Badai Seroja Makin Menurunkan Mutu Pendidikan di NTT
Pemerintah perlu memperbaiki seluruh sarana pendidikan karena badai seroja yang menerjang beberapa kabupaten dan kota di Provinsi Nusa Tenggara Timur kian memperburuk kualitas siswa karena minimnya sarana pendukung.
Oleh
KORNELIS KEWA AMA
·4 menit baca
KOMPAS/KORNELIS KEWA AMA
Siswa satu SMA di Timor Tengah Selatan mengerjakan soal UN tahun ajaran 2020 di jalan dan hutan, setelah menemukan adanya jaringan internet di tempat itu. Kesulitan jaringan internet seperti ini dialami sebagian besar sekolah di pedalaman NTT.
KUPANG, KOMPAS — Badai Seroja semakin menurunkan mutu pendidikan di Nusa Tenggara Timur atau NTT. Data sementara kerusakan gedung sekolah yang disampaikan pemerintah kabupaten/kota di NTT sebanyak 382 unit. Pemerintah berupaya segera memperbaiki gedung sekolah yang rusak sehingga segera dimanfaatkan untuk kegiatan belajar mengajar tatap muka.
Ketua Yayasan Tukelakang Nusa Tenggara Timur Marianus Minggo di Kupang, Sabtu (24/4/2021), mengatakan, kondisi mutu pendidikan di NTT sebelum adanya Badai Seroja pun sudah terpuruk oleh pandemi Covid-19.
Selama masa pandemi, pelajar memanfaatkan waktu itu semacam libur panjang. Akan tetapi, penyelenggara pendidikan tidak pernah sadar hal itu. Bahkan, jauh sebelum pandemi, mutu NTT selalu terbelakang. Ini terpantau dari hasil UN selama itu.
”Kehadiran badai Seroja semakin memperburuk mutu pendidikan di daerah ini. Ratusan bahkan ribuan gedung sekolah, fasilitas pendidikan, rumah guru termasuk jaringan internet rusak,” katanya. Untuk memperbaiki atau mengadakan semua ini butuh anggaran besar, sementara keuangan daerah terbatas, kecuali dibantu dari pusat.
Forum Kerukunan Umat Beragama NTT menyerahkan bantuan bahan kebutuhan pokok di Pondok Pesantren Al-Hikmat Kota Kupang, Sabtu (24/4/2021).
Sekretaris Dinas Pendidikan dan Kebudayaan NTT Sulistyo Ambarsari mengatakan, data kerusakan gedung sekolah, dari Pendidikan Anak Usia Dini sampai Pendidikan Menengah Atas atau sederajat sebanyak 382 unit. Data ini masih bersifat sementara karena masih banyak kabupaten yang belum memasukkan data kerusakan. Data dari kecamatan masing-masing belum masuk semua.
Akses telekomunikasi
Kesulitan yang dihadapi sesuai laporan dari kabupaten, yakni akses telekomunikasi dari kabupaten ke kecamatan dan desa masih sulit, demikian pula sejumlah jalan yang menghubungkan kabupaten dengan kecamatan belum bisa dilalui. Ia berharap sampai akhir April 2021 ini semua data kerusakan gedung sekolah, dan fasilitas pendukung, seperti komputer, laptop, jaringan telekomunikasi sekolah, dan fasilitas lain sudah bisa disampaikan ke provinsi.
Kami harap, perbaikan fisik segera dilakukan sehingga segera direncanakan KBM tatap muka. Meski stimulus atau pencairan kecil-kecil, tetapi 15 gedung sekolah ini sudah bisa diakomodasi Kementerian Pendidikan sehingga upaya perbaikan sudah jelas. —Dumul Djamil
Dengan data ini, Pemprov bisa mengambil kebijakan terkait pendidikan ke depan. Perbaikan atau pembangunan kembali gedung sekolah, misalnya, pengadaan fasilitas pendukung kegiatan belajar-mengajar, dan penetapan kegiatan belajar tatap muka.
