Banjir di Kabupaten Jayapura terus meluas karena sungai meluap. Hal ini dipicu tingginya curah hujan tinggi yang melanda daerah tersebut selama beberapa pekan terakhir.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·3 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Curah hujan tinggi selama beberapa pekan terakhir menyebabkan sejumlah sungai di Kabupaten Jayapura meluap. Akibatnya, bencana banjir di daerah ini terus meluas hingga menggenangi tiga area permukiman warga.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Jayapura Cory Simbolon, saat dihubungi pada Sabtu (27/2/2021), mengatakan, tiga lokasi permukiman warga di Kabupaten Jayapura yang tergenang air meliputi Kampung Maribu, Kampung Aurina, dan Kompleks Gajah Mada di Kampung Yahim.
Adapun ketinggian air 70 sentimeter hingga 1,5 meter. Warga yang terdampak banjir di Maribu sekitar 40 keluarga, Yahim 100 keluarga, dan Aurina 70 keluarga. ”Banjir terjadi karena air sungai meluap ketika hujan deras selama berjam-jam. Warga meminta normalisasi sungai. Kami akan berkoordinasi dengan instansi terkait untuk penanganan masalah ini,” kata Cory.
Pekan lalu, banjir juga terjadi di Kampung Aurina, Distrik Airu, karena meluapnya Sungai Nawa. Ketinggian banjir di Distrik Airu berkisar 60-70 sentimeter. Warga yang terdampak sebanyak 70 keluarga dengan 244 jiwa.
Cory menuturkan, Pemkab Jayapura telah menetapkan status siaga darurat bencana. Tujuannya, untuk meningkatkan mitigasi bencana banjir dan longsor di tengah cuaca ekstrem. ”Curah hujan tinggi akan melanda Jayapura hingga akhir Maret. Karena itu, kami telah menyiapkan 150 tenaga sukarelawan BPBD untuk membantu evakuasi warga ke tempat yang aman saat terjadi banjir dan longsor,” tuturnya.
Banjir terjadi karena air sungai meluap ketika hujan deras selama berjam-jam. Masyarakat meminta adanya normalisasi sungai.
Berdasarkan data BPBD Jayapura, terdapat 12 sungai yang rawan meluap karena kiriman air dari Cagar Alam Cycloop ketika terjadi hujan deras. Sebelumnya, pada 16 Maret 2019, terjadi musibah banjir bandang di wilayah Sentani, ibu kota Jayapura, dan sekitarnya karena meluapnya sejumlah sungai setelah hujan deras selama beberapa jam.
Total kerugian akibat banjir bandang itu mencapai Rp 506 miliar. Jumlah korban meninggal sebanyak 105 orang. Banjir juga mengakibatkan kerusakan pada 7 jembatan, jalan sepanjang 21 kilometer, 21 sekolah, 115 rumah toko, dan 5 tempat ibadah. Selain itu, 291 rumah rusak berat, 209 rumah rusak sedang, dan 1.288 rumah rusak ringan.
Kepala Satuan Polisi Pamong Praja dan BPBD Provinsi Papua Welliam Manderi telah berkomunikasi dengan BPBD Jayapura untuk mendata jumlah warga yang terdampak banjir. ”Kami perlu mendata jumlah korban banjir di Kabupaten Jayapura. Tujuannya, agar pemberian bantuan sesuai kebutuhan masyarakat dan tepat sasaran,” ucapnya.
Kepala Sub-Bidang Pelayanan Jasa Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Wilayah V Jayapura Ezri Ronsumbre memaparkan, wilayah Zona Musim (ZOM) 341 yang meliputi Kota Jayapura, Kabupaten Jayapura bagian timur laut, dan Kabupaten Keerom bagian utara berada pada periode puncak musim hujan pada Februari dan Maret 2021. Fenomena alam itu ditandai meningkatkan kejadian hujan, intensitas, dan durasi waktu terjadinya hujan.
Diperkirakan dari 24 Februari hingga 2 Maret 2021, kondisi cuaca di Kota Jayapura, Kabupaten Jayapura, dan Kabupaten Keerom umumnya berawan hingga hujan ringan pada siang hari. Namun, terdapat potensi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat disertai badai guntur dan angin kencang yang terjadi pada malam dan dini hari.
”Fenomena ini disebabkan menguatnya angin monsun barat dan suhu muka laut di perairan utara Papua yang cukup hangat. Hal ini mengakibatkan kondisi atmosfer sangat labil dan peluang pembentukan awan hujan semakin besar sehingga memicu banyaknya kejadian hujan lebat,” papar Ezri.