Daerah Tambang Pupuk Harapan pada Porang
Porang berpotensi dikembangkan menjadi komoditas unggulan Kabupaten Balangan dan Provinsi Kalimantan Selatan. Keberhasilan mengekspor porang membuka harapan daerah tambang keluar dari bayang-bayang komoditas batubara.
Ekspor perdana umbi porang kering dari Kabupaten Balangan ke Jepang membawa harapan baru bagi daerah tambang batubara di Kalimantan Selatan. Porang berpotensi dikembangkan menjadi komoditas unggulan dan membawa daerah tambang keluar dari bayang-bayang komoditas batubara.
Bupati Balangan Abdul Hadi tampak semringah ketika berdiri di depan podium untuk memberikan sambutan pada acara pelepasan ekspor perdana komoditas porang asal Balangan ke Jepang. Acara tersebut digelar di halaman Kantor Balai Karantina Pertanian Kelas 1 Banjarmasin di Banjarmasin, Senin (12/4/2021). Lokasi acara itu berjarak 200 kilometer lebih dari Balangan.
”Sebelum hadir di sini, ulun (saya) hadir di Bank Kalsel membahas soal kecukupan modal inti bank pada 2024, yaitu sekitar Rp 4 triliun. Ulun bilang ada satu syarat dari Balangan untuk penyertaan modal. Syaratnya adalah kemudahan pinjaman usaha bagi petani porang di Balangan,” kata Hadi sambil tersenyum lalu disambut tepuk tangan.
Bupati Balangan terpilih pada pemilihan kepala daerah serentak 2020 itu bertekad mengembangkan porang (Amorphophallus muelleri) sebagai unggulan daerahnya. Pertanian porang diyakini mempunyai prospek yang cerah ke depan karena kebutuhan porang dunia dan kebutuhan porang nasional masih jauh dari produksi yang ada.
”Selama ini tumbuh dan berkembangnya APBD Balangan sangat dipengaruhi dana bagi hasil dari royalti tambang batubara. Jadi, APBD kami sangat dipengaruhi produksi dan harga batubara. Namun, sekarang kami sudah menemukan ’emas baru’ di bidang pertanian, yaitu porang,” tuturnya.
Hadi menyatakan, Pemkab Balangan berkomitmen mendorong supaya pertanian porang menjadi unggulan di Kabupaten Balangan. Untuk itu, pemkab akan mendorong supaya luasan kebun porang di Balangan terus bertambah dan tidak menutup kemungkinan berdirinya pabrik porang di masa yang akan datang.
”Hari ini turut hadir Kepala Polres Balangan, Kepala Kejaksaan Negeri Balangan, Ketua DPRD Balangan, dan Ketua Pengadilan Negeri Paringin (Balangan). Semua Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Balangan hadir sebagai bukti dukungan dan kesungguhan pemerintah daerah mendukung petani porang di Balangan,” katanya.
APBD kami sangat dipengaruhi produksi dan harga batubara. Namun, sekarang kami sudah menemukan ’emas baru’ di bidang pertanian, yaitu porang.
Balangan merupakan salah satu kabupaten termuda di Kalsel. Kabupaten dengan luas 187.830 hektar itu baru berusia 18 tahun pada 8 April 2021. Sejak pisah dari Kabupaten Hulu Sungai Utara, kabupaten dengan julukan ”Bumi Sanggam” itu berkembang dengan sokongan pertambangan batubara. Kontribusi pertambangan dalam Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Balangan pada 2020 mencapai 59 persen, sementara kontribusi pertanian, kehutanan, dan perikanan hanya 12 persen.
Baca juga: Kalsel Ekspor Perdana Umbi Porang ke Jepang
Secara bertahap, Hadi bertekad mengurangi ketergantungan daerahnya pada tambang dengan serius mengembangkan porang. ”Untuk spesies porang dari Balangan, kami namakan Porang Sanggam Balangan. Kami juga mohon dukungan dari Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Kalsel untuk kemajuan pertanian porang di Balangan,” katanya.
Berdasarkan catatan Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kalsel, tren pengembangan tanaman porang di Kalsel terus meningkat. Luas tanaman porang saat ini 926 hektar dengan rata-rata produksi 50 ton umbi basah per hektar. Perkiraan produksi dari luas lahan budidaya saat ini mencapai 46.300 ton umbi basah. Budidaya terbesar untuk porang ada di Balangan.
Umbi porang dari Balangan diekspor ke Jepang dalam bentuk chips (irisan tipis) kering atau keripik. Ekspor perdana itu ditandai dengan pengiriman 10 ton keripik porang dari total permintaan 100 ton yang harus dipenuhi dalam waktu lima bulan. Ekspor dilakukan oleh PT Buana Alam Lestari melalui Pelabuhan Trisakti, Banjarmasin. Nilai barang ekspor perdana itu sekitar Rp 600 juta.
Mudah dibudidayakan
Ketua Dewan Pengurus Wilayah Asosiasi Asuhan Pemberdayaan Porang Indonesia (Aspeporin) Kalsel Jony Sulistianto menuturkan, tanaman porang relatif mudah dibudidayakan. Banyak petani di Balangan dan daerah lain di Kalsel sudah melakukannya sejak beberapa tahun lalu. ”Namun, panen porang secara intensif baru dilakukan 3-4 tahun terakhir ini,” ujarnya.
