Belasan Ribu Hektar Lahan Pertanian di NTT Terancam Gagal Panen
Siklon tropis Seroja yang menerjang Nusa Tenggara Timur pekan lalu mengakibatkan belasan ribu hektar lahan pertanian dan puluhan ribu rumah rusak. Pemerintah memberi bantuan untuk pemulihan lahan dan perbaikan rumah.
Oleh
Kornelis Kewa Ama
·4 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Belasan ribu hektar lahan pertanian di Nusa Tenggara Timur rusak akibat diterjang banjir yang dipicu siklon tropis Seroja. Kerusakan lahan pertanian terluas dan terparah ada di Kabupaten Kupang, Sumba Timur, dan Malaka.
Seperti diberitakan sebelumnya, siklon tropis Seroja pada Minggu (4/4/2021) mengakibatkan hujan ekstrem hingga banjir bandang dan tanah longsor di sejumlah wilayah di NTT dan Nusa Tenggara Barat. Khusus di NTT, sebanyak 179 orang meninggal dan 45 orang masih dalam pencarian. Selain itu, 52.730 rumah dan sejumlah infrastruktur serta fasilitas umum dilaporkan rusak.
Sekitar 15.500 hektar (ha) lahan pertanian di 18 kabupaten/kota, dari total 23 kabupaten/kota di NTT, rusak dan terancam gagal panen. Lahan pertanian yang rusak, antara lain, ada di Kabupaten Sumba Timur (1.555 ha), Malaka (1.200 ha), Kupang (8.007 ha), Timor Tengah Selatan (200 ha), dan Ende (200 ha).
Juru Bicara Gubernur NTT Marius Ardu Jelamu, di Kupang, Selasa (13/4/2021), mengatakan, laporan kerusakan akibat badai siklon tropis Seroja di NTT masih bersifat sementara. Hal itu karena sejumlah kabupaten belum memberi laporan rinci terkait kerusakan akibat dampak dari siklon tropis Seroja.
”Tanaman padi dan jagung yang terbawa banjir ini terancam gagal panen. Apalagi pascabencana badai Seroja dilanjutkan dengan panas terik delapan hari berturut-turut,” kata Jelamu.
Frits Mesak (45), petani di Oesao, Kabupaten Kupang, menyebutkan, badai Seroja menyebabkan air banjir menerjang sawah di lokasi itu. Saat itu tanaman padi sedang proses berbulir.
”Lahan sawah saya 3 hektar, semua tiarap di dasar lumpur. Seusai badai, air langsung kering, dan panas terik sudah delapan hari ini. Padi pasti gagal panen. Ini sawah tadah hujan,” kata Mesak.
Tanaman padi dan jagung yang terbawa banjir ini terancam gagal panen. Apalagi, pascabencana badai Seroja dilanjutkan dengan panas terik delapan hari berturut-turut.
Dalam kunjungannya ke NTT, Sabtu (10/4), Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menyatakan, pemerintah juga memberikan bantuan bagi petani yang terdampak bencana siklon tropis Seroja melalui program pemulihan lahan pertanian. Tidak hanya lahan pertanian padi, tetapi juga lahan jagung serta peternakan sapi milik rakyat.
Pengungsian
Hingga hari kedelapan pascabencana, sebanyak 8.866 orang yang tersebar di 18 kabupaten masih mengungsi. Sebelumnya, total pengungsi mencapai 27.948 orang. Pengungsi yang masih bertahan adalah mereka yang tidak lagi memiliki rumah tinggal atau tidak memiliki anggota keluarga yang memiliki rumah layak untuk ditempati sementara.
Menurut Jelamu, pemerintah menanggung seluruh biaya hidup dan pengobatan selama di pengungsian. Para pengungsi ini akan dipulangkan ke rumah masing-masing setelah mereka memiliki rumah tinggal secara tetap.
Tercatat sejumlah 103.578 keluarga atau 351.951 jiwa terdampak bencana banjir bandang akibat siklon tropis Seroja. Sejumlah 52.730 rumah rusak, terdiri atas 13.585 rumah rusak berat, 8.220 rumah rusak sedang, 26.250 rumah rusak ringan, serta 4.675 rumah terendam banjir.
Untuk perbaikan, pemerintah akan memberikan dana stimulan Rp 50 juta untuk tiap rumah yang rusak berat, Rp 25 juta untuk rumah rusak sedang, serta Rp 10 juta untuk rumah rusak ringan. Setelah menerima uang itu, warga akan membangun atau memperbaiki sendiri rumahnya.
”Akan ada tim teknis dari dinas pekerjaan umum dan perumahan rakyat di wilayah itu melakukan kajian untuk memastikan jenis kerusakan itu. Tidak sembarang orang menentukan jenis kerusakan. Pendataan kerusakan harus dilakukan secara jujur dan transparan karena akan ada penyelidikan langsung di lapangan,” tutur Jelamu.
Badai siklon tropis Seroja juga menerjang sejumlah fasilitas umum di 18 kabupaten/kota di NTT dengan kategori berat, sedang, dan ringan. Kerusakan itu antara lain 11 jembatan di Timor Tengah Utara rusak berat, serta 39 fasilitas kesehatan, 13 rumah ibadat, 18 kantor pemerintah, dan 18 ruas jalan rusak di Kota Kupang. Di Flores Timur, sebanyak 10 ruas jalan dan jembatan rusak.
Di Kabupaten Malaka, sebanyak 10 gedung sekolah, 5 rumah ibadat, 14 kantor pemerintah, 5 tambak ikan, dan tanggul penahan pantai rusak. Selain itu, 100 ekor ternak sapi hanyut. Kerusakan di Ngada berupa asrama dan kantor polisi, rumah biara Katolik, 5 rumah ibadat, dan 22 perahu nelayan.
Di Sumba Timur, sebanyak 12 jembatan dengan nilai miliaran rupiah per unit hancur. Sebanyak 23 ruas jalan, 5 bendungan, 36 puskesmas, dan 5 rumah sakit juga rusak. Di Kabupaten Kupang, 16 gedung sekolah, 5 puskesmas, 11 kantor pemerintah, dan 12 rumah ibadat juga dilaporkan rusak.
Dua nelayan dari Kabupaten Sabu Raijua dilaporkan terseret arus hingga ke wilayah Australia saat siklon tropis Seroja menerjang perairan NTT. Penjabat Bupati Sabu Raijua Doris Rihi mengatakan, dua nelayan, Niba Uli (32) dan Isyak Uru Dadi (42), warga Kelurahan Ledeke, Kecamatan Raijua, dilaporkan hilang pada Sabtu-Senin (3-5/4).
Niba Uli dan Isyak Dadi kemudian diantar kapal luar negeri kembali ke wilayah Indonesia. Mereka menuntun kedua nelayan itu memasuki Pulau Dana, Rote Ndao. Kedua nelayan itu dibekali beras 50 kg, air mineral 20 dos, mi instan 5 dos, minuman kaleng 5 dos, apel 2 karung, solar 105 liter, dan dua jaket pelampung.
Mereka tiba di Pulau Dana, Sabtu (10/4) sekitar pukul 07.00 Wita. Keduanya melanjutkan perjalanan ke Pulau Raijua dan tiba hari itu juga pada pukul 15.30 Wita di Dermaga Bhee, Kecamatan Raijua, sekitar 40 mil dari Pulau Sabu.