RI Berperan Penting Memeratakan Sebaran Vaksin Dunia
Persebaran vaksin Covid-19 negara-negara di dunia belum merata. Bahkan, 130 negara masih belum melaksanakan vaksinasi. Kerja sama berbagai pihak di dunia dibutuhkan agar pandemi bisa terkendali.
Oleh
MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Kolaborasi negara-negara di dunia dibutuhkan untuk berperang melawan pandemi Covid-19. Dengan mengedepankan semangat multilateralisme, Indonesia memiliki peran penting memastikan pemerataan distribusi vaksin ke seluruh dunia.
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dalam konferensi video pada seminar bertema ”Tackling the Covid-19 Pandemic: Health, Economic, Diplomacy and Social Perspectives”, Rabu (24/2/2021), menuturkan, persebaran vaksin di seluruh dunia belum merata. Bahkan, 130 negara di dunia belum melaksanakan vaksinasi. Retno mencontohkan, baru enam negara di benua Afrika yang melaksanakan vaksinasi. Padahal, ada 54 negara di benua itu.
Ketimpangan vaksin terjadi karena masih ada negara yang membatasi ekspor demi kepentingan negaranya. Padahal, tutur Retno, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan, setidaknya 70 persen dari total populasi global harus memiliki kekebalan. Vaksin yang belum tersebar ini berpotensi menghambat upaya penyelesaian pandemi.
”Semakin lama kita bergerak, semakin banyak yang akan terdampak sehingga kerugian yang ditimbulkan terus meningkat. Politisasi vaksin dan berkurangnya kepercayaan kepada kerjasama multilateral mempersulit upaya global dalam menghadapi Covid-19,” ujar Retno dalam seminar yang diadakan Ikatan Alumni Universitas Padjadjaran tersebut.
Chief of Health and HIV UNICEF Regional Office for East Asia and Pasific Kunihiko Chris Hirabayashi memaparkan, Indonesia masuk ke dalam kelompok negara yang diprediksi baru bisa menyelesaikan vaksinasi secara meluas pada awal tahun 2023. Kelompok ini masuk bersama sebagian besar negara berkembang di kawasan Asia dan Afrika.
Oleh karena itu, Indonesia dan sejumlah negara harus mengejar ketertinggalan dengan bekerja sama dengan beberapa produsen vaksin tingkat dunia. Upaya ini tidak bisa dilakukan sendiri-sendiri. Pelaksanaannya harus bergantung pada hubungan luar negeri setiap negara.
Hirabayashi mencontohkan, Indonesia membuka kerja sama dengan enam produsen vaksin untuk memenuhi kebutuhan 350 juta vaksin, seperti Sinovac (China) hingga Pfizer-BioNTech (Jerman). Hal ini berbeda dengan Vietnam yang bekerja sama dengan Sputnik V (Russia) dan AstraZeneca (Inggris).
Indonesia dan berbagai negara lainnya harus mengejar ketertinggalan dengan bekerja sama ke beberapa produsen vaksin tingkat dunia.
”Penyediaan vaksin terkait diplomasi regional negara masing-masing. Namun, negara-negara ini tidak bisa mencegah penularan lebih luas apabila tidak mendapatkan suplai vaksin. Di sini, perhatian dunia menjadi dibutuhkan,” ujarnya.
Oleh karena itu, kerja sama multilateral diharapkan menjadi kunci untuk menyelamatkan dunia dari pandemi. Hibayashi berharap, setiap pemimpin negara dan berbagai sektor bisnis, termasuk di Indonesia, bisa meningkatkan kerja sama dan advokasi distribusi vaksin yang merata.
Chief Multisectoral for Health Security WHO Ludy Suryantoro menyatakan, kontribusi Indonesia dalam berbagai organisasi Internasional diperlukan untuk memastikan vaksin merata untuk semua. Bahkan, kontribusi ini terlihat saat Menteri Retno menjadi unsur pimpinan pada Covid-19 Vaccines Global Access (COVAX) AMC Engagement Group yang beranggotakan 184 negara.
Program yang dicanangkan oleh WHO dan Vaccine Alliance (GAVI) ini bertujuan memperatakan persebaran vaksin global dengan menutupi kekurangan suplai vaksin dari negara-negara anggota. Kerja sama di bidang teknologi juga dilakukan untuk menemukan vaksin yang dibutuhkan seluruh dunia.
Tidak hanya itu, Indonesia juga masuk ke dalam kelompok negara dengan perekonomian besar (G-20) hingga jadi anggota Dewan Keamanan PBB. Selain itu, Indonesia memiliki kapasitas dalam industri vaksinasi di kawasan melalui PT Bio Farma.
”Indonesia dipercaya komunitas global menangani pandemi. Komitmen dalam partisipasi kolektif dengan negara-negara lain ini dibutuhkan untuk memastikan persebaran vaksin yang merata bagi semua. Bahkan, Indonesia bisa menjadi hub untuk produksi vaksin berlabel halal,” ujarnya.