Menerjang Beragam Rintangan demi Vaksinasi di Papua
Vaksinasi Covid-19 di seluruh wilayah Papua penuh tantangan. Para tenaga kesehatan menghadapi kondisi medan yang berat, minimnya anggaran, dan ancaman teror kelompok kriminal bersenjata.
Misi vaksinasi Covid-19 di negara sebesar Indonesia adalah misi melawan sejuta rintangan. Di Provinsi Papua, rintangan itu bertambah kelipatannya. Tidak hanya berjibaku menembus medan-medan ekstrem serta keterbatasan sarana dan prasarana, para tenaga kesehatan juga mesti menghadapi risiko gangguan keamanan dari kelompok bersenjata.
Kamis (4/3/2021) sekitar pukul 08.00 WIT, Aaron Rumainum telah duduk di sebuah pesawat berbadan kecil dengan tiga awaknya di Bandara Mozes Kilangin, Timika, Kabupaten Mimika. Beberapa menit kemudian, pesawat pun lepas landas menuju daerah Pegunungan Tengah Papua.
Aaron yang menjabat Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Provinsi Papua mengunjungi Distrik (kecamatan) Ilaga, ibu kota Kabupaten Puncak. Ia hendak memberikan motivasi dan sosialisasi bagi tenaga kesehatan dan berbagai elemen masyarakat agar tidak takut menerima vaksin Covid-19.
Perjalanan udara dari Timika ke Ilaga hanya ditempuh sekitar 30 menit. Namun, rute itu bukanlah penerbangan biasa karena harus melewati deretan pegunungan dengan ketinggian lebih dari 3.000 meter di atas permukaan laut (mdpl). Sebelum mendarat di Lapangan Terbang Aminggaru di Ilaga, pesawat harus melewati sebuah celah gunung.
Seolah kondisi geografis itu belum cukup menggentarkan hati, dalam perjalanan Aaron saat itu tantangan bertambah. Kondisi cuaca berangin cukup kencang sehingga beberapa kali pesawat mengalami turbulensi. Jantung Aaron pun deg-degan. Ia terus berdoa di sepanjang perjalanan tersebut.
Kondisi cuaca sering kali menjadi momok bagi para pilot yang terbang ke Ilaga. Itu sebabnya, penerbangan ke Ilaga biasanya hanya dilakukan dalam rentang waktu pukul 07.00 hingga sekitar pukul 12.00 WIT saja. Ini untuk menghindari cuaca berkabut yang dapat membahayakan penerbangan.
Baca juga: Pesawat Rimbun Air Jatuh di Pegunungan
Beberapa kali terjadi pesawat menabrak gunung saat menuju Puncak atau tergelincir di Lapangan Terbang Aminggaru. Catatan Polda Papua, selama 2017-2019 terjadi empat kecelakaan pesawat di wilayah Puncak.
Peristiwa terakhir menimpa pesawat jenis Twin Otter dengan nomor registrasi PK-CDC yang menabrak gunung di Distrik Hoeya di ketinggian sekitar 3.900 mdpl pada 18 September 2019. Empat penumpang meninggal dalam musibah ini.
Aaron pun tiba dengan selamat di Bandara Aminggaru pukul 08.30 WIT. Bandara ini dijaga ketat aparat TNI-Polri karena sering menjadi target serangan kelompok kriminal bersenjata (KKB).
Belum lama, yakni pada 19 Februari 2021, terjadi kontak tembak antara anggota KKB dan aparat gabungan TNI-Polri di Bandara Aminggaru. Aparat keamanan melumpuhkan satu anggota kelompok tersebut.
Setelah semua rintangan itu dilalui, barulah Aaron dapat menunaikan tugasnya memberikan sosialisasi kepada masyarakat setempat tentang manfaat vaksinasi untuk mencegah masuknya Covid-19 di Kabupaten Puncak. Hingga kini belum terdapat kasus Covid-19 di Puncak.
Masyarakat menyambut sosialisasi dari Aaron dengan antusias. Total sebanyak 120 orang yang terdiri dari tenaga kesehatan, petugas pelayanan publik, dan warga lanjut usia mendapat vaksin Covid-19 selama dua hari kunjungan Aaron di Ilaga.
