Keberadaan Munculnya Burung Pelanduk Kalimantan Segera Ditelusuri
Burung pelanduk kalimantan yang telah dianggap punah sejak 170 tahun lalu dikabarkan muncul lagi di kawasan hutan Kalimantan. Burung itu diketahui muncul kembali di Kalimantan Selatan.
Oleh
JUMARTO YULIANUS
·2 menit baca
BANJARMASIN, KOMPAS — Balai Konservasi Sumber Daya Alam atau BKSDA Kalimantan Selatan segera menelusuri keberadaan burung pelanduk kalimantan. Burung yang telah dianggap punah sejak 170 tahun lalu itu dikabarkan muncul lagi di kawasan hutan Kalimantan.
Sebagaimana dilansir Theguardian.com, Kamis (25/2/2021), burung pelanduk kalimantan yang dikenal sebagai pengicau alis hitam atau black-browed babbler (Malacocincla perspicillata) ditemukan kembali di hutan hujan Kalimantan.
Burung tersebut ditemukan secara kebetulan oleh dua pria lokal bernama Muhammad Suranto dan Muhammad Rizky Fauzan di Kalimantan Selatan pada Oktober 2020. Mereka berhasil menangkap burung yang tidak dikenal itu, memotretnya, lalu melepaskannya kembali. Penemuan itu kemudian dilaporkan ke kelompok pengamat burung.
Data terkait burung pelanduk kalimantan pertama kali dikumpulkan oleh ahli geologi dan naturalis Jerman, Carl ALM Schwaner, saat melakukan ekspedisi ke Hindia Timur pada 1840-an.
Kepala BKSDA Kalsel Mahrus Aryadi mengatakan, penemuan burung pelanduk kalimantan itu disinyalir terjadi di Kalsel. Namun, pihaknya juga belum mengetahui secara detail terkait penemuan burung langka tersebut.
”Sebagai langkah selanjutnya, sangat dimungkinkan untuk melakukan survei guna mengetahui lokasi, populasi, maupun habitat, serta status keterancaman burung tersebut,” kata Mahrus saat dihubungi dari Banjarmasin, Senin (1/3/2021).
Menurut Mahrus, penemuan burung yang sampai ratusan tahun tidak ada informasi yang jelas dan lengkap itu patut diapresiasi. Penemunya dan beberapa kelompok pengamat burung juga telah berupaya untuk mengidentifikasinya.
”Kami mengapresiasi semua pihak yang telah mengidentifikasi, membuat perbandingan dengan spesimen jenis yang ada di Belanda, serta melakukan konsultasi dengan pengamat burung nasional maupun internasional,” ujarnya.
Data terkait burung pelanduk kalimantan pertama kali dikumpulkan oleh ahli geologi dan naturalis Jerman, Carl ALM Schwaner, saat melakukan ekspedisi ke Hindia Timur pada 1840-an. Ahli burung Perancis, Charles Lucien Bonaparte, kemudian mendeskripsikan burung tersebut pada 1850.
Namun, sejak 1850 sampai saat ini, tidak ada informasi yang jelas dan lengkap terkait burung pelanduk kalimantan. Bahkan, ada yang menyebutkan habitat burung tersebut berada di Jawa. Akan tetapi, ahli ornitologi Swiss, Johann Büttikofer, pada 1895 mengidentifikasi habitat burung tersebut berada di Kalimantan (Kompas.id, 27/2/2021).
Andreas Buje (59), warga Desa Warukin, Kabupaten Tabalong, Kalsel, mengaku belum pernah mendengar informasi maupun cerita tentang burung pelanduk kalimantan. Mitos soal burung tersebut juga tidak ada dalam masyarakat Dayak setempat.
”Dalam masyarakat Dayak, khususnya Dayak Maanyan, tidak ada mitos ataupun cerita mengenai burung tersebut. Tetapi entahlah kalau dalam masyarakat Dayak yang lain,” kata pelestari seni tradisi tarian Dayak itu.