Hingga saat ini, 68 persen dari target 5.500 tenaga kesehatan di Palu sudah divaksin. Tantangannya hingga akhir Februari, masih ada tenaga kesehatan yang takut divaksin.
Oleh
VIDELIS JEMALI
·3 menit baca
PALU, KOMPAS — Penyuntikan vaksin Covid-19 di Kota Palu, Sulawesi Tengah, mencapai 68 persen dari target 5.500 tenaga kesehatan yang harus divaksin. Meskipun cakupan sudah lebih tinggi dari data pada akhir Januari 2021, tantangan vaksinasi tenaga kesehatan masih ada, yakni ketakutan pada vaksin.
”Masih ada saja tenaga kesehatan yang takut (divaksin). Ini kami harus jujur,” kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, dan Kesehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kota Palu, Sulteng, Lutfiah seusai memantau pemberian vaksin di Pusat Kesehatan Masyarakat Talise, Palu, Rabu (10/2/2021).
Saat ditanya jumlah tenaga kesehatan yang takut divaksin sejauh ini sehingga menunda vaksinasinya, Lutfiah belum bisa memastikannya. Data terkait hal itu, termasuk tenaga kesahatan yang memiliki komorbid (penyakit bawaan) dan halangan lainnya, seperti hamil atau menyusui, akan diterima dinas kesehatan pada Kamis (11/2/2021).
Lutfiah mengatakan, ketakutan tersebut lebih karena informasi tidak benar yang telanjur tersebar di masyarakat, misalnya soal keamanan vaksin. Ini pola pikir yang perlu diubah karena tidak ada dasar ilmiahnya.
Masih ada saja tenaga kesehatan yang takut (divaksin). Ini kami harus jujur. (Lutfiah)
Per Selasa (9/2/2021) untuk dosis pertama, ada 3.746 tenaga kesehatan yang sudah divaksin atau mencapai 68 persen dari target 5.500 orang. Sementara untuk penyuntikan dosis kedua baru tercakup 1.048 tenga kesehatan (19 persen). Cakupan tersebut meningkat dua kali lipat dari capaian pada akhir Januari 2021 yang baru mencapai 30 persen.
Berdasarkan pemantauan di lapangan, menurut Kepala Dinas Kesehatan Kota Palu Huseama, ketakutan akan vaksinasi beragam bentuknya. Ada tenaga kesehatan yang menjadikan penyakit bawaan (komorbid) sebagai alasan. Padahal, penyakit itu tidak termasuk kategori yang menghalangi penerimaan vaksin. Ada pula yang alasannya hipertensi. Begitu dites, ternyata tekanan darahnya masih pada batas toleransi yang artinya ia bisa menerima vaksin.
Ia menyampaikan, pihaknya akan mengambil tindakan tegas jika ada tenaga kesehatan yang memenuhi syarat, tetapi takut atau bahkan tidak mau divaksin. ”Salah satunya nanti mereka mengikuti vaksinasi massal di dinas. Kami akan siapkan tim dan tempat layanan vaksinasi. Ini kita harus sikat (mereka),” ujarnya.
Husaema menyatakan, vaksinasi tenaga kesehatan di Kota Palu secara riil hampir rampung dan dipastikan selesai semuanya pada akhir Februari. Vaksinasi tidak akan mencapai 100 persen dari target karena banyak tenaga kesehatan yang berhalangan untuk divaksinasi, seperti pernah terkonfirmasi Covid-19 yang jumlahnya mencapai 400 orang. Selain itu, ada juga ibu hamil dan menyusui, serta komorbid yang secara medis tak memungkinkan penerimaan vaksin.
Memberi contoh
Lutfiah menyatakan, pihakya terus mendorong fasilitas kesehatan untuk mempercepat penerimaan vaksin bagi tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan harus memberikan contoh baik dalam memerangi Covid-19 dengan kooperatif dalam program vaksinasi. Pendaftaran untuk penerimaan vaksin saat ini lebih sederhana, termasuk dengan cara manual atau tidak melalui aplikasi seperti yang dilakukan pada fase awal vaksinasi.
Berdasarkan data observasi, penundaan penerimaan vaksin sejumlah tenaga kesehatan di Palu dalam tiga minggu terakhir dominan disebabkan hipertensi dan penyakit terkait saluran pernapasan (batuk, pilek). Penundaan biasanya memakan waktu hingga tiga hari terhitung dari hari tenaga kesehatan tersebut dijadwalkan menerima vaksin.
Di Puskesmas Talise, tinggal 4 dari total 81 tenaga kesehatan yang belum divaksinasi. ”Mereka yang belum divaksin karena ada komorbid, seperti hipertensi. Vaksinasi akan dilakukan saat kondisi mereka terkontrol,” kata Kepala Puskesmas Talise Rahmat Massi.
Kepala Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Sulteng Sofyan F Lembah menyatakan, pemerintah harus bekerja ekstra untuk mencapai target vaksinasi tenaga kesehatan hingga akhir Februari. Jika hal itu tak tercapai, target tahap selanjutnya terganggu yang berarti semakin lama terbentuknya kekebalan komunitas (herd immunity) seperti yang diharapkan. Dengan kondisi itu, penularan Covid-19 berpotensi semakin tak terbendung.
Penularan kasus Covid-19 di Sulteng masih tinggi. Berdasarkan laporan Satuan Gugus Tugas Penanggulangan Covid-19 Sulteng pada Selasa (9/2/2021), ada tambahan 76 kasus baru sehingga total menjadi 8.996 kasus. Dari jumlah tersebut, sebanyak 6.085 orang telah sembuh (67 persen), 2.700 pasien dirawat dan menjalani isolasi mandiri, serta 211 orang (2,3 persen) meninggal karena Covid-19. Kasus terbanyak ditemukan di Palu, yakni 2.438 kasus.