Bermula dari Arahan Presiden, Semarang Punya Wadah Ekonomi Kreatif
Semarang Creative Hub akan menjadi wadah berkumpulnya para pelaku ekonomi kreatif di Kota Semarang mulai dari desain, fotografi, animasi, kuliner, dan mode. Tempat ini juga terkoneksi dengan jejaring pariwisata.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Berawal dari perintah Presiden Joko Widodo, Kota Semarang kini memiliki Semarang Creative Hub di kawasan Kota Lama yang diresmikan pada Sabtu (13/3/2021). Selain menjadi wadah kreativitas, tempat itu juga diharapkan menjadi penghubung dengan destinasi wisata dan pusat ekonomi kreatif lain di Jawa Tengah.
Semarang Creative Hub bertempat di bangunan lama milik PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (Persero), yang beberapa tahun terakhir dijadikan Galeri Industri Kreatif Semarang. Tempat itu akan menjadi wadah berkumpulnya para pelaku ekonomi kreatif di Kota Semarang di berbagai subsektor, seperti desain, fotografi, animasi, kuliner, dan mode.
”Saya titip Semarang Creative Hub ini untuk diisi dan dijadikan tempat yang tak sekadar fisik (bangunan), tetapi betul-betul menghadirkan produk ekonomi kreatif berkelas dunia. Saya titip tiga hal, yakni inovasi, adaptasi, dan kolaborasi,” ujar Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno, Sabtu, seusai meresmikan Semarang Creative Hub.
Dalam kesempatan itu, Sandiaga juga menyaksikan peragaan busana di Gedung Oudetrap, kawasan Kota Lama, yang bersebelahan dengan Semarang Creative Hub. Pada acara itu ditampilkan sejumlah produk karya sejumlah desainer lokal.
Sandiaga berharap, Semarang Creative Hub menjadi simpul yang menghubungkan ekonomi kreatif dan pariwisata. ”Keduanya tak bisa berjalan sendiri-sendiri. Pariwisata akan sangat bergantung pada ekonomi kreatif. Sekarang, bukan hanya bertahan di tengah pandemi (Covid-19), tetapi juga menjadi pemenang,” lanjutnya.
Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Kemenparekraf Hari Santosa Sungkari menuturkan, Semarang Creative Hub merupakan arahan dari Presiden Joko Widodo yang berkunjung ke Kota Lama Semarang pada akhir 2019. Tempat itu juga akan menjadi penghubung Joglosemar (Jogja-Solo-Semarang), termasuk destinasi wisata superprioritas yakni Candi Borobudur di Kabupaten Magelang.
”Pesan dari Pak Presiden ialah agar Creative Hub ini harus ada roh kreatifnya. Ada kegiatan di dalamnya yang memunculkan kreasi-kreasi baru, serta memberi (dampak) ekonomi bagi rakyat setempat,” ujar Hari.
Wakil Gubernur Jateng Taj Yasin Maimoen menuturkan, Semarang Creative Hub menjadi bagian dari pengembangan pariwisata di Jateng, termasuk dengan kawasan Candi Borobudur. Terlebih, jika nanti telah tersambung Tol Bawen-Yogyakarta, yang akan membuat waktu tempuh Semarang-Borobudur hanya sekitar 30 menit hingga satu jam.
Semarang Creative Hub menjadi bagian dari pengembangan pariwisata di Jateng, termasuk dengan kawasan Candi Borobudur. (Taj Yasin)
Di samping itu, vaksinasi yang sudah berjalan diharapkan turut mempercepat kebangkitan pariwisata, sebagai salah satu sektor paling terdampak pandemi Covid-19. ”Pariwisata akan mulai bangkit dari awal lagi. Di dalam negeri, termasuk Jateng, memiliki banyak destinasi yang masih alami sehingga perlu dikunjungi,” kata Taj Yasin.
Terkait dampak pandemi, Sandiaga menuturkan, data-data terakhir Covid-19 menunjukkan semakin banyak zona hijau dan meningkatnya kepatuhan masyarakat akan protokol kesehatan. Hal ini menghadirkan optimisme bahwa pekan-pekan selanjutnya akan menjadi kebangkitan bagi sektor pariwisata.
”Namun, saya juga titip pesan agar masyarakat terus mematuhi protokol kesehatan sesuai anjuran pemerintah,” ujarnya.
Jangan sekadar peresmian
Salah seorang pelaku ekonomi kreatif asal Semarang, Ekki Arbayu Wibisono (23), berharap, Semarang Creative Hub benar-benar dapat dimanfaatkan dengan baik serta terbuka bagi siapa pun. Selain itu, tempat itu perlu diisi berbagai kegiatan kolaborasi dari berbagai subsektor sehingga tak sekadar peresmian bangunan yang kemudian tak ada kelanjutannya.
Terkait hal itu, ia berharap perizinan untuk mengikuti kegiatan, pameran, ataupun wahana kreativitas lainnya dapat dipermudah. ”Termasuk aksesnya. Dengan adanya wadah ini, kami harap bisa lebih mudah untuk mengisi formulir untuk mengikuti kegiatan dan lainnya. Jadi, kami tidak perlu harus mencari-cari lebih dulu,” kata pelaku custom painting itu.
Jemi Nikolas (29), pendiri usaha kerajinan berbahan limbah merek ”Saparo”, berharap, ada banyak eksperimen bersama yang nantinya dapat memperkuat identitas Kota Semarang. ”Saya terkadang heran juga, Semarang banyak orang-orang hebat dan kreatifnya, tetapi yang mengumpulkan belum ada. (Soal kreativitas) selama ini Semarang seperti dilewati saja,” ujarnya.
Gerakan untuk memanggungkan kreativitas diharapkan terus menggeliat. Perajin seni Kota Semarang asal Ambon, Maluku, itu juga berharap tidak ada lagi sekat-sekat antara satu skena dan yang lainnya.