Harimau Sumatera Memangsa Kerbau Dekat Permukiman di Agam
Masuknya harimau ke permukiman dan menyerang ternak karena habitatnya semakin terdesak akibat alih fungsi lahan. Penyebab lainnya adalah aktivitas perburuan babi meningkat dan mengurangi populasi mangsa harimau.
Oleh
YOLA SASTRA
·4 menit baca
KOMPAS/VINA OKTAVIA
Ilustrasi: Vidi, harimau sumatera dari Taman Satwa Taru Jurug, Kota Solo, Jawa Tengah, didatangkan ke Lembaga Konservasi Lembah Hijau, Kota Bandar Lampung, sejak Sabtu (12/9/2020).
PADANG, KOMPAS — Harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) menyerang dan memangsa ternak kerbau milik warga di Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Petugas Balai Konservasi Sumber Daya Alam Sumbar memasang perangkap untuk mengevakuasi harimau tersebut. Di lokasi berbeda, yaitu di Kabupaten Solok, Sumbar, beruang madu (Helarctos malayanus) berulang kali memasuki dapur rumah warga.
Serangan harimau sumatera terhadap ternak kerbau milik warga itu terjadi di dua jorong, Nagari Tigo Balai, Kecamatan Matur, Agam, Jumat (17/4/2021). Satu kerbau mati dimangsa harimau di Jorong Sari Bulan dengan disertai luka-luka di kaki belakang dan satu kerbau lainnya di Jorong Cubadak Lilin mengalami luka-luka pada bagian kaki belakang.
Kepala Resor Konservasi Wilayah (RKW) Agam Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumbar Ade Putra, Sabtu (17/4/2021), mengatakan, serangan harimau sumatera tersebut diketahui warga pada Jumat pagi dan dilaporkan ke BKSDA pukul 11.00. Tim BKSDA sudah ke lokasi untuk mengidentifikasi lapangan dan wawancarai saksi dan pemilik ternak.
”Dapat dipastikan itu harimau sumatera. Itu terlihat dari jejaknya dan luka bekas cakaran pada kerbau yang masih hidup. Dari jejaknya, kami perkirakan harimau dewasa. Lebar tapaknya 11 sentimeter, sudah kategori dewasa,” kata Ade, Sabtu siang.
DOKUMENTASI RKW AGAM BKSDA SUMBAR
Jejak harimau sumatera yang menyerang kerbau milik warga di Nagari Tigo Balai, Kecamatan Matur, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, Jumat (16/4/2021).
Menurut Ade, lokasi serangan harimau ini berada di persawahan, yang berjarak sekitar 50 meter dari rumah warga dan dekat dengan Jalan Raya Matur-Palembayan. Lokasi ini sekitar 1 kilometer dari Cagar Alam Maninjau dan 2,5-an kilometer dari Hutan Lindung Palupuh.
Ade menduga harimau ini sama dengan harimau saat kejadian pada awal Maret 2021 di nagari yang sama. Dalam kejadian itu, empat kerbau diserang harimau, yaitu satu mati dan tiga lainnya terluka. Lokasi serangan ini berjarak sekitar 1,5 kilometer arah ke hutan dari lokasi serangan terakhir.
Dilanjutkan Ade, mulai Sabtu ini, tim BKSDA memasang dua perangkap untuk mengevakuasi harimau tersebut. Evakuasi dilakukan karena upaya penghalauan dan pengusiran yang sebelumnya dilakukan, salah satunya dengan meriam karbit, tidak membuahkan hasil.
”Kami tidak lagi melakukan pengusiran karena sebelumnya pernah dilakukan, tetapi tidak memberikan hasil positif. Satwa semakin mendekat ke permukiman. Akhirnya kami putuskan menangkapnya untuk dievakuasi ke lokasi lain,” ujar Ade.
Selain penangkapan, kata Ade, tim BKSDA juga berpatroli di sekitar lokasi untuk memberikan rasa aman kepada warga. Penyuluhan dan edukasi kepada warga juga dilakukan untuk mencegah konflik serupa terjadi kembali.
DOKUMENTASI RKW AGAM BKSDA SUMBAR
Tim Resor Konservasi Wilayah Agam BKSDA Sumatera Barat menelusuri jejak harimau sumatera yang menyerang ternak kerbau milik warga di Nagari Tigo Balai, Kecamatan Matur, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, Jumat (16/4/2021).
