Sinabung Meletus Lagi, Warga Diminta Pakai Masker dan Amankan Air Bersih
Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Sumatera Utara, meletus lagi sebanyak dua kali, Rabu (10/3/2021). Warga diminta mewaspadai dampak paparan abu dengan mengenakan masker dan mengamankan sarana air bersih.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
KABANJAHE, KOMPAS — Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Sumatera Utara, meletus lagi sebanyak dua kali, Rabu (10/3/2021). Warga diminta mewaspadai dampak paparan abu dengan mengenakan masker dan mengamankan sarana air bersih.
”Sinabung kembali meletus dengan tinggi kolom abu 500 meter pada pukul 11.00 dan 700 meter pukul 11.48. Kami meminta warga tetap mematuhi larangan masuk ke zona merah,” kata pengamat di Pos Pengamatan Gunung Api Sinabung, Armen Putra.
Dua letusan itu pun berpotensi menyebabkan hujan abu vulkanis. Angin berembus ke arah barat daya dan barat sehingga abu berpotensi memapar wilayah Kecamatan Payung, Tiganderket, Kuta Buluh, dan Tigabinanga.
Armen mengatakan, aktivitas Sinabung masih cukup tinggi setelah letusan besar yang mengeluarkan awan panas guguran 13 kali secara beruntun, yang meluncur sejauh 2.000 meter hingga 5.000 meter, Selasa (2/3). Awan panas juga disertai erupsi dengan tinggi kolom abu hingga 5.000 meter.
Setelah letusan beruntun, erupsi dan guguran masih terus terjadi hingga saat ini, tetapi dengan skala yang lebih kecil. Erupsi terjadi dengan tinggi kolom abu 500 meter hingga 1.000 meter. Adapun guguran meluncur 500 hingga 1.500 meter.
”Asap kawah putih tebal pun masih teramati pada ketinggian 200 meter hingga 1.000 meter. Ini menandakan masih ada tekanan kuat di kawah gunung,” kata Armen.
Masih terjadi proses pembentukan kubah lava dan gempa frekuensi rendah sebagai indikasi masih adanya suplai energi dan fluida dari dapur magma ke puncak gunung.
Armen menyebut, aktivitas kegempaan Sinabung juga masih sangat tinggi. Gempa didominasi jenis guguran yang terjadi sekitar 50 kali per hari. Gempa ini menandakan tidak stabilnya kubah lava di kawah. Runtuhnya kubah lava menyebabkan guguran atau awan panas guguran.
Sementara gempa hibrida juga masih masih cukup tinggi. Hal itu menunjukkan masih terjadi proses pembentukan kubah lava dan gempa frekuensi rendah sebagai indikasi masih adanya suplai energi dan fluida dari dapur magma ke puncak gunung.
”Aktivitas Sinabung memang masih sangat tinggi dan bisa meletus dengan skala besar sewaktu-waktu. Namun, bahaya letusan bisa dihindari dengan tidak masuk ke zona merah,” katanya.
Pelaksana Tugas Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Karo Natanael Perangin-Angin mengatakan, dua letusan yang terjadi pada Rabu ini tidak berdampak pada aktivitas warga. ”Meski demikian, kami tetap meminta warga waspada dan jangan masuk ke zona merah,” kata Natanael.
Natanael mengatakan, saat ini mereka berfokus melakukan patroli dan sosialisasi kepada warga agar tidak memasuki zona merah Sinabung yang saat ini berstatus Level III atau Siaga. Pihaknya juga meminta warga di wilayah yang terpapar abu agar selalu memakai masker. Warga juga diminta mengamankan sarana air bersih agar tidak terpapar abu.
Mustaria Perangin-Angin (56), petani di Tiganderket, berharap abu vulkanis hasil letusan Sinabung tidak merusak tanaman. Pada letusan besar pekan lalu, ladang timun dan cabai merah miliknya yang sudah siap panen rusak total dengan kerugian hingga Rp 20 juta.
Dinas Pertanian Karo mencatat, letusan beruntun pada pekan lalu menyebabkan 3.045,8 hektar lahan pertanian di empat kecamatan rusak dengan kerugian petani mencapai Rp 29,17 miliar.