Cegah Karhutla, Modifikasi Cuaca Mulai Diterapkan di Kalimantan Barat
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi melaksanakan modifikasi cuaca di Kalimantan Barat sejak Sabtu (13/3/2021). Teknologi modifikasi cuaca ini dilaksanakan sebagai upaya mencegah kebakaran hutan dan lahan.
Oleh
EMANUEL EDI SAPUTRA
·3 menit baca
PONTIANAK, KOMPAS – Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi mulai melakukan modifikasi cuaca di Kalimantan Barat sejak Sabtu (13/3/2021). Teknologi ini diterapkan sebagai upaya mencegah kebakaran hutan dan lahan yang belakangan semakin meluas.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Kalimantan Barat, Lumano, Rabu (17/3/2021), menuturkan, modifikasi cuaca oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) sudah dilakukan sejak akhir pekan lalu. Modifikasi cuaca menggunakan pesawat jenis cassa yang disiagakan di Pangkalan Angkatan Udara Supadio Pontianak. “Ini sebagai upaya pencegahan kebakaran,” ujar Lumano.
Modifikasi cuaca tersebut kerja sama BPPT, BPBD, TNI Angkatan Udara, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika serta Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Adapun Provinsi Kalbar telah menetapkan siaga darurat kebakaran lahan sejak Februari hingga November 2021.
Koordinator Teknis Lapangan dari BPPT, Dwipa Wirawan Soehoed, menuturkan, modifiksi cuaca sudah dimulai sejak Sabtu (13/3). Modifikasi cuaca Sabtu pekan lalu ke arah selatan, yaitu Kabupaten Kubu Raya dan Kayong Utara.
Adapun penyemaian garam dilakukan berdasarkan hasil pemantauan terkait posisi awan potensial. Sebagai contoh, Rabu ini, teknologi modifikasi cuaca (TMC) dilakukan di utara Kalbar, yaitu Kabupaten Mempawah, Bengkayang dan Kota Singkawang karena awan potensial berada daerah-daerah tersebut. “Lokasi penyemaian tergantung potensi keberadaan awan potensial,” ujar Dwipa.
Tujuan modifikasi cuaca yakni untuk membasahi lahan-lahan gambut di daerah Kalbar agar tidak terbakar. TMC dilakukan hingga status siaga darurat kebakaran lahan di Kalbar berakhir. “Sepanjang Surat Keputusan Gubernur Kalbar terkait hal itu masih berlaku, kami diminta melakukan pembasahan lahan dengan TMC,” kata Dwipa.
Menurut Dwipa, pihaknya mengusahakan TMC dilakukan dua kali sehari. Namun, hal itu juga tergantung perkembangan awan potensial di wilayah Kalbar.
Penyemaian garam (NaCl) untuk hujan buatan sejak Sabtu (13/3) hingga Selasa (16/3) sudah sekitar 4 ton. Jika digabung dengan hari ini (Rabu) totalnya sekitar 4,8 ton. Catatan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika, modifikasi cuaca sejak akhir pekan lalu cukup meningkatkan curah hujan. “Cukup bisa mencegah terjadinya titik panas,” papar dia.
Wakil Kepala Kepolisian Daerah Kalbar Brigadir Jenderal (Pol) Asep Safrudin, dalam rapat lintas sektoral dalam rangka pengendalian kebakaran hutan dan lahan, Rabu, menuturkan, jajaran Polda Kalbar, Pemerintah Provisi Kalbar, Komando Daerah Militer/XII Tajungpura dan pemangku kebijakan di Kalbar terus berupaya melakukan pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan dan lahan. Salah satu yang dilakukan yakni dengan mengintensifkan rapat teknis guna menentukan langkah preventif dan preemtif agar tidak terjadi kebakaran lahan.
Adapun pihak Telkom membantu penanganan karhutla dengan memanfaatkan jaringan tower BTS di Kalbar yang jumah totalnya sekitar 514 unit. Dari sekitar 514 tower tersebut, ada yang berada di lokasi rawan kebakaran, sehingga mereka menawarkan tower itu bisa dipasang kamera pemantau (CCTV). Dengan CCTV itu akan bisa lebih dini mengetahui sumber api.
CCTV itu akan terkoneksi dengan Polda dan Kepolisian Resor setempat. Dengan demikian, penanggulangan bisa lebih cepat. Jangkauan CCTV sekitar radius 4 km dan bisa berputar 360 derajat.
Sebelumnya, Polda sudah ada tiga aplikasi pemantauan dengan menggunakan satelit, antara lain aplikasi SiPongi, Lancang Kuning dan aplikasi Bongkar dari Polda Kalbar yang bisa mendeteksi titik panas.
Dengan CCTV, bisa terlihat dengan jelas lokasi lahan yang terbakar. Kalau aplikasi lain hanya bisa melihat titik panas. Terkait realisasi pemasangan CCTV tersebut, terus dibahas di rapat teknis.
Berdasarkan data Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional yang termuat dalam informasi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Bandara Supadio Pontianak, dalam 24 jam terakhir di Kalbar tedapat 4 titik panas. Titik panas tersebut hanya tersebar di Kabupaten Ketapang (4). Kualitas udara berdasarkan data ISPUnet, dengan parameter PM 2,5 kategori sedang dan berdasarkan parameter PM 10 kategori baik.