Guru Tewas Ditembak KKB di Kabupaten Puncak Bertambah
Serangan kelompok kriminal bersenjata terhadap guru di Distrik Beoga, Kabupaten Puncak, Papua, terus terjadi. Seorang guru tewas, diduga ditembak kelompok tersebut di Distrik Beoga.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·3 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Yonatan Renden, guru di Distrik Beoga, Kabupaten Puncak, Papua, meninggal setelah diduga ditembak kelompok kriminal bersenjata, Jumat (9/4/2021). Tercatat, dua guru tewas ditembak kelompok itu dalam dua hari terakhir.
Sebelumnya, Oktovianus Rayo, guru di Kampung Julukoma, Distrik Beoga, tewas tertembak, Kamis (8/4/2021). Baik Yohanes maupun Oktovianus diduga tewas di tangan kelompok kriminal bersenjata (KKB) pimpinan Sabinus Walker.
Komandan Resor Militer 173/Praja Vira Braja Brigadir Jenderal Iwan Setiawan, saat dihubungi dari Jayapura, Sabtu (10/4/2021), mengatakan, proses evakuasi jenazah kedua guru itu masih terkendala. Hingga kini, masih terjadi kontak senjata antara aparat keamanan dan kelompok Sabinus.
Di Beoga, kelompok Sabinus telah bergabung dengan KKB pimpinan Lekagak Telenggen. Gabungan keduanya beranggotakan 75 orang yang dipersenjatai 30 senjata api.
”Pesawat belum dapat memasuki Beoga karena kondisi keamanan. Kami tidak mau memaksakan evakuasi yang menyebabkan korban bisa bertambah,” kata Iwan. Namun, ia menegaskan, aparat masih berupaya mengevakuasi para guru dan menyelamatkan warga Beoga dari serangan KKB.
Bupati Puncak Willem Wandik mengatakan belum dapat memberikan komentar. Dia masih berupaya bernegosiasi dengan KKB agar evakuasi jenazah bisa dilakukan
Kapolda Papua Inspektur Jenderal Mathius Fakhiri menyatakan telah menerjunkan tim ke Distrik Beoga untuk menindak tegas anggota KKB Sabinus Waker yang berasal dari Intan Jaya. Mereka tidak hanya menyerang guru, tetapi juga membakar tiga sekolah dan rumah guru di Distrik Beoga, Kabupaten Puncak, Kamis.
”Sekolah yang dibakar KKB adalah SD Jambul, SMP Negeri 1 Beoga, dan SMA Negeri 1 Beoga. Tiga sekolah itu dibakar pada pukul 18.15 WIT,” ujar Mathius.
Kepala Dinas Pendidikan, Perpustakaan, dan Arsip Daerah Provinsi Papua Christian Sohilait menyesalkan penembakan guru dan pembakaran sekolah di Distrik Beoga. Ia telah meminta agar guru-guru di sana mengungsi ke Kabupaten Mimika.
”Saya telah melaporkan masalah ini ke Wakil Gubernur Papua dan Sekretaris Daerah Papua. Kami juga telah berkoordinasi dengan aparat TNI dan Polri untuk menjamin keamanan para guru,” tutur Christian.
Kepala Perwakilan Komnas HAM Wilayah Papua Frits Ramandey menyatakan, aksi pembakaran dan penembakan itu tidak dapat dibenarkan, apa pun alasannya. Hal itu jelas sangat merugikan bagi kelangsungan masa depan anak Papua.
”Aksi mereka telah melanggar hak warga untuk hidup aman dan hak untuk mendapatkan pendidikan. Negara harus hadir memberikan rasa aman bagi masyarakat Beoga,” kata Frits.
Juru bicara Tentara Pembebasan Nasional Organisasi Papua Merdeka, Sebby Sambom, mengatakan, Oktovianus ditembak karena dianggap sebagai intelijen aparat keamanan di Beoga. ”Kami telah memetakan data anggota intelijen yang menyamar sebagai tenaga kesehatan, guru, dan aparatur sipil negara,” katanya.
Diketahui data dari Polda Papua, ada 49 aksi KKB di Papua sepanjang 2020. Teror penembakan KKB terjadi di Nduga, Intan Jaya, Paniai, Mimika, Puncak Jaya, Keerom, dan Pegunungan Bintang. Korbannya 17 orang meninggal dunia.
Pada 2021, KKB sama sekali tidak menghentikan aksinya. Total sembilan aksi menyebabkan 3 anggota TNI dan 4 warga sipil meninggal. Sementara satu anggota TNI dan seorang warga lainnya terluka berat terkena tembakan.