Bubos 5 di Jabar, Jaga Silaturahmi lewat Layar Besar
Bubos, acara buka bersama di Jabar berganti dari digelar di jalanan menuju layar daring. Dari buka bersama on the street menjadi buka bersama on the screen. Silaturahmi tetap dijaga meski tak leluasa akibat pandemi ini.
Semarak buka bersama di Kota Bandung berpindah dari jalanan ke layar monitor saat pandemi Covid-19 masih menyerang tahun ini. Ratusan ribu warga Jawa Barat ikut menikmati buka puasa bersama, terhubung jagat maya. Silaturahmi bisa terus dilakukan meski tanpa harus bertemu muka.
Menjelang waktu berbuka puasa, Sabtu (24/4/2021), Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil tampak fokus memandang layar monitor. Dia duduk bersama sejumlah pemimpin instansi dan lembaga. Sejak pukul 16.15, mereka mengamati layar yang tersambung dengan semua kepala daerah di 27 kabupaten dan kota di Jabar.
Hari itu, Gedung Sate bersama semua pusat pemerintahan melaksanakan Bubos 5. Kegiatan ini merupakan ajang tahunan berbuka bersama masyarakat. Namun situasi pandemi Covid-19 pun mengubah proses pelaksanaan, dari buka bersama on the street (jalan) yang telah berlangsung sejak tahun 2016 ini menjadi buka bersama on the screen (layar).
Sama-sama Bubos, tetapi berbeda di media berbuka puasanya. Tahun ini, tema yang diambil adalah ”Berirama atau Berbagi dan Beramal kepada Sesama”.
Pemerintah Jabar mengklaim kegiatan ini diikuti hingga 100.000 orang dari sedikitnya 1.000 perangkat daerah, perusahaan swasta, dan pramuka. Di samping itu, ada juga lebih kurang 27.000 pegiat Rantang Cinta, 50.000 pegiat Rantang Siswa, dan sejumlah komunitas masyarakat lainnya. Rantang Cinta berasal dari relawan Jabar bergerak, sedangkan Rantang Siswa adalah siswa dari sejumlah sekolah se-Jabar.
Kamil menyapa sejumlah kepala daerah sembari menanyakan bagaimana kondisi di setiap daerah. Sayangnya, tidak semua daerah memiliki jaringan internet yang lancar untuk konferensi. Sesekali dia bertanya, ”Apakah bisa tersambung? Ini suaranya hilang-hilang sedikit.”
Hari ini sangat istimewa. Ada 680.000 warga yang menerima bingkisan dari Rantang Cinta. Ada yang menyumbang rantang, ada juga yang hanya sepotong cokelat yang saya dengar. Saya terharu, apa pun bentuknya, berbagi adalah kemuliaan.
Lantunan lagu ”Takkan Berpaling dari-Mu” yang dialunkan bintang tamu, Rossa, sesekali tidak terdengar. Dalam tayangan dari kanal Youtube Humas Jabar, sesekali suara penyanyi ibu kota berdarah Sunda tidak terdengar, tersendat, bahkan gerakan bibir dengan suara seakan tidak sesuai.
Akan tetapi, di tengah kendala teknis tersebut, Bubos tidak kehilangan roh kebersamaan dan kepedulian terhadap sesama di tengah pandemi Covid-19. Setiap daerah melaksanakan gerakan sosial, berbagi makanan yang dinamakan Rantang Cinta dan Rantang Siswa
”Hari ini sangat istimewa. Ada 680.000 warga yang menerima bingkisan dari Rantang Cinta. Ada yang menyumbang rantang, ada juga yang hanya sepotong cokelat yang saya dengar. Saya terharu, apa pun bentuknya, berbagi adalah kemuliaan,” ujar Kamil.
Baca juga: Gelandang Manchester City, Ilkay Guendogan, Berbagi Iftar di Jakarta
Menahan rindu
Dalam sambutannya, Kamil pun menyapa sebagian kepala daerah, bertanya bagaimana kondisi daerah selama pandemi dan perkembangan bakti sosial. Namun, saat menyapa Kabupaten Sumedang, seketika Kamil seketika bernostalgia.
Dia bercerita, dahulu di masa sekolah sering berkunjung ke rumah neneknya di sana. Namun, kerinduan ini pun terpaksa dia tahan karena seluruh kegiatan dibatasi selama pandemi, apalagi kunjungan mudik.
”Kabupaten Sumedang adalah kampung nenek saya, zaman almarhumah masih hidup, sewaktu muda saya sering naik motor ke Sumedang. Ada kerinduan luar biasa. Sekarang mungkin motornya sudah dijual ke tukang tahu,” tuturnya sambil terkekeh.
Bupati Sumedang Dony Ahmad Munir pun berharap Gubernur Jabar berkunjung ke Sumedang untuk meresmikan beberapa infrastruktur yang ada di sana. Kamil pun menjawab, dia akan melihat situasi dan kondisi yang memungkinkan untuk melaksanakan kegiatan tersebut.
Pertimbangan ini terjadi karena tanah Jabar belum sembuh dari pandemi Covid-19. Pusat Informasi dan Koordinasi Covid-19 Jabar (Pikobar) hingga Senin (26/4/2021) pukul 20.00 mencatat, jumlah warga Jabar yang terkonfirmasi positif Covid-19 mencapai 274.448 orang.
