Perahu Terbalik di Kepulauan Yapen, Dua Penumpang Meninggal
Oleh
Fabio Costa
·3 menit baca
TIMIKA, KOMPAS — Sebuah perahu yang mengangkut 11 penumpang terbalik di Perairan Aisao, Distrik Raimbawi, Kabupaten Kepulauan Yapen, Papua, Senin (25/2/2019) pukul 14.00 WIT . Hingga saat ini, dua penumpang ditemukan meninggal dan sembilan penumpang lainnya selamat.
Perahu diduga terbalik karena dihantam ombak saat berlayar dari Aisau ke Windo. Kondisi cuaca di perairan itu dilaporkan buruk dan bergelombang setinggi 3,5 meter. Buruknya cuaca dipengaruhi oleh adanya siklon Wutip.
Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan Biak Numfor Melkianus Kotta saat dihubungi dari Timika, Selasa (26/2), mengatakan, warga setempat telah menemukan semua korban pada Senin malam. Saat ini, semua korban telah berada di Desa Aisau. Namun, dua di antaranya tak bisa diselamatkan.
Diketahui, korban meninggal itu adalah dr Lufti (Kepala Puskesmas Waindu) dan Riko (salah satu pegawai di puskesmas tersebut).
”Saat ini, tim kami berada di Serui, ibu kota Kepulauan Yapen, dan masih berkoordinasi dengan warga setempat terkait evakuasi korban. Perjalanan dari Serui ke Aisau melalui laut memakan waktu sekitar 4 jam,” kata Melkianus.
Saat ini, tim kami berada di Serui, ibu kota Kepulauan Yapen, dan masih berkoordinasi dengan warga setempat terkait evakuasi korban. Perjalanan dari Serui ke Aisau melalui laut memakan waktu sekitar 4 jam.
Menurut Melkianus, ia mendapat data dari Balai Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika bahwa kondisi cuaca buruk di wilayah perairan Papua bagian utara. Yapen juga termasuk dalam area tersebut.
Kepala Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Wilayah V Jayapura Petrus Demon Sili memaparkan, Perairan Utara Papua dilanda gelombang tinggi selama sepekan terakhir. Ketinggian gelombang mencapai 3,5 meter dan kecepatan angin hingga 60 kilometer per jam.
Pemicu buruknya cuaca adalah siklon Wutip. Siklon tropis ini melanda Papua bagian Utara. Perairan Papua bagian utara meliputi Biak Numfor, Kepulauan Yapen, Jayapura, dan Sarmi.
Petrus mengatakan, siklon tropis Wutip sangat berbahaya karena menimbulkan gelombang tinggi. Bagi nelayan tradisional dan pengelola jasa transportasi laut, seperti kapal yang berbadan kecil, gelombang tinggi sangat mengganggu pelayaran dan berbahaya. Kapal dan perahu kecil masih sering kali melintasi perairan Papua bagian utara selama satu pekan terakhir.
”Siklon tropis Wutip yang berasal dari Samudra Pasifik juga menyebabkan suhu permukaan air laut di wilayah Papua bagian utara menghangat sehingga mempercepat pertumbuhan awan hujan. Badai ini juga menyebabkan tingginya curah hujan di atas 50 milimeter per hari. Kami berharap warga bisa mementingkan keselamatannya dengan menghentikan aktivitas sementara di area perairan tersebut,” tutur Petrus.
Kepala Bidang Humas Polda Papua Komisaris Besar Ahmad Mustofa Kamal mengatakan, Satuan Polisi Perairan Polres Kepulauan Yapen telah menerjunkan satu kapal ke Aisau untuk mengevakuasi para korban ke Serui.
”Kami mengimbau warga yang berprofesi sebagai nelayan dan pengelola jasa pelayaran tradisional jangan beraktivitas di tengah kondisi cuaca di laut yang ekstrem saat ini,” ujarnya.