Pastikan Pembelajaran Tatap Muka Aman, Surabaya Kembali Gelar Simulasi
Simulasi pembelajaran tatap muka di Surabaya kembali digelar untuk memaksimalkan persiapan tahun ajaran baru. Pembelajaran tatap muka diharapkan tidak memicu peningkatan kasus Covid-19.
Oleh
AMBROSIUS HARTO/AGNES SWETTA PANDIA
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Pemerintah Kota Surabaya, Jawa Timur, bersiap menggelar pembelajaran tatap muka dalam masa pandemi Covid-19. Sebagai persiapan, diadakan simulasi pembelajaran tatap muka di SMP Negeri 1 Surabaya dengan peserta perwakilan pelajar, Jumat (16/4/2021).
Simulasi itu meliputi kegiatan tatap muka atau luar jaringan (offline) dan dalam jaringan (online). Untuk tatap muka, ada 18 pelajar sekolah negeri dan swasta. Perwakilan lainnya mengikuti secara virtual. Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengawasi simulasi pembelajaran tatap muka itu untuk memastikan penerapan protokol kesehatan guna menekan potensi penularan Covid-19.
Menurut Eri, pembelajaran tatap muka berpeluang ditempuh mulai tahun ajaran baru 2021/2022. Biasanya, tahun ajaran baru dimulai pertengahan Juli. Pada periode ini, tahun ajaran baru dimulai selepas Lebaran 13-14 Mei 2021. Pembelajaran tatap muka tidak sekadar direncanakan untuk jenjang SMP, tetapi juga TK atau usia dini dan SD. ”Selepas Lebaran, kami akan uji coba dan simulasi lagi,” kata Eri.
Dalam simulasi, kehadiran siswa-siswi dicoba 25 persen dari kapasitas sekolah. Selama simulasi, petugas lokal juga berkoordinasi dengan provinsi untuk memastikan langkah-langkah yang diterapkan sudah sesuai koridor protokol kesehatan. Harapannya, meski ada pembelajaran tatap muka, tidak akan memicu peningkatan kasus Covid-19.
Di sisi lain, tenaga pendidikan di Surabaya sudah seluruhnya menerima vaksin Covid-19. Meski vaksin bukan obat, diharapkan mendorong kekebalan kelompok (herd immunity) yang menahan bahkan menekan potensi penularan Covid-19. Hal ini perlu diperkuat dengan penerapan protokol pencegahan yang sudah harus membudaya dalam diri para pelajar.
Protokol kesehatan, yakni pelindung diri (masker, sarung tangan, dan atau face shield), rutin mencuci tangan, menjaga kebersihan, menjaga jarak, rutin memeriksa kesehatan, jika kesehatan terganggu tidak ke sekolah, harus sudah menjadi pemahaman pelajar dan seluruh tenaga pendidikan. Selain itu, kata Eri, peran orangtua juga penting memastikan perlindungan terhadap anak-anak dari potensi serangan penyakit lainnya.
Tim terpadu akan mengecek seluruh sekolah di ibu kota Jatim tersebut dalam hal kelengkapan protokol dan rencana simulasi. (Supomo)
Kepala Dinas Pendidikan Kota Surabaya Supomo menambahkan, tim terpadu akan mengecek kelengkapan protokol dan rencana simulasi seluruh sekolah di ibu kota Jatim tersebut. Sekolah tidak akan diperkenankan menggelar pembelajaran tatap muka sebelum mendapat persetujuan tim dan telah menempuh sejumlah simulasi, serta dianggap memenuhi syarat.
”Sekolah diwajibkan simulasi dengan kapasitas 25 persen. Sebelum membuka harus simulasi terlebih dahulu,” kata Supomo. Rencana pembelajaran tatap muka juga tidak bersifat memaksa. Orangtua yang belum berkenan anaknya masuk sekolah bisa mengikuti sistem daring.
Secara terpisah, Kepala Dinas Pendidikan Jatim Wahid Wahyudi mengatakan, untuk jenjang SMA, ada empat kabupaten/kota yang belum uji coba dari 38 daerah di Jatim. Keempat daerah itu ialah Kota Surabaya, Kota Malang, Kota dan Kabupaten Kediri.
”Uji coba bisa dilaksanakan agar bisa dilihat kesiapan jika pembelajaran tatap muka ingin ditempuh,” kata Wahid. Di daerah risiko penularan sedang (zona oranye), uji coba tatap muka dihadiri maksimal 25 persen siswa-siswi suatu sekolah. Di zona kuning atau risiko rendah, uji coba bisa dihadiri maksimal 50 persen pelajar dari kapasitas.
Mengutip laman resmi infocovid19.jatimprov.go.id, kabupaten/kota zona kuning di Jatim pada Jumat ini adalah Sumenep, Pamekasan, dan Sampang di Pulau Madura, serta Gresik, Lamongan, Tuban, Kabupaten Probolinggo, Lumajang, Jember, dan Bondowoso. Mayoritas daerah lain berstatus zona oranye.