Sebelum bencana Seroja, Pemprov NTT merencanakan menggelar kegiatan belajar-mengajar (KBM) Mei 2021, sebagai persiapan untuk KBM tatap muka Juni-Juli 2021. Namun, bencana Seroja telah mengubah rencana itu dan kini sedang mengkaji kemungkinan KBM tatap muka dapat diselenggarakan Juni-Juli, atau bahkan belum bisa digelar. Semua tergantung dari data kerusakan yang masuk, di samping informasi trauma dan tekanan psikologi anak-anak pascabencana.
Siswa Paket C sedang mengerjakan UN di pusat kegiatan belajar mengajar atau sekolah itu, Sabtu (24/4/2021). Mereka kebanyakan mengikuti ujian secara luar jaringan.
Koordinasi dengan pusat
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Kupang Dumul Djami mengatakan, sebanyak 81 unit gedung sekolah tingkat PAUD sampai dengan SMA atau sederajat mengalami kerusakan. Pihaknya telah berkoordinasi dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui pertemuan virtual. Pertemuan itu untuk membahas berapa sekolah yang rusak dan berapa unit yang harus segera diperbaiki dalam waktu dekat secara bersama.
Untuk sementara, sebanyak 15 gedung sekolah yang segera mendapatkan bantuan, yakni enam gedung SMP dan sembilan gedung SD. Dalam pertemuan virtual berikut dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, akan ditentukan berapa besar anggaran yang akan dialokasikan langsung ke rekening sekolah untuk perbaikan itu.
”Kami harap, perbaikan fisik segera dilakukan sehingga segera direncanakan KBM tatap muka. Meski stimulus atau pencairan kecil-kecil, tetapi 15 gedung sekolah ini sudah bisa diakomodasi Kementerian Pendidikan sehingga upaya perbaikan sudah jelas,” kata Dumul.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Timor Tengah Selatan Dominggus Banunaek mengatakan, data sementara yang dilaporkan para camat, sebanyak delapan unit gedung sekolah mengalami kerusakan. Rincian kerusakan, yakni empat unit SD rusak berat dan dua unit rusak sedang. Gedung SMP, yakni dua unit rusak berat.
SMA Katolik salah satu sekolah swasta favorit di Kota Kupang, Jumat (23/4/2021). Sekolah ini banyak diminati masyarakat. Gedung sekolah ini tetap berdiri kokoh meski diterjang Badai Seroja, 3-5 April 2021.
Dominggus menyebutkan, data ini masih bersifat sementara karena beberapa sekolah belum melaporkan kerusakan. Ia telah berkali-kali meminta pihak kepala sekolah di setiap desa dan kecamatan agar segera mungkin menyampaikan data kerusakan secara rinci karena segera dilaporkan ke Provinsi.
Ruang sekolah dipadati lumpur sampai ketinggian 20 cm setelah sekolah itu diterjang longsor dan banjir pada malam hari. Pintu sekolah ambruk sehingga banjir dan material lumpur masuk menggenangi ruang sekolah.
Pembina Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Dinas Pendidikan Kota Kupang Goris Takene mengatakan, sebanyak 428 peserta paket C setara SMA atau sederajad mengikuti Ujian Nasional. Mereka tersebar di 11 PKBM di Kota Kupang.
Kantor Dinas Pendidikan dan Kebudayaan NTT, Jumat (23/4/2021).
Kegiatan UN ini dilaksaksanakan secara daring dan luring. Untuk Kota Kupang dilakukan secara tatap muka di setiap sekolah atau PKBM. Mereka adalah peserta program IPA 26 orang, dan IPS sebanyak 402 orang.
”Jumlah 11 PKBM itu menyelenggaran UN secara manual, meskipun sebelumnya sudah disiapkan UN secara daring. Badai Seroja menyebabkan sejumlah jaringan Wi-Fi di setiap PKBM terganggu sehingga terpaksa ujian dilaksanakan secara luring,” kata Goris.
Lulusan paket C memiliki ijazah setara dengan SMA atau sederajat. Mereka bisa mencari kerja langsung dan masuk perguruan tinggi. ”Namun, kebanyakan dari mereka ingin menjadi kepala desa dan kepala dusun. Kepala desa sekarang pun gaji sampai Rp 2 juta per bulan, lagi pula mereka mengelola dana desa. Sejumlah warga desa berebut mendapatkan ijazah paket C,” kata Takene.