RS Lapangan Surabaya Bersiap Tangani Potensi Lonjakan Pasien
Jaringan fasilitas kesehatan di Jawa Timur harus bersiap menghadapi potensi ledakan kasus Covid-19 dari kedatangan buruh migran, dispensasi perjalanan mudik bagi santri, dan peningkatan mobilitas masyarakat.
Oleh
AMBROSIUS HARTO
·4 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Rumah Sakit Lapangan Komando Gabungan Wilayah Pertahanan II Surabaya, Jawa Timur, bersiap menghadapi potensi lonjakan jumlah pasien Covid-19. Lonjakan berpotensi terjadi menyusul peningkatan perjalanan masyarakat dalam masa Ramadhan dan Lebaran 2021.
Selain itu, ada pula kedatangan setidaknya 14.000 buruh atau pekerja migran yang mayoritas telah habis masa kontrak kerjanya di luar negeri. Mereka terpaksa pulang atau mudik ke Jatim agar tidak berstatus ilegal. Kedatangan pemudik dari mancanegara itu terpantau di Bandar Udara Juanda Surabaya di Sidoarjo.
Padahal, pemerintah telah menerbitkan peraturan pembatasan mobilitas dan peniadaan perjalanan mudik. Kebijakan ini berlaku pada 22 April-24 Mei 2021. Khusus peniadaan perjalanan atau larangan mudik berlaku kurun 6-17 Mei 2021.
Meski ada kebijakan itu, aktivitas masyarakat, termasuk perjalanan yang berpotensi meningkatkan risiko penularan Covid-19, masih bisa terjadi. Di Jatim, pemerintah memberi pengecualian bagi ratusan ribu santri sehingga boleh melakukan perjalanan mudik.
Menurut data dari RS Lapangan, per Kamis (29/4/2021), fasilitas ini sedang merawat 29 pasien (18 lelaki dan 11 perempuan). Jumlah itu naik dibandingkan sebelumnya yang 26 pasien (11 lelaki dan 15 perempuan). RS Lapangan ini telah ditunjuk sebagai fasilitas untuk menangani pasien Covid-19 yang berasal dari buruh migran atau pemudik dari mancanegara.
Penanggung Jawab RS Lapangan Laksamana Pertama IDG Nalendra Djaya Iswara mengatakan, kapasitas fasilitas itu bisa menangani 600 pasien Covid-19 tanpa gejala dan ringan. ”Namun, sudah ditingkatkan sehingga kami juga bisa melayani pasien gejala sedang dan berat,” katanya.
Potensi peningkatan nyaris selalu terjadi seusai liburan dalam masa pandemi Covid-19 sejak Maret 2020. Misalnya, pertengahan Januari 2021 atau seusai masa libur Natal dan Tahun Baru, jumlah pasien di RS Lapangan lebih dari 500 orang. Jumlah itu berangsur turun sehingga pada Kamis di akhir bulan ini tersisa 29 orang.
”Ini ada momentum libur puasa dan Idul Fitri serta kedatangan buruh migran sehingga besar kemungkinan ada peningkatan jumlah pasien dalam hari-hari ke depan,” kata Nalendra.
Secara terpisah, Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa mengatakan, sepekan terakhir ada 2.000 buruh migran yang telah kembali ke Jatim melalui Bandara Juanda. Sebanyak 22 orang di antaranya diketahui positif Covid-19. Mereka sedang ditangani sekaligus diteliti oleh tim kesehatan RS Universitas Airlangga, Surabaya.
Menurut Khofifah, pemeriksaan perlu ditempuh untuk mengantisipasi penyebaran varian baru virus korona. India menjadi negara yang sedang mengalami ledakan kasus Covid-19 yang hebat atau gelombang kedua. Di sana, ledakan kasus salah satunya karena varian baru SARS-CoV-2.
Buruh migran yang terjangkit perlu ditangani spesifik untuk mengetahui apakah mereka terjangkit Covid-19 dari varian baru atau tidak. ”Kebanyakan buruh migran yang datang berasal dari negara tetangga, yakni Malaysia dan Singapura,” kata Khofifah.
Epidemiolog Universitas Airlangga Windhu Purnomo mengingatkan aparatur terpadu untuk benar-benar waspada dengan potensi ledakan kasus Covid-19 dari kluster buruh migran. Selain itu, juga dari dispensasi perjalanan santri yang mudik. ”Intinya, jangan sampai jejaring fasilitas kesehatan hampir kolaps seperti di India,” katanya.
Windhu mendorong agar aparat benar-benar rigid dalam pemeriksaan, penerapan karantina, dan penanganan. Peristiwa memalukan yang meloloskan warga India dari kewajiban karantina dengan imbalan suap seperti terjadi di Bandara Soekarno-Hatta Jakarta di Tangerang jangan sampai terjadi di Jatim. Selain itu, perketat pengawasan layanan tes Covid-19 agar tidak terjadi kejahatan seperti di Bandara Kualanamu, Sumatera Utara, yakni penggunaan kembali alat tes bekas pakai.
Khusus untuk penanganan buruh migran atau pemudik dari mancanegara di Juanda, Satuan Tugas Penanganan Covid-19 menerapkan sejumlah kebijakan. Salah satunya, mereka akan dikarantina di Asrama Haji Sukolilo Surabaya selama lima hari sekaligus untuk pemeriksaan dan tes usap PCR. Satgas telah menunjuk RS Bhayangkara HS Samsoeri Mertojoso, RS Brawijaya, dan PCR Mobile Dinas Kesehatan Kota Surabaya untuk pemeriksaan spesimen.
Adapun buruh migran yang positif Covid-19 ditangani di RS Lapangan, sedangkan yang negatif dijemput oleh aparatur kabupaten/kota tujuan. Namun, di kabupaten/kota tujuan, buruh migran yang negatif tetap harus menjalani karantina sesuai ketentuan satgas setempat. Setelah menyelesaikan karantina, buruh migran diperkenankan kembali ke rumah atau kampung halaman.
Begitu pula terkait buruh migran yang positif dan ditangani di RS Lapangan sampai boleh dinyatakan keluar. Mereka akan dijemput oleh aparatur kabupaten/kota tujuan dan harus menjalani masa isolasi tambahan sesuai ketentuan satgas. Mereka baru boleh kembali ke rumah setelah mendapat persetujuan dari satgas kabupaten/kota.