Dalam satu hektar dengan jumlah tanaman 30.000 pohon bisa menghasilkan 50 ton umbi basah. Harga umbi basah di tingkat petani saat ini Rp 8.000 per kilogram. ”Selama ini umbi porang dari Kalsel biasa dikirim ke pabrik-pabrik di Jawa Timur. Tetapi sekarang, sudah bisa langsung diekspor dari Kalsel dalam bentuk chips kering,” ujarnya.
Menurut Jony, untuk menghasilkan 1 kg keripik porang dibutuhkan paling tidak 7 kg umbi basah. Pengeringannya saat ini hanya mengandalkan sinar matahari sehingga kurang optimal kalau cuaca tidak panas. ”Untuk itu, kami juga mohon dukungan dari pemerintah daerah dalam rangka peningkatan budidaya porang di Kalsel,” katanya.
Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat Asosiasi Aspeporin Ali Mashuda mengatakan, harga porang saat ini relatif stabil dan menguntungkan petani. Dengan modal sekitar Rp 90 juta untuk budidaya porang seluas satu hektar, petani saat panen bisa mendapatkan hasil 5-6 kali lipat dari modal yang dikeluarkan.
”Setelah budidaya berhasil, kami juga mendorong petani dan pelaku industri untuk memberikan nilai tambah pada porang. Secara bertahap, umbi basah diolah menjadi chips kering, selanjutnya tepung porang, sampai dengan produk akhir, seperti beras porang, konnyaku, dan shirataki,” katanya.
Selanjutnya, Ali mengharapkan daerah-daerah penghasil porang di Indonesia tidak lagi sekadar mengekspor chips kering, tetapi harus bisa mengekspor tepung porang dan bermacam produk akhir porang. Kalau sudah bisa ekspor produk akhir, tentu nilainya jauh lebih tinggi dibandingkan ekspor tepung ataupun keripik porang.
”Kami dari asosiasi juga terus mengedukasi dan menekankan kepada petani supaya melakukan budidaya porang secara organik. Itu mutlak dilakukan karena pembeli dari luar negeri menginginkan porang dengan spesifikasi non-kimia atau hanya menggunakan pupuk organik,” katanya.
Penjabat Gubernur Kalsel Safrizal ZA dalam sambutan tertulis yang disampaikan Penjabat Sekretaris Daerah Provinsi Kalsel Roy Rizali Anwar mengingatkan agar ekspor perdana porang tidak hanya euforia sesaat dan seremonial belaka, tetapi benar-benar membuka jalan bagi Kalsel sebagai salah satu provinsi dengan produksi porang terbaik di Indonesia.
”Pasar untuk komoditas porang masih luas. Negara tujuan ekspornya tidak hanya Jepang, tetapi juga China, Korea Selatan, Taiwan, Thailand, Vietnam, Australia, dan negara-negara lain di Amerika dan Eropa,” katanya.
Komoditas unggulan
Dengan ekspor perdana umbi porang ini, ujar Safrizal, Provinsi Kalimantan Selatan dan Kabupaten Balangan mencatat sejarah baru dalam pengembangan tanaman porang. Tidak hanya dalam rangka mendukung program Gerakan Tiga Kali Lipat Ekspor Pertanian (Gratieks) dari Kementerian Pertanian, tetapi juga menandai babak baru lahirnya komoditas unggulan dari Kalsel.
Direktur Jenderal Bina Administrasi Kewilayahan Kementerian Dalam Negeri itu pun meminta agar para kepala daerah di Kalsel mengembangkan budidaya porang secara terencana, mulai dari penanaman, masa panen, hingga membangun bisnisnya. Dalam rancangan alokasi APBD Kalsel 2022 juga dialokasikan anggaran sebesar Rp 3 miliar untuk pengembangan porang seluas 90 hektar.
”Kami optimistis bahwa komoditas porang bisa menjadi alternatif bagi Kalsel untuk mengurangi ketergantungan terhadap sektor pertambangan. Ke depan, komoditas, seperti tanaman porang, ini harus lebih mendominasi perekonomian Kalsel,” katanya.
Baca juga: Tingkatkan Nilai Tambah Umbi Porang
Balai Karantina Pertanian Kelas 1 Banjarmasin mencatat, pada 2020 nilai ekspor Kalsel dari komoditas pertanian, termasuk perkebunan, sebesar Rp 3,9 triliun. Nilai itu berasal untuk 15 komoditas dengan 39 negara tujuan. Kebanyakan didominasi oleh produk perkebunan kelapa sawit dari ekspor minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO).
”Pada triwulan I 2021, ekspor komoditas pertanian Kalsel sudah tercatat sebesar Rp 2,5 triliun dari delapan komoditas. Ini lonjakan yang luar biasa,” kata Imam Djajadi, yang mewakili Kepala Badan Karantina Pertanian Ali Jamil, untuk melepas ekspor perdana porang tersebut.
Menurut Imam, produksi porang patut juga diikuti dengan pengembangan agroindustrinya supaya Kalsel tidak semata mengandalkan ekspor keripik porang. Porang bisa diolah dan dimanfaatkan untuk bahan baku industri, seperti bahan perekat atau lem, campuran cat, produk kesehatan, dan produk kecantikan.
”Itu semua membuka peluang baru bagi pengembangan industri pengolahan porang di Kalsel. Kalau ada industrinya akan memberikan multiefek bagi daerah dan bisa menghidupkan perekonomian daerah,” katanya.