Warga pun diimbau untuk mengandangkan dan mengamankan ternak di dekat rumah masing-masing. Kata Ade, warga terbiasa melepaskan kerbau begitu saja di pinggir kawasan hutan tanpa dikandangkan. Kalaupun tidak bisa di dekat rumah, lanjut Ade, setidaknya ternak dimasukkan ke kandang yang aman di lokasi pelepasan.
Kemudian, warga diimbau tidak beraktivitas di luar rumah pada malam hari dan tidak beraktivitas di ladang sendirian. Ade menyarankan, aktivitas di ladang dibatasi maksimal sampai pukul 16.00.
Satwa (harimau yang masuk ke permukiman) ini seperti tidak ada lagi pakan di dalam. Ia hanya melukai ternak, makan sedikit, lalu dibiarkan. Jadi, seolah-olah ia menyerang ternak untuk melepaskan rasa lapar.
Ade menambahkan, masuknya harimau ke permukiman dan menyerang ternak karena habitatnya semakin terdesak akibat alih fungsi lahan. Faktor lainnya, yang juga berpengaruh, adalah aktivitas perburuan babi yang terlalu jauh masuk ke dalam hutan sehingga mengurangi populasi mangsa harimau.
”Satwa (harimau yang masuk ke permukiman) ini seperti tidak ada lagi pakan di dalam. Ia hanya melukai ternak, makan sedikit, lalu dibiarkan. Jadi, seolah-olah ia menyerang ternak untuk melepaskan rasa lapar,” kata Ade.
ISTIMEWA
Tangkapan layar video beruang madu meminum minyak goreng bekas dalam sebuah wadah di dapur rumah warga Jorong Lubuk Selasih, Nagari Batang Barus, Kecamatan Gunung Talang, Kabupaten Solok, Sumatera Barat, Jumat (16/4/2021).
Beruang madu
Perilaku hewan liar yang meresahkan warga juga dilaporkan terjadi di Jorong Lubuk Selasih, Nagari Batang Barus, Kecamatan Gunung Talang, Kabupaten Solok. Beruang madu dilaporkan masuk ke dapur warga di Jorong Lubuk Selasih pada Jumat (16/4/2021) malam. Keberadaan beruang itu direkam oleh penghuni rumah dan viral di media sosial.
Dalam video berdurasi 39 detik itu, beruang mengendap-endap masuk ke dapur, lalu meminum minyak goreng bekas di dalam wadah. Salah seorang penghuni rumah kemudian berteriak sehingga beruang melarikan diri.
Kepala RKW Solok BKSDA Sumbar Afrilius, Sabtu siang, mengonfirmasi kebenaran video itu. Video direkam warga yang penasaran bahwa minyak goreng bekas bisa memancing beruang madu untuk datang. Sebelumnya, hampir setiap tahun beruang masuk ke dapur rumah warga tersebut. ”Akhirnya dicoba-coba, diintip dari dalam rumah, divideokan. Ternyata benar,” kata Afrilius.
Sebelumnya, hampir setiap tahun beruang masuk ke dapur rumah warga tersebut.
Menurut Afrilius, beruang madu ini diperkirakan berjenis kelamin jantan dan dewasa. Beruang ini sebelumnya pernah muncul di lokasi lain di jorong yang sama pada 31 Maret 2021-3 April 2021. Setelah sempat hilang seusai diusir dengan bebunyian meriam karbit, beruang muncul kembali pada 13 April 2021 dan 16 April 2021.
Afrilius menjelaskan, lokasi kemunculannya berada di pinggir hutan konservasi. Jorong Lubuk Selasih, yang dilintasi Jalan Nasional Padang-Solok, dikelilingi oleh Suaka Margasatwa (SM) Barisan dan Suaka Margasatwa Tarusan Arau Hilir. ”Sebelah kiri jalan (nasional Padang-Solok) dari arah Padang itu sudah masuk SM Barisan. Sebelah kanan jalan, SM Tarusan Arau Hilir,” ujar Afrilius.
Kata Afrilius, aroma minyak goreng bekas, apalagi pada musim hujan, bisa memancing kedatangan beruang madu. Minyak goreng bekas ini sebagai pengganti madu bagi beruang. Oleh karena itu, Afrilius mengimbau masyarakat, terutama yang tinggal di pinggir hutan, untuk menyimpan minyak goreng bekas dalam wadah tertutup dan mencuci peralatan masak yang ada di dapur.