Alarm Kenaikan Kasus di Jawa Timur, Jangan Andalkan Vaksinasi Semata
Jawa Timur perlu mewaspadai potensi kenaikan kasus harian. Peningkatan yang meski belum signifikan perlu segera diantisipasi agar tidak terjadi lonjakan apalagi ledakan kasus.
Oleh
AMBROSIUS HARTO
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Indikasi penularan virus korona baru penyebab Covid-19 di Jawa Timur belakangan kembali memburuk. Penambahan kasus harian telah menembus 300 orang dari biasanya di bawah angka tersebut. Program vaksinasi semata tak bisa diandalkan memutus rantai kasus.
Data laman resmi http://infocovid19.jatimprov.go.id/ mencatat, dua hari terakhir, penambahan kasus warga terjangkit Covid-19 masing-masing 325 orang dan 316 orang. Selain kedua hari itu, penambahan kasus di atas 300 orang selama April terjadi pada Rabu (7/4) sebanyak 336 orang, Jumat (9/4) sebanyak 308 orang, Rabu (21/4) sejumlah 303 orang, dan Jumat (23/4) sejumlah 300 orang.
Padahal, selama 30 hari ini, kebanyakan penambahan kasus harian di bawah 300 orang. Penambahan kasus di bawah 300 orang per hari itu dinyatakan oleh Satuan Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 setempat sebagai situasi penularan yang melandai.
Menilik data, angka penularan pada April memang lebih baik ketimbang Maret. Pada Maret, penambahan kasus harian tertinggi mencapai 412 orang. Pada Februari, penambahan tertinggi 1.044 orang dalam sehari. Sementara pada Januari, ada hari saat kasus bertambah 1.198 orang.
Menurut epidemiolog Universitas Airlangga Surabaya, Windhu Purnomo, Satgas Covid-19 setempat tetap mesti waspada. Potensi kenaikan kasus harian perlu segera ditindaklanjuti dengan tes dan pelacakan yang lebih masif. Satgas tidak bisa hanya semata mengandalkan program vaksinasi yang sedang ditempuh tanpa disertai penegakan protokol kesehatan.
Adapun pengetesan, pelacakan, dan penanganan pasien juga harus terus dilakukan. Penerapan kebijakan terobosan dalam pembatasan sosial di masyarakat tetap mesti ditempuh.
Windhu menjelaskan, peningkatan kasus harian di atas 300 orang memang masih perlu dicermati apakah akan konsisten hingga sepekan atau lebih. Sebab, jika terjadi dalam waktu lama, perlu dicari keterkaitannya dengan situasi terkini mobilitas masyarakat sebelum larangan mudik, kedatangan lebih dari 14.000 buruh migran atau pemudik dari mancanegara, hingga wacana dispensasi terhadap para santri yang diperkenankan mudik Lebaran.
Windhu meminta Satgas Covid-19 setempat berkaca dari pengalaman India yang sedang dilanda ledakan kasus penularan. Ledakan kasus terjadi hanya tiga bulan setelah pengumuman negeri itu diklaim mampu mencapai kekebalan kelompok melalui vaksinasi.
Dari pengumuman itu, penerapan protokol kesehatan di tingkat warga terus mengendur sampai terjadi ledakan kasus. Artinya, vaksinasi yang tidak ditunjang dengan disiplin protokol kesehatan, penanganan terpadu, dan pembatasan sosial tidak akan berhasil menahan penyebaran pandemi Covid-19.
Dari data itu, ledakan kasus, secara statistik, memang berangsur turun. Satgas Covid-19 meyakini penurunan kasus terjadi salah satunya karena pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) dan vaksinasi sejak pertengahan Januari 2021.
Bahkan, untuk menekan risiko kenaikan lagi, dalam bulan Ramadhan dan jelang Lebaran, pemerintah memberlakukan pengetatan pelaku perjalanan dalam negeri dan peniadaan perjalanan atau larangan mudik kurun 22 April-24 Mei 2021. Khusus untuk larangan mudik berlaku 6-17 Mei 2021.
Adapun sebagai antisipasi kenaikan kasus dalam beberapa waktu ke depan, Rumah Sakit Lapangan Komando Gabungan Wilayah Pertahanan II Surabaya terus bersiap untuk menghadapi potensi lonjakan jumlah pasien.
Penanggung Jawab RS Lapangan Laksamana Pertama IDG Nalendra Djaya Iswara mengatakan, kapasitas fasilitas itu bisa menangani 600 pasien Covid-19 tanpa gejala dan ringan. ”Namun, kelengkapan sudah ditingkatkan sehingga kami juga bisa melayani pasien Covid-19 gejala sedang dan berat ketika rumah sakit umum mulai penuh,” ucapnya.
Nalendra mengatakan, potensi peningkatan nyaris selalu terjadi seusai liburan dalam masa pandemi Covid-19. Lonjakan kasus, misalnya, terjadi pada pertengahan Januari 2021 sebagai dampak peningkatan mobilitas masyarakat dalam masa libur Natal dan Tahun Baru. Ketika itu, meski banyak obyek wisata ditutup dan perayaan Tahun Baru dilarang, penularan tetap tinggi karena pergerakan dan kontak masyarakat tetap terjadi.
Pada pekan keempat Januari, RS Lapangan menangani lebih dari 500 pasien Covid-19 atau hampir mencapai kapasitas maksimal. Namun, seiring dengan waktu, jumlah pasien yang ditangani terus berkurang dan situasi terkini tersisa kurang dari 30 pasien. Jika kasus naik lagi, berangsur-angsur jumlah pasien di RS Lapangan dan jaringan rumah sakit lain juga meningkat.
Menurut data, saat ini, yang dirawat sebanyak 1.991 orang se-Jatim. Jumlah itu masih di bawah jumlah total tempat tidur isolasi pasien yang 8.811 tempat tidur.