Ancaman awan panas guguran Gunung Sinabung diwaspadai. Kubah lava masih terus bertumbuh dan masih terus terjadi guguran serta letusan. Selain awan panas, warga juga diminta mewaspadai bahaya lahar hujan dan paparan abu.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
KABANJAHE, KOMPAS — Ancaman awan panas guguran dari Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Sumatera Utara, meningkat. Kubah lava masih terus bertumbuh dan masih terus terjadi guguran serta letusan. Selain awan panas, warga juga diminta mewaspadai bahaya lahar hujan dan paparan abu.
”Kami meminta warga meningkatkan kewaspadaan dengan cara tidak masuk ke zona merah. Aktivitas vulkanis Sinabung masih sangat tinggi. Letusan dan guguran masih terus terjadi,” kata Pelaksana Tugas Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Karo Natanael Perangin-Angin, Jumat (12/3/2021).
Natanael mengatakan, Sinabung kembali meletus pada Jumat pukul 16.51 dengan ketinggian kolom abu 1.000 meter. Erupsi itu tidak menyebabkan hujan abu di permukiman atau ladang warga karena skalanya yang kecil.
Menurut Natanael, dampak letusan, guguran, dan awan panas guguran yang terus terjadi dalam beberapa hari belakangan ini adalah hujan abu. Kerugian paling besar adalah kerusakan 3.045,8 hektar ladang pertanian dengan kerugian hingga Rp 29,1 miliar. Kerusakan ladang terjadi akibat hujan abu dari awan panas guguran yang meluncur 5.000 meter dan erupsi dengan tinggi abu lebih dari 5.000 meter, Selasa (2/3/2021).
BPBD Kabupaten Karo kini berpatroli agar warga tidak masuk ke zona merah. Hingga kini, warga masih bercocok tanam di lahan-lahan zona merah, termasuk di zona paling berbahaya, yakni Desa Berastepu dan Gamber yang merupakan jalur awan panas.
Natanael mengingatkan, bahaya Sinabung bisa dihindari dengan tidak memasuki zona merah. Bahaya lain yang mengancam dari aktivitas Sinabung adalah lahar hujan. Lahar hujan mengancam khususnya ketika hujan deras turun. Jutaan kubik material vulkanis yang menumpuk di lereng gunung bisa meluncur menjadi lahar hujan.
Gempa guguran yang terjadi hingga 50 kali dalam sehari yang menandakan tidak stabilnya kubah lava dan bisa meluncur menjadi awan panas guguran sewaktu-waktu. (Armen Putra)
Bahaya lahar hujan bisa dihindari dengan menjauhi sungai-sungai yang berhulu di Sinabung, khususnya saat hujan turun. Pada Jumat sore, lahar hujan meluncur di sungai, tetapi tidak sampai meluap.
Pengamat di Pos Pengamatan Gunung Api Sinabung, Armen Putra, mengatakan, aktivitas Sinabung hingga kini masih sangat tinggi. Hal itu, antara lain, ditunjukkan gempa guguran yang terjadi hingga 50 kali dalam sehari yang menandakan tidak stabilnya kubah lava dan bisa meluncur menjadi awan panas guguran sewaktu-waktu.
Selain itu, gempa lain yang mendominasi adalah jenis hibrid yang menandakan pertumbuhan kubah lava yang masih terus terjadi dan gempa frekuensi rendah yang menunjukkan masih adanya suplai energi dan fluida dari dapur magma ke kawah.
”Guguran lava juga masih terus terjadi hampir setiap hari yang meluncur hingga 500 meter dari kawah,” katanya.
Armen juga meminta agar warga mengantisipasi jika terjadi paparan abu. Warga diminta tetap memakai masker dan mengamankan sarana air bersih.
Kepala Dinas Pertanian Karo Matehsa Karo-Karo mengatakan, pihaknya terus menyosialisasikan kepada warga di lingkar Sinabung agar menanam tanaman yang lebih tahan pada dampak abu Sinabung, seperti kopi dan tanaman perkebunan lainnya. Adapun tanaman hortikultura yang lebih tahan pada paparan abu adalah bawang.
Matehsa mengatakan, tanaman hortikultura umumnya langsung rusak parah jika terpapar abu, seperti cabai, tomat, timun, kol, dan sayuran lainnya.