"Kalembo Ade" Saudaraku di Bima!
Berbagai bantuan pascabanjir bandang di Bima terus mengalir dalam berbagai bentuk dari berbagai pihak. Bantuan itu agar penyintas banjir bandang di Bima tidak merasa sendiri dan putus asa. Tetap ”kalembo ade”.
Panggilan kemanusiaan membuat berbagai pihak datang menyalurkan bantuan bagi penyintas banjir bandang di Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat. Mereka tergerak membantu dan menguatkan para penyintas.
Setelah berkendara sekitar 40 kilometer dari Palibelo, Agus Setiawan (47) dan lima rekannya tiba di Kantor Camat Monta, Kabupaten Bima, Kamis (8/4/2021) pukul 11.00 Wita. Rombongan dari Komunitas Pemuda Peduli Bencana Alam Palibelo itu langsung turun dari motor, lalu mengangkat karung putih dan plastik hitam besar. Isinya beras, sabun, dan mi instan.
”Ini sumbangan yang dikumpulkan dari warga Palibelo. Kami merasa terpanggil. Mereka saudara kami,” kata Agus.
Setelah menyerahkan bantuan itu ke pihak Dapur Lapangan Komando Distrik Militer 1068/Bima, mereka kembali naik motor. Masih ada dua desa lain yang dikunjungi, termasuk beberapa desa di Kecamatan Madapangga.
Baca juga: Dampak Banjir Bandang di Bima
Rombongan lain dari SD Negeri 48 Kumbe Kota Bima juga datang untuk tujuan yang sama. Dengan menggunakan mobil pikap, para guru membawa berbagai bantuan, seperti pakaian, air, dan makanan ringan.
”Sebagai manusia yang punya hati, kami tentu merasakan penderitaan saudara kami di Kabupaten Bima. Apalagi, kami juga pernah seperti ini pada 2017 lalu. Saat itu, saudara kami di kabupaten yang berjibaku membantu,” kata Arifin, Kepala SDN 48 Kumbe.
Warga dari desa yang tidak terdampak juga secara sukarela turun tangan. Pemuda Desa Tenga, Kecamatan Woha, Bima, sekitar 18,8 kilometer dari Monta yang juga terdampak, misalnya, berkeliling kampung mengumpulkan bantuan.
Sebagai manusia yang punya hati, kami tentu merasakan penderitaan saudara kami di Kabupaten Bima. Apalagi, kami juga pernah seperti ini pada 2017 lalu. Saat itu, saudara kami di kabupaten yang berjibaku membantu. (Arifin)
Bendahara Desa Tenga Imam Firdaus mengatakan, selain warga di desanya, sumbangan juga berasal dari keluarga Bima di luar daerah. Misalnya dari Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Baca juga: Puluhan Ribu Jiwa Terdampak Banjir Bandang di Bima
Mahasiswa di Kota Bima juga melakukan penggalangan dana di sejumlah lokasi di kota itu. Mulai dari persimpangan jalan hingga stasiun pengisian bahan bakar untuk umum.
”Hingga hari ini, terkumpul lebih dari Rp 3 juta. Direncanakan dibelikan sembako dan didistribusikan. Ada juga pakaian dan obat-obat yang akan diserahkan,” kata Yurimas (21), Ketua Himpunan Mahasiswa Program Studi Sosiologi Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bima.
Selain logistik, bantuan lain berupa tenaga juga datang dari Palang Merah Indonesia (PMI) Kabupaten Dompu. Sebanyak 30 personel dikirim untuk membantu penanganan banjir bandang. Mereka bahu-membahu dengan pihak lain, seperti TNI, polisi, dan petugas dinas pemadam kebakaran. Mereka membantu membersihkan material banjir bandang, juga memasak di dapur umum.
Baca juga: Berharap Nestapa Tidak Terulang di Sempadan Sungai Leu
Persaudaraan erat
Banjir bandang pada Jumat (2/4) melanda enam kecamatan di Kabupaten Bima. Data sementara, 10.185 keluarga atau 29.128 jiwa terdampak. Selain dua korban meninggal, bencana juga mengakibatkan 5.333 rumah rusak. Kerusakan juga terjadi pada fasilitas pendidikan, kesehatan, peribadatan, dan fasilitas umum lainnya. Ratusan hektar lahan pertanian dan seribu hektar lebih tambak rusak.
Dahsyatnya dampak bencana itu membuat Kabupaten Bima menjadi perhatian. Bantuan mengalir dari masyarakat di Pulau Sumbawa, Lombok, dan daerah lain di Indonesia. Sepanjang hari, kendaraan yang membawa bantuan tampak lalu lalang di kecamatan yang terdampak.
Bagi masyarakat Bima, membantu sesama menjadi kebiasaan dan gambaran eratnya persaudaraan mereka. Ungkapan setempat, kalembo ade atau tabah dan sabar, maknanya terasa begitu kuat dalam kondisi seperti saat ini.
Ungkapan itu, menurut Imam Firdaus, punya berbagai makna bagi orang Bima. Namun, ketika bicara bencana, bisa diartikan semacam harapan agar para penyintas tetap tabah dan sabar, tidak putus asa menghadapi bencana itu
Baca juga: Solidaritas Bersama untuk Bima
Wahidah (42), warga Monta, salah satu penyintas bencana, terharu melihat begitu banyak orang yang peduli. Ia berharap kondisi segera pulih dan penyintas bisa bangkit kembali setelah banjir bandang.
Bagi masyarakat Bima, membantu sesama menjadi kebiasaan dan gambaran eratnya persaudaraan mereka. Ungkapan setempat, kalembo ade atau tabah dan sabar, maknanya terasa begitu kuat dalam kondisi seperti saat ini.
Komandan Satuan Tugas Tanggap Darurat Bencana Hidrometeorologi Bima, yang juga Komandan Distrik Militer 1608/Bima Letnan Kolonel Teuku Mustafa Kamal mengatakan, penanganan darurat bencana sampai saat ini berjalan cukup baik. Berbagai bantuan yang disalurkan diharapkan bisa meringankan beban para penyintas.
Dalam penanganan bencana, kehadiran semua pihak untuk membantu dalam bentuk apa pun sangat penting. Dengan begitu, para penyintas tidak merasa sendiri dan putus asa. Kalembo ade, Bima!
Baca juga: Kegiatan Belajar Mengajar di Bima Masih Terganggu, Pembersihan Sekolah Terkendala Air dan Peralatan