Warga di wilayah bagian utara Papua diharapkan mewaspadai bencana hidrometeorologi. Peristiwa yang pernah terjadi sebelumnya harus menjadi pelajaran untuk menata mitigasi lebih baik.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·3 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Bencana hidrometeorologi rawan terjadi di wilayah utara Papua yang didominasi kawasan pesisir dan pegunungan tengah. Rentetan peristiwa yang pernah terjadi di sana harus menjadi pelajaran dalam mengelola mitigasi yang lebih baik.
Berdasarkan data Kepala Satuan Polisi Pamong Praja dan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Papua, kawasan pegunungan tengah ada di Kabupaten Tolikara, Jayawijaya, Nduga, Lanny Jaya, Puncak, dan Kabupaten Puncak Jaya. Sementara daerah pesisir adalah Kota Jayapura, Kabupaten Jayapura, Keerom, dan Kabupaten Sarmi.
”Badan Nasional Penanggulangan Bencana telah menginstruksikan agar setiap daerah meningkatkan upaya mitigasi bencana. Salah satu caranya meningkatkan kualitas program Kampung Tangguh Bencana,” ujar Kepala Satuan Polisi Pamong Praja dan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Papua Welliam Manderi, Selasa (17/11/2020).
Ia mengatakan, warga di perbukitan dan dekat bantaran sungai harus mulai meningkatkan kewaspadaan. Alasannya, mereka sangat rawan terdampak bencana tahun ini yang dipicu cuaca ekstrem dan fenomena La Nina.
”Kami berharap warga yang bermukim di lokasi rawan banjir dan longsor tidak lengah, terutama saat terjadi hujan deras selama beberapa jam,” ujar Welliam.
Bencana alam banjir bandang dan longsor rentan terjadi di Papua. Salah satu peristiwa besar terjadi pada 16 Maret 2019. Saat itu, banjir bandang melanda Kabupaten Jayapura dan longsor terjadi di Kota Jayapura.
Korban meninggal dunia akibat kejadian itu mencapai 105 orang di Kabupaten Jayapura dan 7 orang di Kota Jayapura. Total kerugian di Kabupaten Jayapura mencapai Rp 506 miliar.
Banjir bandang juga merusak 7 jembatan, jalan sepanjang 21 kilometer, 21 sekolah, 115 rumah toko, dan 5 tempat ibadah. Selain itu, 291 rumah rusak berat, 209 rusak sedang, dan 1.288 rusak ringan.
Kepala Bidang Humas Polda Papua Komisaris Besar Ahmad Mustofa Kamal mengatakan, personel polisi sudah menjalin koordinasi dengan petugas BPBD dan SAR untuk mengantisipasi dampak bencana alam. ”Total lebih dari 10.000 personel gabungan yang disiapkan,” ujarnya.
Kepala Subbidang Pelayanan Jasa Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Wilayah V Jayapura Ezri Ronsumbre memaparkan, terlihat zona musim 339 dan zona musim 341 yang telah memasuki periode musim hujan sejak pertengahan Oktober.
Zona musim 339 meliputi Kabupaten Jayapura, Sarmi bagian selatan dan tenggara, Tolikara bagian utara dan timur laut, Waropen bagian tenggara, serta Kabupaten Jayawijaya bagian timur laut. Sementara zona musim 341 meliputi Kota Jayapura, Kabupaten Keerom bagian utara, dan Kabupaten Jayapura bagian timur laut.
Dalam kondisi ini berpotensi terjadi hujan lebat meningkat dan berdampak pada potensi kejadian bencana hidrometeorologi, seperti banjir, longsor, pohon tumbang, dan banjir bandang.
”Kami mengimbau warga waspada banjir, pohon tumbang, dan longsor. Caranya, memperhatikan kondisi lingkungan tempat tinggal, seperti saluran air, pohon-pohon tinggi, juga untuk masyarakat yang tinggal di sekitar wilayah bantaran sungai, kaki gunung, atau perbukitan,” tutur Ezri.