Pelaku Wisata dan Petambak Garam di Karawang Berharap Tumpahan Minyak Tak Meluas
Tumpahan minyak akibat kebocoran pipa di Karawang membuat sejumlah petambak, warga, dan pelaku wisata khawatir akan dampak yang ditimbulkan. Mereka berharap pembersihan limbah bisa segera rampung dan tidak meluas.
Oleh
MELATI MEWANGI
·4 menit baca
KARAWANG, KOMPAS — Tumpahan minyak akibat kebocoran pipa di Karawang, Jawa Barat, membuat sejumlah petambak, warga, dan pelaku wisata khawatir bakal muncul akibat berkepanjangan. Mereka berharap pembersihan limbah dan pemulihan kawasan segera dirampungkan sehingga dampaknya tidak meluas.
Tumpahan minyak berasal dari kebocoran pipa di area BZZA Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ) pada Kamis (15/4/2021) sore. Tumpahan minyak itu tercerer di sejumlah pantai di pesisir utara Karawang dalam kurun waktu yang berbeda. Kawasan sebaran minyak datang menyesuaikan arah angin dan ombak laut.
Wakil Ketua Kelompok Wisata Tangkolak Yanto di Karawang, Rabu (28/4/2021), mengatakan, tumpahan minyak muncul di sekitar perairan Tangkolak pada 18 April 2021. Meski tidak sampai ke darat atau pesisir pantai, dia khawatir, minyak itu berdampak pada spot wisata snorkeling dan diving di Tangkolak.
Dia berkaca pada kasus yang terjadi pada Juli 2019. Spot menyelam yang terletak di Kecamatan Cilamaya Wetan ini ditutup karena rentan membahayakan pengunjung.
Penutupan itu berlangsung lama. Tempat wisata ini kembali melayani wisatawan akhir tahun 2019. Namun, pandemi Covid-19 kembali memukul roda perekonomian warga. Ada puluhan warga bergantung hidup dari usaha wisata di Tangkolak.
”Kami khawatir kejadian (tumpahan minyak) ini bakal seperti tahun 2019. Jika tumpahan kian berlarut, kami harus menahan diri hingga kondisi membaik. Tidak mau ambil risiko,” kata Yanto.
Ke depan, Yanto berharap pembersihan tidak hanya dilakukan untuk minyak di permukaan air. Dia meminta ekosistem di bawah laut ikut diperhatikan. Hasilnya, kata dia, harus disampaikan kepada masyarakat umum. Tujuannya memberi rasa aman bagi siapa saja yang akan datang.
Tangkolak menjadi secuil dari kawasan pantai utara Jawa Barat yang masih memiliki gugusan terumbu karang. Hanya butuh waktu 20-45 menit menggunakan perahu nelayan dari bibir pantai di Karawang, pengunjung bisa menikmati gugus terumbu Ciparage dan Sendulang. Di kawasan ini juga kerap ditemukan keramik dan koin yang diperkirakan berasal dari bangkai kapal era Hindia Belanda.
Sendulang memiliki enam gugus terumbu dan terumbu karang Ciparage memiliki lima gugus terumbu dengan total luas 121,67 hektar. Jenis terumbu karang di perairan Karawang merupakan jenis gugusan karang gosong (patch reefs), karang yang tumbuh dari dasar laut sampai permukaan laut.
Kualitas air
Ketua Koperasi Garam Segarajaya Kabupaten Karawang Aep Suhardi juga berharap penanganan tumpahan minyak bisa segera rampung. Alasannya, pada Juni 2021, petani garam akan memasuki masa produksi. Apabila air laut tercemar minyak, hasil dan kualitas produksi garam dapat terdampak.
”Kompensasi dari kejadian serupa dua tahun lalu saja ada yang belum dibayarkan. Jangan sampai tumpahan minyak ini terus berlarut dan membuat kami terus merugi,” ucap Aep.
Pada insiden Juli 2019, sejumlah pembudidaya mengeluhkan, endapan minyak berwarna kuning kecoklatan di kolam air garam. Spot minyak yang mengambang tersebar di lapisan permukaan air garam. Akibatnya, mereka menahan diri tidak memasukkan air laut yang terpapar tumpahan minyak ke meja kristalisasi pada masa produksi Agustus dan September.
Kekhawatiran penurunan kualitas air laut juga diungkapkan Endi Muhtarudin (63), petambak udang di Desa Sungai Buntu, Kecamatan Pedes. Pascainsiden 2019, tak sedikit petambak udang vaname yang panen dini karena khawatir bakal memicu kematian udang. Endi mengaku merugi hingga miliaran rupiah akibat panen dini.
”Kualitas air pasti terganggu. Pihak Pertamina hendaknya lebih serius dalam penanggulangan ini. Jangan sampai terulang kembali,” ucapnya.
Bupati Karawang Cellica Nurrachadiana memberikan target pembersihan maksimal tiga minggu atau sebelum Lebaran. ”Jika sudah beres, pemulihan lingkungan akan dilakukan sesuai kajian dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan,” ucap Cellica.
Corporate Secretary Pertamina Subholding Upstream Whisnu Bahriansyah menjelaskan, pihaknya fokus membersihkan ceceran minyak. Setelah tahapan ini tuntas, akan dilanjutkan dengan tahapan pemulihan. ”Kami upayakan bisa memenuhi ekspektasi Ibu Bupati Karawang agar bisa tuntas penanganan tepat waktu,” katanya.
Manager Communications Relations & CID PHE ONWJ Hari Setyono menyebutkan, pihaknya telah melakukan pengamanan dan perbaikan pipa sehingga dipastikan tidak ada lagi ceceran minyak yang keluar.
Tim penanganan juga mengerahkan beberapa kapal untuk melakukan pembersihan minyak di area laut. Pemantauan pun terus dilakukan melalui laut dan udara mengikuti trajektori model tumpahan minyak, termasuk fasilitas produksi PHE ONWJ dan area potensial lainnya.