Integrasi dan Promosi Lintas Sektor Pacu Pariwisata Jateng Selatan
Pariwisata di Jateng Selatan berpotensi dikembangkan asalkan terdapat kolaborasi dan promosi yang solid antarkepala daerah serta lembaga. Kehadiran Bandara Purbalingga diharapkan memicu perekonomian serta wisata di sana.
Oleh
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
·3 menit baca
PURWOKERTO, KOMPAS — Kolaborasi antarpemimpin daerah dan lembaga, serta proaktif dalam promosi menjadi kunci mendorong sektor pariwisata di wilayah Jawa Tengah bagian selatan. Pengemasan atraksi yang berkelanjutan juga perlu disesuaikan dengan minat wisatawan asing agar destinasi kian berkembang.
”Jangan disamakan menariknya kita dengan menariknya mereka (wisatawan mancanegara). Menariknya kita senang selfie dengan tulisan, misalnya ’Cilacap Bercahaya’. Tapi sebenarnya orang asing tidak suka dengan tulisan seperti itu, inginnya pemandangan natural,” kata pemerhati pariwisata, Dwisuryo Indroyono Soesilo, dalam webinar ”Prospek Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Jawa Selatan” yang digelar Kantor Perwakilan Bank Indonesia Purwokerto, Kamis (15/4/2021).
Indroyono memberikan gambaran betapa potensi wisata alam dan sejarah di wilayah Cilacap dan Banyumas, seperti Pantai Teluk Penyu, Benteng Pendem, wisata Mangrove, serta Baturraden di lereng Gunung Slamet bisa ditawarkan kepada para wisatawan kapal pesiar dari Australia. Menurut dia, para pelancong itu tidak perlu hotel karena sudah tersedia di kapal pesiar. Mereka juga tak butuh aksesibilitas. ”Kita tinggal menunjukkan atraksinya,” tuturnya.
Indroyono juga mendorong pemerintah daerah di wilayah Jawa bagian selatan untuk saling berkolaborasi dan rajin promosi untuk mengembangkan pariwisata secara bersama-sama. Sinergi juga bisa dijalin oleh kepala daerah dengan TNI karena sepanjang pantai selatan dikuasi TNI AD sebagai area pertahanan. Nota kesepahaman bisa ditandatangani bersama demi kemajuan pariwisata dan kesejahteraan masyarakat.
”Di Pantai Widarapayung dan Pantai Nusakambangan (Cilacap) juga menjadi surga yang bagus bagi surfing (selancar),” katanya.
Wakil Ketua Komite I DPD RI Abdul Kholik menyampaikan, pariwisata di wilayah Jawa Tengah maupun Jawa bagian selatan belum termasuk dalam prioritas pembangunan baik regional maupun nasional. Hal itu ditunjukkan, antara lain, di level kabupaten, program masih bergerak secara parsial.
Sementara di level provinsi, area Jateng Selatan juga hanya menjadi kawasan penunjang bagi Kawasan Industri Brebes. ”Pada level nasional, belum masuk rencana strategis nasional,” kata Kholik.
Belajar dari pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tanjung Lesung di Banten, Direktur Utama PT Banten West Java/KEK Tanjung Lesung Poernomo Siswoprasetijo menyampaikan, kolaborasi lintas sektoral dibutuhkan untuk memacu pengembangan kawasan.
”Magnetnya ada di Gunung Krakatau. Ini sudah sedemikian terkenal di dunia karena letusannya yang begitu dahsyat. Ada juga Taman Ujung Kulon serta suku Baduy, suku yang terkenal mengisolasi diri. Cara hidupnya sangat menarik dipelajari. Kami menggabungkan wisata alam, budaya, kuliner, dan sejarahnya untuk ditawarkan ke wisatawan,” tutur Poernomo.
Menurut Poernomo, KEK Tanjung Lesung yang dikelola sejak tahun 1990 itu juga menyiapkan berbagai atraksi untuk membuat wisatawan tinggal di sana lebih lama. Atraksi itu tidak hanya dilakukan di darat, tetapi juga laut serta udara meliputi atraksi budaya, olahraga air, serta udara. Pengelola juga mendorong anak-anak muda untuk belajar silat dan main angklung untuk menghibur wisatawan.
Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi yang juga hadir sebagai narasumber dalam webinar tersebut menyampaikan, kehadiran Bandara Jenderal Besar Soedirman di Purbalingga diharapkan bisa mendorong perekonomian dan wisata di kawasan Jateng bagian selatan yang selalu masuk dalam 10 besar wilayah miskin se-Jawa Tengah.
Pratiwi mengakui, butuh kerja sama serta kolaborasi lintas sektor dan kabupaten termasuk kementerian terkait, untuk memacu perkembangan di wilayahnya. Oleh karena itu, dibutuhkan kelembagaan khusus untuk mewadahi upaya komunikasi dan kolaborasi dari kabupaten-kabupaten eks-Karesidenan Banyumas.
”Ini butuh kolaborasi dan sinergitas. Tidak mungkin sendiri-sendiri. Purbalingga sendiri, Banyumas sendiri. Kita butuh sinergitas pusat, provinsi, dan daerah,” paparnya.