Bandara Purbalingga dan Tantangan agar Tak Senasib dengan Kertajati
Bandara Purbalingga, Jawa Tengah, siap beroperasi. Citilink akan memulai penerbangan komersial Halim Perdanakusuma-Purbalingga 22 April 2021. Di tengah banyak tantangan, bandara ini jangan sampai sepi seperti Kertajati.
Oleh
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
·4 menit baca
Bandar Udara Jenderal Besar Soedirman di Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, bersiap melayani penerbangan komersial mulai 22 April 2021. Tersimpul harapan agar bandara ini eksis menopang aksesibilitas di Jawa Tengah bagian selatan. Terlebih, agar tak bernasib sama dengan Bandara Kertajati di Jawa Barat.
Awal April, pesawat komersial Citilink telah lancar melakukan uji coba penerbangan perdana di bandara yang komersialisasinya telah direncanakan sejak 2016 tersebut. Sebelumnya, areal ini merupakan pangkalan udara milik TNI Angkatan Udara.
Sepinya penumpang di Bandara Kertajati di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, yang mulai beroperasi Mei 2018, memunculkan kekhawatiran serupa. ”Bandara Internasional di Kulon Progo sudah jalan dan Bandara Tunggul Wulung Cilacap juga bisa dimaksimalkan. Saya khawatir (Bandara Purbalingga) sepi peminat seperti Kertajati,” ungkap dosen Pemberdayaan Masyarakat Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, Adhi Iman Sulaiman.
Dari arsip Kompas (9/1/2020), Bandara Internasional Jawa Barat Kertajati memiliki luas terminal 96.280 meter persegi. Bandara itu mampu menampung 5,6 juta penumpang per tahun.
Akan tetapi, sejak beroperasi, bandara seluas 1.800 hektar itu hanya melayani kurang dari 1 juta penumpang per tahun. Padahal, tersedia 22 tempat parkir pesawat. Landas pacu sepanjang 3.000 meter juga melayani pesawat berbadan besar.
Penerbangan umrah sempat dilayani maskapai Lion Air pada Oktober 2018, tetapi berakhir karena sepi. Kemudian setelah vakum lebih dari setahun, bandara ini kembali melayani penerbangan umrah pada Rabu (8/1/2020). Penerbangan umrah pada 2020 itu dilayani oleh maskapai Citilink dengan pesawat Airbus A-320. Dari total 174 tempat duduk, okupansinya 62 persen atau 108 penumpang (Kompas, 8/1/2020).
Adapun Bandara Purbalingga dibuka untuk memberikan alternatif moda transportasi bagi warga di Jawa Tengah selatan bagian barat. Selama ini, warga di wilayah Purbalingga, Banyumas, Banjarnegara, dan Wonosobo hanya bisa memanfaatkan kereta api untuk berpergian ke luar kota dengan stasiun yang berada di Purwokerto (Banyumas).
Karena kendala dana, kontur tanah lembek, serta pandemi Covid-19, operasi komersial bandara yang sebelumnya disebut Lanud TNI AU Wirasaba ini terus-menerus molor.
Presiden Joko Widodo, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, dan mantan Menteri BUMN Rini Soemarno pernah meninjau serta mendorong bandara ini untuk segera beroperasi. Namun, karena kendala dana, kontur tanah lembek, serta pandemi Covid-19, operasi komersial bandara yang sebelumnya disebut Lanud TNI AU Wirasaba ini terus-menerus molor.
Lanud TNI AU Wirasaba dibangun pada 1938 dengan luas 115 hektar dan panjang landasan pacu sepanjang 850 meter berupa lapangan rumput. Adapun pengembangan Lanud Wirasaba menjadi bandara menelan anggaran pembangunan Rp 350 miliar dari PT Angkasa Pura II serta Rp 125 miliar dari Pemerintah Kabupaten Purbalingga. Untuk mendukung penerbangan komersial, bandara ini telah memiliki landasan pacu sepanjang 1.600 meter dengan lebar 30 meter dan bisa didarati pesawat jenis ATR-72.
Bandara ini direncanakan memiliki terminal seluas 3.000 meter persegi dengan kapasitas 300.000 orang per tahun. Namun, hingga April 2021 ini, terminal belum berdiri. Untuk itu, 22 April mendatang, saat operasional perdana, pemerintah Kabupaten Purbalingga akan mendirikan tenda roder berukuran 20 meter x 20 meter dengan biaya hingga Rp 900 juta.
”Tenda itu sementara. Pembangunan terminal permanen ditargetkan selesai pada 2022,” kata Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi, Kamis (1/4/2021), di bawah tenda peneduh yang biasa dipakai untuk hajatan dan kala itu disiapkan menyambut tamu jajaran direksi Citilink dalam uji coba penerbangan.
Potensi ekonomi
Dari sisi potensi ekonomi wilayah, kawasan selatan dan barat Jawa Tengah terbilang menjanjikan. Total terdapat 1.039 perusahaan di kawasan ini. Adapun di Purbalingga, sedikitnya 300 perusahaan termasuk 24 perusahaan modal asing (PMA) yang menyerap 66.000 tenaga kerja. Sebagian besar bergerak di industri bulu mata dan rambut palsu.
Selain itu, ada 36 perguruan tinggi di wilayah Jateng bagian barat dan selatan. Perguruan tinggi ini terdiri dari 4 perguruan tinggi negeri dan 32 perguruan tinggi swasta.
Bupati Pratiwi berharap sejumlah perhelatan wisata di Purbalingga, seperti Festival Gunung Slamet, Golaga Jazz Festival, dan Batik in The Cave, bisa menjadi magnet wisatawan untuk berkunjung dengan memanfaatkan keberadaan bandara ini. Di tengah terpaan pandemi Covid-19 yang belum diketahui kapan berakhir serta kebijakan larangan mudik dari pemerintah pusat pada Lebaran 2021, Bandara Purbalingga punya tantangan untuk tumbuh dan bertahan.
Hanya waktu yang bisa membuktikan ketangguhan bandara ini: akan jadi primadona bagi ekonomi atau sepi dan mati? Namun, setidaknya, semua pemangku kepentingan mesti berupaya maksimal terlebih dulu melalui promosi dan optimalisasi layanan.