Jumlah Bangunan Rusak akibat Gempa di Malang Terus Bertambah
Hingga Minggu (11/4/2021) pagi terdata 600 unit bangunan rusak akibat gempa yang melanda Malang, Sabtu kemarin. Bangunan yang rusak terdiri atas rumah penduduk dan fasilitas umum.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·2 menit baca
MALANG, KOMPAS — Jumlah kerusakan bangunan yang terdata di Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Malang dan Blitar terus bertambah. Kerusakan bangunan ini akibat gempa bumi M 6,1 yang berpusat di perairan selatan Kabupaten Malang, Sabtu (10/4/2021) kemarin.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Malang Bambang Istiawan mengatakan, hingga kini jumlah kerusakan mencapai 600 unit lebih, termasuk di dalamnya fasilitas umum.
”Sebagian besar rusak ringan. Pengecekan terus dilakukan. Yang ada masih data sementara. Daerah yang kerusakannya cukup banyak di Ampelgading. Korban jiwa di wilayah kami tiga orang,” ucapnya.
Menurut Bambang, sejauh ini belum ada pengungsian. Warga yang rumahnya terdampak ditampung di tempat tetangga. Namun, dapur umum dan tenda darurat tetap dibangun. Dapur umum sudah didirikan di Ampelgading, sedangkan tenda darurat akan didirikan di daerah terdampak sesuai kebutuhan.
Daerah yang kerusakannya cukup banyak di Ampelgading. Korban jiwa di wilayah kami tiga orang.
Di Blitar, Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Blitar Achmad Kholik mengatakan, total rumah yang rusak di wilayahnya mencapai 312 buah, terdiri atas 217 unit rusak ringan, 85 rusak sedang, dan 10 rusak berat.
Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Malang Mustain mengatakan, pihaknya masih mendata kerusakan yang terjadi, baik itu aset milik Kementerian Agama maupun swasta yang rusak akibat gempa.
Data sementara, hingga Minggu pagi ada belasan gedung sekolah di bawah Kemenag yang rusak ringan-berat. Selain itu, kerusakan juga dilaporkan terjadi di 4 gereja, 1 wihara, dan 10 unit masjid.
Adapun gedung sekolah yang rusak, di antaranya, MAN 2. Di sekolah itu ada delapan unit ruang kelas dan dua unit laboratorium bahasa dan komputer yang rusak. Semuanya ada di lantai 2. Kerugian ditaksir mencapai Rp 1,8 miliar. ”Kerugiannya paling besar ada di laboratorium komputer, semua komputer rusak,” ujar Mustain.
Sejauh ini, aktivitas belajar mengajar masih dilakukan secara daring. Perbaikan gedung sekolah yang rusak diharapkan rampung sebelum tahun ajaran baru 2021/2022.