Pada Sabtu (6/3/2021), Aaron kembali ke Timika dan melanjutkan perjalanan dengan pesawat ke Jayapura, ibu kota Papua. Ia kembali dengan perasaan bahagia karena bisa meyakinkan masyarakat agar tidak takut divaksin. ”Saya berharap warga terus bersemangat untuk mendapatkan vaksin hingga tahap kedua. Upaya ini untuk menjaga Puncak tetap bebas Covid-19,” ujarnya.
Ombak ganas
Sebelum ke Ilaga, Aaron juga merasakan tantangan alam yang lain dalam perjalanan dari Kabupaten Biak Numfor ke Kabupaten Kepulauan Yapen dengan perahu motor pada 17 Februari 2021. Kedua kabupaten ini berada di kawasan utara Papua yang masuk wilayah adat Saireri.
Baca juga: Perahu Terbalik di Kepulauan Yapen, Dua Penumpang Meninggal
Aaron, yang juga orang pertama penerima vaksin Covid-19 di Papua, berangkat bersama tiga rekannya dari Dinas Kesehatan Papua dan tiga tenaga Balai Pelatihan Kesehatan Makassar dari Sulawesi Selatan. Mereka dan empat awak perahu motor meninggalkan Biak pukul 06.30 WIT. Perjalanan ke Yapen memakan waktu sekitar dua jam.
Menurut rencana, Aaron bersama tim akan melatih tenaga vaksinator untuk Kabupaten Kepulauan Yapen dan Kabupaten Waropen di Serui, ibu kota Yapen, selama tiga hari. Tim juga membawa 1.400 vial vaksin Covid-19, 1.400 jarum suntik, dan 1.400 botol alkohol.
Dalam perjalanan, perahu melewati Perairan Yapen dalam kondisi cuaca buruk. Ketinggian gelombang saat itu sekitar 2 meter. Tak ada satu pun yang berbicara di perahu saat itu. Semua penumpang dalam kondisi mual dan pusing karena perahu yang mereka tumpangi terus dihantam ombak sepanjang perjalanan.
Perairan Utara Papua merupakan salah satu lautan ganas yang telah menelan banyak korban. Teringat kembali pada 25 Februari 2019, perahu motor yang membawa 11 tenaga kesehatan tenggelam di Perairan Aisau, Distrik Raimbawi, Kepulauan Yapen. Seorang dokter dan tenaga mantri meninggal dalam peristiwa ini.
”Cuaca sangat buruk dan kami hanya berpasrah diri kepada Tuhan. Dalam momen itu, saya mengingat kembali peristiwa kedua rekan tenaga kesehatan yang meninggal saat bertugas di Distrik Raimbawi,” ungkap Aaron.
Kondisi cuaca saat itu kurang baik dan arus Sungai Siret sangat kuat. Puji Tuhan kami berhasil tiba di Atsj setelah melewati jalan pintas yang lebih aman.
Tepat pukul 08.30 WIT, Aaron bersama tim tiba dengan selamat di daerah Saubeba, Distrik Yapen Barat. Mereka pun melanjutkan perjalanan darat dengan mobil sekitar 2 jam melewati jalan di kawasan pegunungan ke Serui. Setelah melalui berbagai rintangan itu, perjuangan Aaron dan rekan-rekannya membuahkan hasil. Mereka menuntaskan pelatihan dan memberikan vaksinasi bagi para tenaga vaksinator untuk Kepulauan Yapen dan Waropen.
Kondisi yang dialami Aaron juga dirasakan tenaga kesehatan di Distrik Atsj, Kabupaten Asmat. Mereka membawa puluhan vial vaksin Covid-19 dan peralatan lainnya dengan melintasi Sungai Siret yang ganas. Sungai ini berombak keras karena ada pertemuan dengan lautan. Buaya pun berhabitat di sungai itu.
Kepala Puskesmas Atsj Ambrosius Oktan Muyan bersama tiga rekannya membawa vaksin dari Distrik Agats, ibu kota Asmat, pada 1 Februari 2021. ”Kondisi cuaca saat itu kurang baik dan arus Sungai Siret sangat kuat. Puji Tuhan kami berhasil tiba di Atsj setelah melewati jalan pintas yang lebih aman. Kini 42 tenaga kesehatan kami telah divaksin,” ujarnya.
