Gudang Bulog Jabar Masih Bisa Tampung 245.000 Ton Beras Petani
Meski kapasitas masih tersedia, potensi penuhnya gudang Bulog di Jabar tetap menjadi perhatian, terutama dalam menghadapi panen raya. Di samping itu, kestabilan harga pangan saat panen juga menjadi perhatian.
Oleh
MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Perum Bulog Wilayah Jawa Barat masih mampu menyerap 245.000 ton setara beras dari petani. Koordinasi bersama mitra kerja diharapkan bisa meningkatkan penyerapan hasil panen sehingga mengurangi kekhawatiran jatuhnya harga.
Kepala Perum Bulog Kanwil Jawa Barat Taufan Akib, di Bandung, Jumat (19/3/2021), memaparkan, stok beras tersimpan di gudang Bulog Jabar mencapai 156.000 ton setara beras. Jumlah ini tersebar di tujuh gudang kantor cabang yang memiliki kapasitas total 401.000 ton setara beras.
Oleh karena itu, Taufan yakin penyerapan panen di Jabar oleh Bulog kali ini tidak terkendala kapasitas gudang. Namun, pihaknya tetap mempersiapkan opsi cadangan jika gudang yang ada di setiap wilayah penuh, di antaranya menggeser stok ke wilayah-wilayah lain atau menyewa gudang milik pemerintah dan swasta.
”Kami masih ada space (ruang) sekitar 245.000 ton setara beras. Jadi, Jabar tidak terlalu bermasalah karena kami masih bisa melakukan penyerapan dan pengadaan. Untuk opsi cadangan juga tentunya kami akan meminta izin dulu ke kantor pusat, bisa dengan menggunakan gudang-gudang yang ada atau mengajukan movement (pergeseran),” paparnya.
Persiapan ini dilakukan untuk menyambut panen raya yang diprediksi akan terjadi di Jabar. Gubernur Jabar Ridwan kamil menuturkan, hingga April mendatang, Jabar akan mengalami surplus beras hingga 320.000 ton. Karena itu, dia berharap pemerintah mampu menyerap panen dan menunda impor beras.
”Jabar usul ke pemerintah pusat untuk menunda impor beras. Kami surplus, daripada impor lebih baik beli beras dari Jabar yang melimpah,” ujarnya.
Berdasarkan data yang dihimpun Badan Pusat Statistik (BPS) Jabar, luas panen padi pada 2020 mencapai 1,61 juta hektar. Luasan ini bertambah 2,22 persen daripada tahun sebelumnya sebesar 1,58 juta hektar.
Penambahan luas panen berdampak pada kenaikan hasil panen di tahun 2020 yang diperkirakan mencapai 9,22 juta ton gabah kering giling (GKG) atau meningkat 1,48 persen ketimbang 2019. Pada tahun itu, produksi padi di Jabar mencapai 9,08 juta ton GKG.
Untuk mengantisipasi menurunnya harga gabah yang merugikan petani, Taufan menuturkan, pihaknya akan meningkatkan peran intelijen pasar untuk memperoleh data terkait harga lebih awal di lokasi yang akan panen. Tidak hanya itu, kerja sama dengan berbagai pihak, di antaranya dinas pertanian setempat dan BPS, juga dilakukan untuk mendapatkan data terbaru.
Jika terdapat informasi harga di bawah harga pokok penjualan (HPP), Taufan menyatakan, pihaknya akan turun langsung ke lapangan dan akan melakukan pengecekan kualitas. Di samping itu, jaringan mitra kerja pengadaan dan unit pengolahan pun menjadi perhatian untuk meningkatkan penyerapan gabah para petani.
”Ini dilakukan untuk meminimalkan harga di bawah HPP. Koordinasi dengan pihak perbankan juga diakukan untuk menambah layanan operasional dalam kegiatan penyerapan hasil produksi petani,” ujarnya.