Warga Intan Jaya Terancam Kelaparan akibat Terdampak Konflik
Gangguan keamanan di Kabupaten Intan Jaya berdampak besar bagi kehidupan masyarakat setempat. Masyarakat terancam kelaparan karena tidak bisa bertani akibat teror kelompok kriminal bersenjata.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·3 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Warga di sejumlah distrik atau kecamatan di Kabupaten Intan Jaya, Papua, terancam kelaparan. Hal ini disebabkan warga yang mayoritas petani merasa ketakutan untuk berkebun akibat teror kelompok kriminal bersenjata.
Hal ini disampaikan Wakil Bupati Intan Jaya Yan Kobogayau seusai pertemuan dengan Wakil Gubernur Papua Klemen Tinal di Jayapura, Selasa (23/2/2021). Yan mengatakan, warga terancam kelaparan karena tidak lagi beraktivitas di kebun selama beberapa pekan terakhir. Ini menyusul sejumlah serangan kelompok kriminal bersenjata (KKB) sejak awal tahun ini.
Sejak Januari 2021, sudah terjadi tujuh serangan KKB di Intan Jaya. Tiga anggota TNI dan dua warga sipil meninggal akibat serangan itu. Sementara, seorang anggota TNI dan warga mengalami luka berat karena terkena tembakan.
Yan mengungkapkan, dari laporan sementara, terdapat 11 lokasi pengungsian warga. Lokasi-lokasi itu tersebar di Sugapa (ibu kota Intan Jaya), Kabupaten Nabire, dan Kabupaten Mimika. Jumlah warga yang mengungsi ke Sugapa sebanyak 600 orang, sedangkan jumlah pengungsi di Nabire dan Mimika belum didata Pemkab Intan Jaya.
”Warga yang mengungsi ke Nabire dan Mimika berasal dari Distrik Hitadipa, Wandai, Agisiga, dan Homeyo. Sementara, di Intan Jaya, pengungsi berasal dari Distrik Sugapa,” ungkap Yan.
Ia pun menyatakan, aktivitas pemerintahan di Intan Jaya tidak berjalan optimal selama dua bulan ini karena kondisi keamanan yang tidak kondusif. ”Jaringan komunikasi di Intan Jaya juga mengalami gangguan. Hal ini menyebabkan kami juga terkendala mengakses informasi kondisi warga di Intan Jaya,” katanya.
Klemen Tinal mengatakan, pihaknya bertemu dengan Pemkab Intan Jaya untuk mengetahui kondisi terkini warga yang terdampak konflik. Terungkap bahwa warga merasa trauma sehingga memilih mengungsi ke tempat yang aman.
Klemen pun menyatakan, Pemprov Papua akan menyiapkan bantuan makanan, barang kebutuhan pokok, dan obat-obatan bagi masyarakat Intan Jaya yang terdampak karena masalah keamanan itu.
”Berdasarkan laporan Pemkab Intan Jaya, warga mulai mengungsi sejak awal Januari tahun ini. Saya akan menyerahkan bantuan secara langsung kepada warga yang mengungsi di Nabire dalam waktu dekat,” kata Klemen.
Kami menyiapkan 120 ton bahan makanan untuk warga yang terdampak gangguan keamanan di Intan Jaya.
Kepala Dinas Sosial, Kependudukan, Pencatatan Sipil, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan anak Papua Ribka Haluk menambahkan, pihaknya telah berkoordinasi dengan Pemkab Intan Jaya, Nabire, dan Mimika untuk penanganan para pengungsi.
”Kami menyiapkan 120 ton bahan makanan untuk warga yang terdampak gangguan keamanan di Intan Jaya. Pemprov Papua juga telah berkoordinasi dengan Kementerian Sosial untuk penanganan masalah ini,” kata Ribka.
Sementara itu, Kepala Bidang Humas Polda Papua Komisaris Besar Ahmad Mustofa Kamal membantah masih terdapat pengungsi di Intan Jaya. Menurut dia, warga telah kembali ke rumah beberapa hari setelah mengamankan diri di Kompleks Pastoran Gereja Santo Mikael Bilogai di Sugapa pada 10 Februari lalu.
”Kami belum mendapatkan laporan adanya warga yang mengungsi ke Nabire ataupun Mimika. Mereka hanya melakukan perjalanan biasa ke dua daerah itu,” kata Ahmad.
Ia pun menyatakan aktivitas warga terdampak karena ulah KKB yang terus mengganggu situasi keamanan di Intan Jaya dengan menyerang aparat TNI dan Polri yang sedang bertugas.