Ekspor perdana komoditas porang asal Kabupaten Balangan ke Jepang membuka jalan bagi provinsi dan kabupaten/kota di Kalimantan Selatan untuk terus mengembangkan porang sebagai alternatif baru perekonomian daerah.
Oleh
JUMARTO YULIANUS
·4 menit baca
BANJARMASIN, KOMPAS — Untuk pertama kalinya, umbi porang asal Kabupaten Balangan, Kalimantan Selatan, diekspor ke Jepang. Ekspor perdana komoditas subsektor tanaman pangan ini membuka jalan bagi provinsi dan kabupaten/kota di Kalsel untuk terus mengembangkan porang sebagai alternatif baru perekonomian daerah.
Acara pelepasan ekspor perdana komoditas porang (Amorphophallus muelleri) asal Balangan digelar di Banjarmasin, Senin (12/4/2021). Porang diekspor ke Jepang dalam bentuk chips (irisan tipis) kering. Porang ini akan jadi bahan perekat (lem) dan masuk untuk industri kesehatan dan kosmetika.
Kepala Balai Karantina Pertanian Kelas 1 Banjarmasin Nur Hartanto menuturkan, ekspor perdana porang dari Kalsel ditandai dengan pengiriman 10 ton porang dalam bentuk chips kering ke Jepang. Ekspor dilakukan oleh PT Buana Alam Lestari melalui Pelabuhan Trisakti, Banjarmasin. Nilai barang ekspor perdana itu sekitar Rp 600 juta.
”Kementerian Pertanian melalui Karantina Pertanian Banjarmasin untuk pertama kalinya melakukan sertifikasi ekspor porang. Ini diawali dengan ekspor 10 ton dari total permintaan 100 ton yang harus dipenuhi dalam waktu lima bulan,” katanya.
Hartanto mengatakan, otoritas karantina menjamin kesehatan dan keamanan produk porang yang diekspor tersebut. Komoditas porang chips asal Kalsel dipastikan sudah memenuhi persyaratan internasional tentang sanitari dan fitosanitari. ”Ini akan menentukan diterimanya produk pertanian di negara tujuan,” ujarnya.
Menurut Imam Djajadi, yang mewakili Kepala Badan Karantina Pertanian Ali Jamil, ekspor perdana porang ini bentuk komitmen seluruh pemangku kepentingan pembangunan pertanian di Kalsel untuk menyukseskan peningkatan ekspor pertanian. Hal itu sejalan dengan program Gerakan Tiga Kali Lipat Ekspor Pertanian (Gratieks) yang digagas Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo.
”Salah satu komoditas pertanian (perkebunan) penyumbang terbesar ekspor dari Kalsel saat ini adalah produk hasil olahan kelapa sawit. Namun, kini Kalsel membuka ragam komoditas ekspor baru berupa porang chips,” tuturnya.
Ke depan, ujar Imam, momentum positif ekspor perdana komoditas porang ini harus terus dijaga dan ditingkatkan. ”Harapan kami, pertanian di Kalsel dapat terus ambil bagian dalam perkembangan ekonomi, terlebih di masa pandemi,” katanya.
Ketua Dewan Pengurus Wilayah Asosiasi Asuhan Pemberdayaan Porang Indonesia (Aspeporin) Kalsel Jony Sulistianto menyebutkan, tanaman porang relatif mudah dibudidayakan. Panen porang secara intensif di Kalsel baru dilakukan 3-4 tahun lalu.
Dalam 1 hektar dengan jumlah tanaman 30.000 pohon bisa dihasilkan 50 ton umbi basah. Harga umbi basah di tingkat petani saat ini Rp 8.000 per kilogram. ”Selama ini porang dari Kalsel biasa dikirim ke pabrik-pabrik di Jawa Timur,” ujarnya.
Menurut Jony, untuk menghasilkan 1 kg chips kering dibutuhkan paling tidak 7 kg umbi basah. Pengeringannya saat ini hanya mengandalkan sinar matahari sehingga kurang optimal kalau cuaca tidak panas. ”Untuk itu, kami juga mohon dukungan dari pemerintah daerah dalam rangka peningkatan budidaya porang di Kalsel,” katanya.
Komoditas unggulan
Penjabat Gubernur Kalsel Safrizal ZA dalam sambutan tertulis yang disampaikan Penjabat Sekretaris Daerah Provinsi Kalsel Roy Rizali Anwar berterima kasih kepada Pemkab Balangan dan semua petani porang di Balangan yang telah berhasil membudidayakan porang sehingga mampu menembus pasar ekspor dengan tujuan Jepang.
”Dengan ekspor ini, Provinsi Kalimantan Selatan dan Kabupaten Balangan mencatat sejarah baru dalam pengembangan tanaman porang. Ini tidak hanya mendukung program Gratieks dari Kementerian Pertanian, tetapi juga menandai babak baru lahirnya komoditas unggulan dari Kalsel,” katanya.
Berdasarkan catatan Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kalsel, tren pengembangan tanaman porang di Kalsel terus meningkat. Luas tanaman porang saat ini 926 hektar dengan rata-rata produksi 50 ton umbi basah per hektar. Perkiraan produksi dari luas lahan budidaya saat ini mencapai 46.300 ton umbi basah. Budidaya terbesar untuk porang ada di Balangan.
”Potensi pengembangan porang yang cukup besar serta tingginya nilai ekspor komoditas porang ini menjadi peluang emas bagi Kalsel untuk menjadikan porang sebagai komoditas pangan unggulan,” ujarnya.
Menurut Safrizal, negara tujuan ekspor porang juga cukup banyak. Tidak hanya Jepang, tetapi juga China, Korea Selatan, Taiwan, Thailand, Vietnam, Australia, dan negara-negara lain di Amerika dan Eropa. Karena itu, ekspor perdana porang ini tidak boleh hanya euforia sesaat dan seremonial belaka, tetapi benar-benar membuka jalan bagi Kalsel sebagai salah satu provinsi dengan produksi porang terbaik di Indonesia.
”Kami optimistis komoditas porang bisa menjadi alternatif bagi Kalsel untuk mengurangi ketergantungan terhadap sektor pertambangan. Ke depan, komoditas seperti tanaman porang ini harus lebih mendominasi perekonomian Kalsel,” katanya.
Bupati Balangan Abdul Hadi menyampaikan, tumbuh dan berkembangnya APBD Kabupaten Balangan selama ini sangat dipengaruhi oleh dana bagi hasil dari royalti tambang batubara. Jadi, produksi dan harga batubara turut menentukan postur APBD di daerahnya.
”Namun, sekarang kami sudah menemukan ’emas baru’ di bidang pertanian, yaitu porang. Prospeknya ke depan sangat cerah karena kebutuhan porang dunia dan nasional masih jauh dari produksi yang ada selama ini,” ujarnya.
Menurut Hadi, Pemkab Balangan bertekad mendorong supaya pertanian porang menjadi unggulan Kabupaten Balangan. ”Kami akan mendorong supaya luasan kebun porang di Balangan terus bertambah dan tidak menutup kemungkinan berdirinya pabrik porang di masa yang akan datang,” katanya.