Dari jumlah tersebut, 28.834 pasien masih dalam perawatan atau isolasi, sedangkan yang sembuh mencapai 241.969 orang. Namun, 3.645 jiwa meninggal akibat terpapar Covid-19.
Tidak hanya Indonesia, sejumlah negara terengah-engah berperang melawan pandemi. India, salah satu negara berpenduduk terbanyak di dunia saat ini, menghadapi gelombang keduanya. Dari pemberitaan Kompas, Sabtu (24/6/2021), disebutkan lebih dari 330.000 kasus dilaporkan dalam satu hari di Jumat sebelumnya, bahkan 2.000 orang di antaranya meninggal.
Pelonggaran protokol kesehatan hingga hari besar keagamaan disebut sebagai penyebabnya. Apalagi, sejak awal tahun 2021, di Kota Haridwar, 200 kilometer sebelah utara ibu kota India, New Delhi, dilaksanakan ritual Kumbh Mela.
Berdasarkan laman tourmyindia.com, Kumbh Mela merupakan ritual agama terbesar yang terjadi selama 12 tahun sekali. Kegiatan yang berlangsung sejak Januari hingga April ini mengundang masyarakat untuk mandi bersama di Sungai Gangga sebagai penghormatan terhadap sungai suci tersebut.
Karena itu, Indonesia tidak ingin mengalami kesalahan yang sama. Semarak buka puasa secara massal hingga mudik yang kental dengan nuansa keagamaan pun ditahan. Pemerintah bahkan tegas melarang mudik selama 6-17 Mei 2021 dan pengawasan jalur mudik pun diperpanjang dari 22 April-24 Mei 2021.
Baca juga: Epidemiolog Ingatkan DKI, Vaksinasi Tidak Bisa Jadi Dasar Pelonggaran
Kebutuhan sosial
Meski dilarang, kebutuhan sosial manusia dengan berkomunikasi, tatap muka, dan bercengkrama menjadi kebutuhan manusia. Pengamat sosial dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Padjadjaran, Ari Ganjar Herdiansah, menyatakan, hal ini yang menyebabkan warga bersikeras tetap melanggar protokol kesehatan di tengah pandemi.
”Buka bersama ini menjadi kegiatan tradisi, ajang silaturahmi. Di sana juga kebutuhan sosial masyarakat bisa terpuaskan karena mereka bertemu, berinteraksi,” ujarnya.
Dahaga bersosialisasi ini tidak bisa tergantikan dengan pertemuan di ruang virtual. Menurut Ari, interaksi tidak hanya dilihat dari komunikasi bahasa, tetapi juga suasana, situasi, gesture, dan intonasi suara berpadu dalam memenuhi kebutuhan sosial setiap manusia ini.
”Semua manusia butuh bersosialisasi. Bahkan, ada satu kajian yang menyatakan kesepian itu sama saja membawa penyakit dengan 12 batang rokok. Ada efek buruk ketika tidak bersosialisasi. Karena itu, kejadian ini bisa dikatakan sebagai dorongan alamiah untuk mendapatkan kepuasan sosial ini,” ujarnya.
Akan tetapi, di sisi lain, kondisi pandemi ini tidak bisa dihindari. Menurut Ari, pemerintah harus memastikan warga bisa menahan diri hingga pandemi usai. Jika tidak, kerumunan akibat pemenuhan kebutuhan sosial ini berujung pada gelombang pandemi yang lebih besar.
Saya kira ini adalah pesan dari narasi buka bersama virtual dari pemerintah kali ini. Yang penting, bagaimana pemerintah memberikan pesan tersirat kepada masyarakat agar menghindari dulu acara buka bersama untuk sementara waktu. Ada ancaman pandemi.
Ari berujar, pemerintah jangan hanya memberikan aturan tegas seperti larangan mudik, tetapi juga pemberian contoh yang bisa dimaknai dengan ajakan. Aparatur sipil negara (ASN) hingga pejabat negara yang tidak mudik dan memilih berkegiatan secara virtual dapat menjadi contoh yang baik bagi masyarakat.
”Saya kira ini adalah pesan dari narasi buka bersama virtual dari pemerintah kali ini. Yang penting, bagaimana pemerintah memberikan pesan tersirat kepada masyarakat agar menghindari dulu acara buka bersama untuk sementara waktu. Ada ancaman pandemi,” ujarnya.
Petang pun mulai datang menyapa Kota Bandung. Waktu berbuka sebentar lagi. Ceramah dari KH Tengku Maulana pun berkumandang. Diiringi doa untuk kesabaran dan ketabahan menghadapi seluruh masalah di era tidak mudah ini, muhasabah Pengasuh Majil Ta\'lim Nurhafa Husnul Khotimah Bandung itu mengantar peserta Bubos 5 menyambut azan Magrib. Kesejukannya menuntun mereka berbuka bersama meski melalui layar.
Dengan kondisi serba terbatas, warga pun diminta bersabar dan memanfaatkan teknologi yang ada. Meski berbuka puasa hanya terbatas layar virtual, kebersamaan itu tetap terjalin. Bahkan, buka bersama di jalan yang berganti ke layar pun tidak mengurangi makna berbagi di bulan suci ini.
Baca juga: Takjil-takjil yang Menggoda di Tepi Jalan