat hari terakhir Kota Malang menambah 68 kasus, Kabupaten Malang 45 kasus, dan Batu 2 kasus. Di Surabaya Raya, Kota Surabaya ketambahan 66 kasus, Sidoarjo 50 kasus, dan Gresik 10 kasus.