Sulteng Masih Harus Kejar 40.000 Sasaran Vaksinasi
Sulawesi Tengah masih harus mengejar 40.000 sasaran yang divaksin dalam dua bulan ke depan. Dibutuhkan usaha kreatif untuk menjangkau sasaran.
Oleh
VIDELIS JEMALI
·4 menit baca
PALU, KOMPAS — Cakupan vaksinasi program prioritas di Provinsi Sulawesi Tengah mencapai 65 persen atau 75.305 orang dari total sasaran 115.451 orang hingga Juni 2021. Angka itu masih tergolong rendah mengingat tersisa hanya dua bulan untuk mengejar sisa sekitar 40.000 orang. Otoritas terkait akan bekerja keras untuk mencapai target tersebut.
Total sasaran 115.451 orang merupakan kumulatif dari penerima vaksin di tahap pertama, yaitu tenaga kesehatan, dan tahap kedua, yakni petugas di pelayanan umum, seperti personel TNI-Polri, aparatur sipil negara, guru dan tenaga kependidikan, pedagang pasar, serta warga lanjut usia (lansia).
Rincian pemberian vaksin per 26 April 2021, tenaga kesehatan sudah mencapai 99 persen dari target 24.000 orang dengan sisanya tak memenuhi syarat untuk vaksinasi, seperti sedang hamil. Mereka sudah divaksin untuk dosis pertama dan sebagian besar dosis kedua.
Di sektor pelayanan publik, sudah divaksinasi untuk dosis pertama sebanyak 69 persen atau 45.791 orang dari target 65.471 orang. Cakupan dengan persentase terendah terjadi pada warga lansia, yakni 19 persen atau 4.913 orang dari sasaran 25.000 orang. Vaksinasi untuk dosis kedua bagi orang atau petugas di sektor pelayanan publik dan warga lansia jumlahnya jauh lebih rendah dari cakupan vaksinasi dosis pertama.
Kepala Dinas Kesehatan Sulteng Komang Ade Sujendra, Rabu (28/4/2021), mengatakan, untuk mencapai target hingga Juni, diperlukan kerja keras, terutama menyiasati berbagai kondisi di lapangan. Kendala di lapangan dalam vaksinasi antara lain jumlah sasaran yang cukup banyak, kondisi geografis yang harus ditaklukkan tenaga kesehatan, dan jumlah vaksinator yang terbatas.
Kendala lain adalah masih adanya warga yang takut, termasuk warga lansia. Selain itu, khusus pada April ini, jumlah dosis vaksin yang diterima dari Kementerian Kesehatan juga terbatas.
Untuk mengatasi kendala tersebut, lanjut Komang, pihaknya akan gencar membuat inovasi dengan meningkatkan partisipasi warga. Ini dilakukan dengan mendekati tokoh masyarakat dan tokoh agama agar orang-orang yang menjadi sasaran vaksinasi dapat segera tercakupi program.
Kampanye membawa warga lansia ke tempat pelayanan kesehatan oleh warga yang belum menjadi prioritas vaksinasi dengan bonus divaksinasi juga akan gencar dilakukan. ”Di bulan Mei nanti, distribusi vaksin juga akan kembali normal. Kami akan berusaha sekuat tenaga untuk bisa mengejar target sasaran 115.451 orang hingga Juni,” ujarnya.
Komang menegaskan, vaksinasi penting untuk menciptakan kekebalan komunitas (herd immunity) sehingga penularan Covid-19 bisa dibatasi atau tak menular dengan cepat dan luas. Karena itu, suksesnya vaksinasi menjadi komitmen bersama semua pemangku kepentingan.
Ia mengingatkan, pemberian vaksin tak menggantikan penerapan protokol kesehatan dalam memerangi Covid-19. Vaksinasi melengkapi penerapan protokol sehingga Covid-19 tidak menular meluas. ”Mari kita tetap disiplin dengan 5M, yaitu selalu memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menghindari kerumunan, dan membatasi mobilitas,” ucapnya.
Terkait masih terbatasnya tenaga kesehatan, Kepala Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Sulteng Sofyan heran hal itu dibiarkan sejak vaksinasi dicanangkan pada Februari. Mestinya hal itu disadari dari awal sehingga bisa diantisipasi. Ia meminta agar perekrutan vaksinator segera dilakukan.
Ini agar makin banyak orang yang memiliki kekebalan guna mengendalikan penularan Covid-19.
Ia berharap dinas kesehatan makin kreatif untuk menjangkau sasaran vaksinasi prioritas. Ini agar makin banyak orang yang memiliki kekebalan guna mengendalikan penularan Covid-19.
Penularan Covid-19 di Sulteng masih tinggi meskipun jauh lebih rendah dari tambahan kasus harian pada puncaknya Januari lalu. Saat ini, tambahan kasus harian rata-rata 30 kasus. Pada 27 April 2021, misalnya, ada tambahan 39 kasus sehingga secara kumulatif kasus di Sulteng menjadi 12.125 kasus.
Dari jumlah tersebut, sebanyak 11.109 orang sembuh (91 persen) dan 325 orang meninggal (2,6 persen). Sebanyak 691 orang masih dirawat di rumah sakit dan pusat karantina yang dikelola pemerintah dan sebagian menjalani isolasi mandiri di rumah.
Tambahan kasus harian tersebut paling banyak disumbang, antara lain, oleh Kota Palu, Kabupaten Parigi Moutong, dan Buol. Pada Januari lalu, kasus harian bisa mencapai 200 kejadian. Tambahan signifikan kasus Covid-19 membuat hunian ruang isolasi rumah sakit sangat tinggi.
Di lapangan, penerapan protokol kesehatan mulai kendur. Terlihat cukup banyak orang yang berlalu lalang dengan kendaraan tanpa mengenakan masker. Penjual-penjual di warung atau kios di pinggir jalan juga jarang memakai masker. Di warung kopi atau kafe, terutama pada malam hari, orang-orang berkumpul dan bercerita tanpa jaga jarak dengan melepaskan masker.
”Semua pihak perlu bekerja ekstra lagi untuk memastikan protokol kesehatan tetap ditegakkan dan menjadi bagian dari aktivitas harian,” kata Ody (37), warga Kelurahan Lolu Utara, Kecamatan Palu Timur, Palu.
Merujuk pada pengalaman keseharian, Ody mengatakan, saat meninggalkan rumah, dirinya otomatis mengenakan masker. Begitu juga saat berada di tempat umum yang banyak orang dan tak ada penerapan jaga jarak, ia segera meninggalkan tempat itu.
”Barangkali tidak semua orang seperti saya. Nah, ini yang perlu terus diingatkan oleh pemangku kepentingan demi kebaikan dan keselamatan bersama,” katanya.