Pemerintah Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, menyiapkan gelanggang olahraga di setiap desa sebagai tempat vaksinasi Covid-19 secara massal. Sekitar 20 warga setiap desa akan menjalani vaksinasi per hari selama enam bulan.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·3 menit baca
CIREBON, KOMPAS — Pemerintah Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, menyiapkan gelanggang olahraga di setiap desa sebagai tempat vaksinasi Covid-19 secara massal. Meski demikian, pasokan vaksin dari pemerintah pusat belum memenuhi kebutuhan vaksinasi.
Dalam rapat koordinasi terkait penanganan Covid-19 di Pendopo Bupati Cirebon, Selasa (9/3/2021), Sekretaris Daerah Kabupaten Cirebon Rahmat Sutrisno meminta para camat menyiapkan gelanggang olahraga (GOR) sebagai tempat vaksinasi massal. ”Ini mempercepat vaksinasi. Kita berkejaran dengan waktu kedaluwarsa vaksin, yakni enam bulan,” katanya.
Pihaknya juga menargetkan vaksinasi tahap kedua kepada pelayan publik, seperti aparatur sipil negara, pegawai bank, pelaku usaha, dan guru, tuntas pada Juni 2021. Sebab, Pemkab Cirebon berencana membuka kembali pembelajaran tatap muka pada Juli.
Kepala Seksi Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Sartono mengatakan, pihaknya masih mendata jumlah GOR di 412 desa dan 12 kelurahan di 40 kecamatan. Selain bersih, gedung tempat vaksinasi massal juga harus aman dan memiliki sirkulasi udara yang bagus.
Menurut dia, vaksinasi massal di GOR memudahkan warga setempat divaksin sekaligus mempercepat cakupan imunisasi. Calon penerima vaksin tidak lagi harus ke pusat kota. Perlengkapan vaksinasi juga disiapkan di tiga wilayah, yaitu bagian utara, timur, dan barat Cirebon.
Dengan sasaran vaksin 1,5 juta jiwa, rata-rata 3.537 warga di setiap desa/kelurahan harus divaksin. Dalam enam bulan, terdapat 590 warga setiap desa/kelurahan yang divaksin setiap bulan. Artinya, ada 20 warga di desa/kelurahan yang perlu disuntik vaksin setiap hari.
”Dengan jumlah sasaran tersebut, kami bisa vaksinasi massal. Petugas juga sudah siap,” ucapnya. Pihaknya telah menambah jumlah vaksinator hingga dua kali lipat dari 75 orang menjadi 150 orang. Jumlah tenaga kesehatan yang disiapkan untuk membantu vaksinasi juga meningkat dari 1.174 orang menjadi sekitar 2.000 orang.
Meski demikian, lanjutnya, pasokan vaksin dari pemerintah pusat belum memadai. Cirebon baru menerima 18.804 vial atau menyasar 94.020 orang dengan dua dosis suntikan. Satu vial vaksin mengandung hingga 10 dosis suntikan. Pemkab kembali menerima tambahan 2.978 vial vaksin awal pekan ini.
Namun, kebutuhan vaksin untuk vaksinasi tahap kedua mencapai 49.217 vial atau menyasar 246.086 orang. Sebanyak 216.213 orang di antaranya merupakan warga lanjut usia (lansia). Dengan begitu, total kekurangan vaksin di Cirebon mencapai 27.435 vial vaksin.
Akibat kekurangan vaksin tersebut, warga lansia belum bisa menikmati vaksinasi. Padahal, Kementerian Kesehatan menetapkan warga yang berumur 60 tahun ke atas dalam kelompok prioritas penerima vaksin. Badan Pengawas Obat dan Makanan juga telah menerbitkan izin penggunaan darurat CoronaVac bagi warga lansia.
Antibodi akan terbentuk setelah satu bulan vaksin kedua. Belum ada jaminan kita tidak tertular Covid-19
Sartono mengatakan, selain vaksinasi, pihaknya juga terus berupaya melakukan 3T, yakni tes, pelacakan, dan perawatan (isolasi). ”Tetapi, sekarang tidak ada lagi tes swab massal kepada komunitas seperti guru. Kami hanya mengetes yang kontak erat saja. Untuk alat tes PCR lebih dari cukup,” katanya.
Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Swadaya Gunung Jati, Cirebon, Catur Setiya Sulistiyana mengingatkan pemerintah daerah agar tidak bergantung sepenuhnya pada vaksin untuk pengendalian Covid-19. Pemda perlu memperketat 3T.
”Protokol kesehatan juga harus diperhatikan. Antibodi akan terbentuk setelah satu bulan vaksin kedua. Belum ada jaminan kita tidak tertular Covid-19,” ucapnya.