Banyaknya tantangan tersebut menyebabkan cakupan vaksinasi di Papua masih rendah. Hingga Rabu (9/3/2021), vaksinasi tenaga kesehatan tahap pertama baru mencapai 63,50 persen dan tahap kedua baru mencapai 41,92 persen. Adapun target vaksinasi untuk tenaga kesehatan sebanyak 19.529 orang.
Sementara vaksinasi petugas pelayanan publik baru mencapai 2,55 persen dari target 289.919 orang. Adapun vaksinasi warga lansia baru 0,08 persen dari target sebanyak 252.800 orang. Persentase fasilitas kesehatan yang siap melaksanakan vaksinasi di Papua juga baru sebanyak 364 fasilitas dari total 624 fasilitas.
Baca juga: Percepatan Vaksinasi di Papua Terkendala Anggaran
Selain rintangan alam, penyebab rendahnya cakupan vaksinasi di Papua juga disebabkan belum adanya komitmen pemerintah daerah untuk menyiapkan anggaran operasional bagi vaksinator dan penyediaan fasilitas kesehatan yang memadai.
”Tidak mungkin vaksinator menggunakan biayanya sendiri untuk melaksanakan vaksinasi di daerah tugas yang begitu luas. Selain itu, banyak fasilitas kesehatan belum memiliki tempat penyimpanan vaksin yang memadai,” ucap Aaron.
Faktor keamanan juga menjadi salah satu tantangan terberat dalam pelaksanaan vaksinasi di sejumlah kabupaten di Papua, seperti Intan Jaya dan Nduga. Pasalnya, KKB juga tidak segan mengincar tenaga kesehatan yang sedang bertugas.
Pada 22 Mei 2020, sekelompok orang tak dikenal menyerang dua tenaga kesehatan yang sedang melaksanakan sosialisasi pencegahan Covid-19 di Distrik Wandai, Intan Jaya. Satu tenaga kesehatan bernama Heniko Somau meninggal dan rekannya, Alemalek Bagau, luka berat dalam insiden ini.
Akibat kondisi keamanan yang tidak memungkinkan, para tenaga kesehatan dari Intan Jaya pun harus mengikuti vaksinasi di Kabupaten Nabire. Sementara tenaga kesehatan dari Nduga mengikuti vaksinasi di Kabupaten Jayawijaya.
Tenaga kesehatan harus bekerja di tempat yang aman saat memberikan pelayanan bagi masyarakat.
Dinas Kesehatan Provinsi Papua pun mengeluarkan kebijakan tidak akan memaksa petugas apabila situasi keamanan tidak memungkinkan. Hal ini untuk mencegah peristiwa penyerangan dua tenaga kesehatan di Intan Jaya terulang.
”Kami tidak ingin insiden di Intan Jaya terulang kembali. Tenaga kesehatan harus bekerja di tempat yang aman saat memberikan pelayanan bagi masyarakat,” ujar Aaron.
Kepala Bidang Humas Polda Papua Komisaris Besar Ahmad Mustofa Kamal mengatakan, pihaknya menjamin pelaksanaan vaksinasi di Papua berjalan aman dengan pengawalan ketat oleh Satuan Brigade Mobil.
”Kami akan mengawal distribusi vaksin hingga pelaksanaan vaksinasi di 28 kabupaten dan 1 kota di Papua. Kami mengimbau warga tidak mudah terpengaruh berita bohong untuk menolak vaksin Covid-19,” ujarnya.
Ketua Harian Satgas Pengendalian, Pencegahan, dan Penanganan Covid-19 Provinsi Papua Welliam Manderi menegaskan, cakupan vaksinasi di Papua harus segera ditingkatkan. Karena itu, Pemprov Papua akan mengeluarkan surat edaran untuk memperingatkan pemda yang belum menyiapkan anggaran untuk pelaksanaan vaksinasi.
”Kami meminta pemda di 28 kabupaten dan 1 kota di Papua segera melaksanakan realokasi anggaran agar pelaksanaan vaksinasi hingga seluruh pelosok Papua tidak terkendala anggaran operasional,” kata Welliam.
Baca juga: ”Malaikat Pelindung” yang Belum Terlindungi di Papua