Sumsel Siapkan 278.483 Hektar untuk Program Lumbung Pangan
Pemerintah menyiapkan 278.483 hektar lahan untuk pelaksanaan ”food estate” di Sumatera Selatan, terutama untuk komoditas padi dan jagung. Upaya ini dapat memperkuat status Sumsel sebagai daerah lumbung pangan nasional.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·3 menit baca
PALEMBANG, KOMPAS — Pemerintah menyiapkan 278.483 hektar lahan untuk pelaksanaan program lumbung pangan atau food estate di Sumatera Selatan, terutama untuk komoditas padi dan jagung. Hanya saja sampai saat ini belum disahkan karena belum ditemukan kesepahaman dari berbagai pihak. Pelaksanaan food estate ini diharapkan dapat memperkuat status Sumsel sebagai daerah lumbung pangan.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pertanian, Tanaman Pangan, dan Hortikultura Sumsel Bambang Pramono, Senin (5/4/2021), mengatakan, ada tujuh daerah di Sumsel yang diproyeksikan menjadi tempat pelaksanaan program lumbung pangan yang fokus pada pengembangan padi dan jagung. Ketujuh daerah itu meliputi Kabupaten Banyuasin (118.732 hektar), Ogan Komering Ilir (59.751 hektar), Musi Banyuasin (20.000 hektar), Ogan Ilir (10.000 hektar), Ogan Komering Ulu Timur (50.000 hektar), Musi Rawas (10.000 hektar), dan Muara Enim (10.000 hektar).
Adapun tujuh kabupaten lagi akan dimanfaatkan untuk pengembangan produk hortikultura, disebar ke daerah Muara Enim, Prabumulih, Lubuk Linggau, Ogan Komering Ulu Selatan, Lahat, Pagar Alam, dan Ogan Komering Ulu Timur. Komoditas hortikultura yang akan dikembangkan antara lain bawang putih, bawang merah, durian, salak, duku, pisang, nanas, alpukat, jahe merah, dan cabe besar.
Bambang menjelaskan, konsep lumbung pangan yang akan diterapkan di Sumsel adalah menumbuhkan dan mengembangkan kawasan pertanian berbasis korporasi melalui kegiatan pendampingan, pengawalan, pertanaman komoditas pangan serta produk hortikultura berbasis rekomendasi teknis, spesifik lokasi, dan kebutuhan petani dari hulu ke hilir. ”Cara ini diharapkan dapat menumbuhkan kemandirian petani,” ujarnya.
Menurut Bambang, pengembangan food estate ini diharapkan dapat berdampak pada meningkatnya produksi padi di Sumsel yang ditargetkan mencapai 5 juta ton gabah kering giling per tahun. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Sumsel, produksi gabah kering giling di Provinsi Sumsel sebesar 2,74 juta ton atau naik 5,36 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Hanya saja, Bambang mengaku sampai saat ini masih banyak kendala yang ditemui di lapangan, terutama belum ditemukannya kesamaan pemahaman dan kepentingan antarpemangku kepentingan terhadap konsep lumbung pangan di Sumsel.
Gubernur Sumsel Herman Deru mengatakan, program lumbung pangan sebenarnya sudah dilakukan di Sumsel, salah satunya di Ogan Komering Ulu Timur. Hanya saja, penerapannya belum berbasis korporasi. Karena itu, perlu kesepahaman semua pihak agar program ini dapat berjalan lebih optimal. Mengacu saran dari Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, food estate harus fokus di beberapa daerah.
Wakil Bupati Banyuasin Slamet Somosentono menyampaikan, sampai sekarang belum ada surat keputusan mengenai penerapannya di lapangan. Nantinya, food estate akan dilaksanakan di kawasan perairan yang menjadi salah satu sentra pertanian di Banyuasin.
Slamet berpendapat, ketika food estate diterapkan, akan ada pembukaan lahan baru dan juga optimalisasi lahan yang sudah ada. ”Tinggal menunggu arahan dari pemerintah pusat,” ujarnya.
Adanya food estate diharapkan dapat meningkatkan produksi beras di Banyuasin karena memang seluruh sarana, mulai dari bibit, alat mesin pertanian, hingga pupuk, sudah disediakan. ”Kami tinggal menyiapkan tenaga kerjanya,” ucap Slamet.
Ketika program ini berjalan, diharapkan produktivitas lahan pertanian di Banyuasin yang semula 905.846 ton gabah kering giling pada tahun 2020 dapat meningkat. Saat ini rata-rata produktivitas lahan hanya sekitar 4 ton per hektar. Nantinya diharapkan menjadi 8 ton per hektar per sekali panen.
”Sekarang Banyuasin sudah masuk ke urutan pertama penghasil beras di Sumsel dan nomor empat secara nasional. Diharapkan dengan adanya food estate, capaian tersebut dapat ditingkatkan,” ujar Slamet.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sumatera Selatan Hari Widodo menjelaskan, keberadaan food estate dapat meneguhkan Sumsel sebagai daerah lumbung pangan nasional. Di sisi lain, program ini dapat mengurangi ketergantungan Sumsel pada komoditas yang biasa didatangkan dari daerah lain, seperti bawang merah dan bawang putih. Keterbatasan pasokan ini kerap menjadi penyebab inflasi di Sumsel.