Batam Dibangun Jadi Markas Usaha Rintisan Indonesia
Citramas Group dan Sinar Mas Land bekerja sama membangun pusat ekonomi digital Nongsa D-Town di Batam, Kepulauan Riau. Pembangunan itu dirancang untuk menjadikan Batam sebagai markas usaha rintisan di Indonesia.
Oleh
PANDU WIYOGA
·4 menit baca
BATAM, KOMPAS — Citramas Group dan Sinar Mas Land bekerja sama membangun pusat ekonomi digital Nongsa D-Town di Batam, Kepulauan Riau. Nongsa D-Town, yang pembangunannya akan rampung pada 2023, ditargetkan mampu menyerap sekitar 8.000 tenaga kerja digital. Pembangunan kawasan itu dirancang untuk menjadikan Batam sebagai markas usaha rintisan di Indonesia.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Selasa (2/3/2021), mengatakan, pandemi Covid-19 telah mendorong percepatan transformasi digital di segala sektor. Berangkat dari hal itu, Nongsa D-Town di Batam dibangun menjadi jembatan digital yang berperan penting menghubungkan Singapura dengan pusat-pusat pertumbuhan lain di Indonesia.
”Nongsa D-Town adalah perwujudan nyata kerja sama antara sektor pemerintah dan sektor swasta di Indonesia dan Singapura. Saya berharap pembangunan kawasan ini akan berdampak signifikan terhadap pertumbuhan industri digital sekaligus mendukung kerja sama bilateral Indonesia dan Singapura,” kata Airlangga saat meresmikan pembangunan Nongsa D-Town secara daring.
Nongsa D-Town adalah pengembangan dari Nongsa Digital Park yang sebelumnya diresmikan oleh Menteri Luar Negeri RI dan Menteri Luar Negeri Singapura pada 2018. Nongsa D-Park adalah rumah bagi 1.000 pekerja digital dari 100 perusahaan multinasional. Dengan proyek Nongsa D-Town, kini luas Nongsa D-Park bertambah 5.000 meter persegi menjadi total 62 hektar.
Menteri Perdagangan dan Perindustrian Singapura Chan Chun Sing mengatakan, dengan adanya Nongsa D-Town, talenta digital muda Indonesia akan lebih mudah mengakses kesempatan bekerja di perusahaan-perusahan teknologi yang berpusat di Negeri Singa. Sebaliknya, bagi perusahan teknologi di Singapura, Nongsa D-Town akan memudahkan mereka untuk mendapat talenta unggul dari komunitas digital di Indonesia.
Tren (perilaku) global saat pandemi yang mengarah ke platform daring membuka banyak kesempatan bagi perusahaan yang bergerak di bidang teknologi. Nongsa D-Town membidik kesempatan tersebut. Secara lebih luas, selama Indonesia dan Singapura tetap bekerja sama, ekonomi kedua negara akan tumbuh lebih kuat setelah pandemi ini usai,” ujar Sing.
Kerja sama RI dan Singapura di Batam sudah terjalin sejak 1973 pada masa pemerintahan Presiden RI Soeharto dan Perdana Menteri Singapura Lee Kuan Yew. Duta Besar RI untuk Singapura Suryopratomo mengatakan, pembangunan Nongsa D-Park adalah upaya kedua negara merealisasikan mimpi lama yang kemudian disesuaikan dengan kebutuhan zaman, yakni teknologi digital.
Secara lebih luas, selama Indonesia dan Singapura tetap bekerja sama, ekonomi kedua negara akan tumbuh lebih kuat setelah pandemi ini usai.
Tahun lalu, perusahaan rintisan di Nongsa D-Park, di antaranya Infinite Studio dan Apple Developer Academy, telah menyelenggarakan empat kali pelatihan produksi film animasi kepada lebih kurang 1.600 anak muda dari Indonesia. Suryo berharap kegiatan edukatif seperti itu bisa diperbanyak seiring dengan berkembangnya Nongsa D-Park menjadi Nongsa D-Town.
Senior Director Nongsa D-Park Marco Bardelli menyatakan berkomitmen memperbanyak fasilitas dan kegiatan edukatif untuk membantu meningkatkan kompetensi digital anak-anak muda. Menurut rencana, ke depan juga akan dibangun lembaga pelatihan kerja di dalam kawasan Nongsa D-Town untuk mendidik calon pekerja yang akan ditempatkan di perusahaan teknologi multinasional.
Marco menjelaskan, pembangunan Nongsa D-Town ditargetkan rampung pada 2023. Namun, sejumlah pengembangan akan terus dilakukan hingga 10 tahun ke depan. Setelah rampung, kawasan itu diperkirakan bisa menyerap 8.000 pekerja digital. Dari jumlah itu, kata Marco, sebagian besar kuota akan diprioritaskan untuk warga negara Indonesia.
”Meski demikian, berkaca pada ekosistem digital yang lebih besar, seperti Silicon Valley, keberagaman adalah kunci kreativitas dan pengembangan. Oleh karena itu, meskipun sebagian besar pekerja berasal dari Indonesia, tetap tidak menutup kemungkinan beberapa perusahaan akan membutuhkan tenaga kerja asing,” kata Marco.
Ia memprediksi, ke depan Nongsa D-Town akan menarik minat banyak usaha rintisan dunia yang melirik pasar Asia Tenggara. Lokasi Nongsa D-Town di Batam strategis karena dekat dengan Singapura, tempat banyak perusahaan teknologi dunia bermarkas. Namun, dibandingkan dengan Singapura, biaya yang harus dikeluarkan untuk berinvestasi di Batam jauh lebih murah.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance Bhima Yudhistira menilai, pemilihan Batam menjadi jembatan ekonomi digital cukup beralasan. Pulau yang berjarak 40 menit perjalanan laut dari Singapura itu sudah memiliki infrastruktur dasar, yaitu aliran listrik, air, dan jalan yang memadai. Ditambah lagi kini sudah ada beberapa data center milik pemerintah dan swasta di Batam.
Meski demikian, kata Bhima, pemerintah masih perlu menambah lembaga pendidikan untuk menyediakan sumber daya manusia yang berkualitas. Di samping itu, pemerintah juga perlu memberi insentif khusus bagi usaha rintisan yang berinvetasi di Batam. Insentif itu bisa berupa kemudahan pengurusan paten dan hak kekayaan intelektual agar prosesnya lebih murah dan cepat.
Chief of Digital Tech Ecosystem and Development Sinar Mas Land Irawan Harahap mengatakan, saat ini beberapa usaha rintisan yang bermarkas di Bumi Serpong Damai (BSD) City, Tangerang Selatan, Banten, telah menyatakan minat untuk ekspansi ke Batam. ”Diharapkan pada semester II-2021 sudah ada beberapa yang bisa dilihat perkembangannya di Nongsa,” ucapnya.