Rumah Rusak Terdampak Badai Seroja di NTT Mencapai 52.793 Unit
Posko Tanggap Darurat Bencana Seroja Pemprov Nusa Tenggara Timur menerima laporan terakhir jumlah kerusakan rumah warga akibat Siklon Tropis Badai Seroja, 3-5 April 2021, mencapai 52.793 unit.
Oleh
KORNELIS KEWA AMA
·3 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur akhirnya merampungkan pendataan rumah rusak akibat Badai Seroja. Tercatat 52.793 rumah rusak di 17 kabupaten dan kota akibat bencana besar yang terjadi awal April itu.
Sebelumnya, pendataan rumah rusak ini sempat berlarut-larut. Prosesnya baru rampung setelah Gubernur NTT Viktor Laiskodat mengultimatum para kepala daerah untuk merampungkan pendataan paling lambat 30 April 2021. Dari data itu, total ada 6.336 rumah rusak berat, 6.806 rumah (rusak sedang), dan 39.651 rumah (rusak ringan).
”Data itu sudah dilengkapi surat keputusan bupati dan wali kota. Selanjutnya akan ada monitoring dan evaluasi lapangan untuk memastikan kerusakannya,” kata juru bicara Posko Tanggap Darurat Badai Siklon Tropis Seroja NTT, Marius Ardu Jelamu, di Kupang, Senin (3/5/2021).
Akan tetapi, pendataan kerusakan ini belum sepenuhnya rampung. Hingga kini, Pemprov NTT masih menunggu data kerusakan infrastruktur lainnya, seperti jalan, jembatan, layanan kesehatan, dan gedung pemerintahan. Data yang ada saat ini dinilai belum terperinci.
”Misalnya, ada daerah masih menyebutkan 10 ruas jalan rusak tanpa memasukkan kondisinya, apakah kategori berat, sedang, atau kategori ringan,” katanya.
Salah satu daerah yang aktif menyusun data adalah Kabupaten Kupang. Koordinator Perkumpulan Relawan Kemanusiaan Timor Elfrid Veisal Sane mengatakan, bersama Pemkab Kupang, pihaknya terus mendata dampak bencana.
Sejauh ini, total kerusakan di semua sektor di Kabupaten Kupang senilai Rp 1,356 triliun. Dari pendataan, ada 46.704 jiwa terdampak bencana, 12 orang meninggal, dan 3 warga masih dinyatakan hilang.
Tercatat juga, kata Elfrid, 5.197 unit rumah rusak ringan, 2.066 rumah rusak sedang, dan 2.060 rumah rusak berat. Selain itu, badai juga merusak 45 fasilitas pemerintah, termasuk pelabuhan dan tempat pendaratan ikan. Sebanyak 121.842 perahu nelayan juga rusak.
Sektor peternakan juga terdampak. Sebanyak 1.614 sapi dan 1.906 kambing mati karena kedinginan serta terbawa banjir dan longsor. Adapun sawah gagal panen seluas 6.962 hektar dan ladang jagung yang rusak 1.802 hektar.
”Tiga bendungan rusak, 4 embung tertimbun longsoran, serta 11.666 jaringan perpipaan hanyut, tertimbun, dan patah. Akibat kerusakan pipa air ini, 12 desa di Kabupaten Kupang kesulitan air bersih,” kata Elfrid.
Kepala Bagian Humas Kabupaten Kupang Martha Para Ede mengatakan, data rumah rusak telah diserahkan ke provinsi. Namun, data kerusakan infrastruktur, lahan pertanian, dan fasilitas umum masih perlu diperbaiki. ”Kami sedang koordinasi dengan camat dan kepala desa untuk melakukan pendataan ulang,” kata Martha.
Anggota DPRD NTT, Patris Lali Wolo, berharap dengan kerusakan yang masif, Pemprov NTT segera menetapkan kejadian ini sebagai bencana nasional. Tujuannya agar penanganannya bisa dilakukan lebih luas oleh negara. ”Pemprov NTT masih menolak kejadian ini sebagai bencana nasional, berarti ke depan harus ada solusi jitu selanjutnya bagi masyarakat terdampak,” katanya.