Sejumlah Pemudik Awal Mulai Banyak Melintas di Jawa Tengah
Sepekan terakhir, pemudik awal terpantau mulai melintas di jalan pantura Brebes-Tegal dan Tol Trans-Jawa ruas Pejagan-Pemalang, Jawa Tengah. Pemerintah melarang masyarakat mudik untuk menekan penularan Covid-19.
Oleh
KRISTI UTAMI
·4 menit baca
SLAWI, KOMPAS — Sejumlah pemudik terlihat di jalan pantura Brebes-Tegal dan Tol Trans-Jawa ruas Pejagan-Pemalang, Jawa Tengah, Sabtu (17/4/2021). Padahal, nekat mudik saat pandemi berpotensi memicu penularan hingga kematian lebih banyak.
Sepekan terakhir, di jalan pantura Brebes-Tegal, sejumlah kendaraan pribadi, roda dua maupun roda empat yang bernomor polisi Jakarta, Banten, dan Jawa Barat, mulai banyak melintas. Kebanyakan dari mereka terlihat membawa barang bawaan mirip seperti pemudik.
Pengendara sepeda motor membawa barang di jok bagian belakang. Sementara sejumlah pengendara mobil meletakkan barang bawaan di bagian atas mobil.
Pada Sabtu, hal itu ditemui di Tol Trans-Jawa ruas Pejagan-Pemalang, Sabtu (17/4/2021). Sejumlah mobil pribadi yang disesaki penumpang mulai banyak melintas di jalur tersebut. Sebagian dari mereka juga membawa barang-barang yang diletakkan di bagian atas mobil.
Didit (40), warga Bogor, Jawa Barat, mengatakan, ia dan istrinya akan mudik ke Daerah Istimewa Yogyakarta selama sepekan. ”Mumpung (lalu lintas) belum ramai. Tadi dari Bogor sampai ke sini (arus kendaraan) cukup lancar, tidak ada kemacetan," ucap Didit saat ditemui di tempat istirahat 275 A, Desa Penarukan, Kecamatan Adiwerna, Tegal.
Melakukan perjalanan lebih awal juga dipilih Wahyu Nugroho (20), warga Bekasi, Jabar. Wahyu berencana pulang ke rumah orangtuanya di Surabaya, Jawa Timur. Wahyu pergi bersama kakak perempuan, keponakan, dan pamannya. ”(Kami berencana) pulang ke Surabaya. Ada acara keluarga jadi sekalian (pulang kampung),” katanya.
Kenekatan sejumlah warga mudik di kala pandemi ini tidak sejalan dengan keinginan pemerintah. Sebelumnya, Presiden Joko Widodo menegaskan kebijakan larangan mudik pada 6-17 Mei 2021. Larangan itu diberlakukan untuk aparatur sipil negara, TNI, Polri, pegawai badan usaha milik negara, karyawan swasta, dan masyarakat.
Menurut Presiden, larangan mudik yang sudah diumumkan pemerintah sejak jauh-jauh hari tersebut diputuskan berdasarkan sejumlah pertimbangan. Salah satu pertimbangannya adalah peningkatan penularan Covid-19 dan kematian akibatnya setelah empat kali libur panjang pada 2020.
Saya mengerti kita semua rindu sanak saudara, tetapi mari kita utamakan keselamatan bersama dengan tidak mudik ke kampung halaman.
Hal lain yang dipertimbangkan pemerintah adalah mulai turunnya jumlah kasus aktif dan meningkatnya persentase kesembuhan pasien Covid-19 di Indonesia. Dalam dua bulan terakhir, misalnya, kasus aktif Covid-19 berkurang dari 176.672 kasus menjadi 108.032 kasus. Sedangkan tingkat kesembuhan pasien Covid-19 bertambah dari 58,88 persen pada 1 Maret 2021 menjadi 90,5 persen pada pertengahan April.
”Saya mengerti kita semua rindu sanak saudara, tetapi mari kita utamakan keselamatan bersama dengan tidak mudik ke kampung halaman. Mari kita isi Ramadhan dengan ikhtiar memutus rantai penularan wabah demi keselamatan sanak saudara, diri sendiri, dan orang lain,” kata Presiden.
Kepala Satuan Polisi Lalu Lintas Polres Tegal Ajun Komisaris Dwi Himawan Chandra mengatakan, pergerakan pemudik awal ini berusaha diantisipasi. Di wilayah hukum Polres Tegal, misalnya, imbauan kepada masyarakat untuk tidak mudik disosialisasikan setiap hari di tempat-tempat istirahat. Sejumlah pelintas yang tidak bisa menunjukkan surat bebas Covid-19 bakal ikut tes antigen sebagai langkah deteksi dini.
”Kami juga mengedukasi pengunjung di tempat istirahat untuk selalu menerapkan protokol kesehatan seperti, memakai masker, menjaga jarak, dan menjaga kebersihan tangan. Pengunjung yang tidak memakai masker juga kami beri masker,” kata Himawan.
Kendaraan dari luar kota yang tidak punya surat izin melintas akan kami putar balik ke kota asal.
Himawan mengatakan, pihaknya mulai mempersiapkan pendirian posko untuk memantau pergerakan masyarakat saat larangan mudik diterapkan. Posko-posko tersebut berada di jalur tol, jalur pantura, dan jalur tengah. Pada posko-posko tersebut, petugas akan melakukan penapisan kendaraan.
”Kendaraan dari luar kota yang tidak punya surat izin melintas akan kami putar balik ke kota asal,” ujarnya.
Bupati Tegal Umi Azizah juga mengimbau perantau asal Tegal untuk tidak mudik. Sebab, sepekan terakhir mulai ada tren kenaikan kasus Covid-19 di wilayahnya.
Kendati sudah diimbau untuk tidak mudik, sejumlah orang masih bertekad untuk mudik pada Idul Fitri tahun ini. Sebagian orang memilih untuk mudik sebelum larangan mudik diberlakukan dan sebagian lagi memilih setelahnya (Kompas.id 9/4/2021).
Tes antigen
Pada Januari-Maret 2021, jumlah kasus Covid-19 di Tegal melandai. Namun, memasuki April, kasus positif Covid-19 baru bertambah sebanyak 105 kasus dalam sepekan. Adapun tren kasus kematian juga bertambah dari satu-dua orang per minggu menjadi lima orang dalam seminggu terakhir.
”Pada prinsipnya, Pemkab Tegal akan selalu memberikan pemahaman dan sosialisasi bahwa kebijakan yang diputuskan pemerintah pusat itu tidak lain adalah demi masyarakat karena saat ini Covid-19 belum reda. Saya sangat berharap masyarakat memahami,” tutur Umi.
Di Kabupaten Tegal, ada lebih kurang 90.000 warga yang merantau ke sejumlah daerah, seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Semarang. Perantau asal Tegal rata-rata membuka usaha, bekerja di perusahaan swasta, dan bekerja di sektor informal.